“Apa? Alam Semesta Raya pernah dihidupkan kembali sekali? Apa konsekuensinya setelah di-restart? Apakah segala sesuatu di alam semesta kembali ke nol?” Han Sen buru-buru mengejar bertanya.
Tuhan menggelengkan kepala: "Bukan seperti itu, dewa tingkat restart memang memiliki kemampuan restart, tapi bukan berarti benar-benar mengembalikan alam semesta ke titik pusat. Ada banyak keterkaitan di dalamnya yang tidak bisa kujelaskan dengan jelas."
"Bukankah kamu sendiri dewa tingkat restart? Bahkan kemampuanmu sendiri tidak bisa kujelaskan?" Han Sen memandang Tuhan dengan tidak percaya.
Tuhan berkata dengan serius: "Aku memang dewa tingkat restart dan memiliki kemampuan restart. Tapi tahukah kamu harga apa yang harus dibayar untuk merestart alam semesta?"
"Harga apa?" tanya Han Sen.
"Bukankah tadi sudah kukatakan, Yang Mulia Kepala Kuil sebelumnya merestart Alam Semesta Raya." Tuhan tersenyum sambil memicingkan mata.
Han Sen terdiam sejenak, lalu langsung menyadari. Maksud Tuhan sudah jelas - Kepala Kuil Gen sebelumnya mengaktifkan kekuatan restart alam semesta, sehingga dia menjadi 'mantan' kepala kuil.
"Artinya sekarang kamulah Kepala Kuil Gen?" kata Han Sen dengan raut wajah penuh keanehan.
Tuhan mengangguk: "Kamu memang tidak terlalu bodoh. Jadi meski Aku memiliki kemampuan untuk menghidupkan kembali, tapi konsekuensi setelah restart itu bahkan Aku sendiri tidak bisa meramalkan."
Terdiam sejenak, Tuhan melanjutkan: "Menghidupkan kembali Alam Semesta Raya tidak bisa menyelesaikan masalah Kekacauan secara tuntas, tapi setidaknya memberikan pukulan berat. Sebagian besar anggota Kekacauan telah terlahir kembali sebagai makhluk baru tanpa kaitan dengan kehidupan sebelumnya. Tapi tetap ada yang lolos dan tumbuh kembali dalam waktu yang tak terbatas ini."
"Para dewa juga menanggung kerugian besar setelah restart. Mereka yang pernah mencapai puncak legenda dikembalikan ke status awal, harus memulai dari nol lagi. Karena restart alam semesta, sumber daya jadi sangat terbatas. Evolusi para dewa pun berjalan lambat. Kalau tidak, di kuil level tinggi yang pernah kamu lihat sebelumnya, tidak mungkin hanya ada satu dewa utama saja."
Di sini Tuhan tersenyum: "Alam semesta Raya telah dijungkirbalikkan olehmu dan Qin Xiu, tapi bagi para dewa ini juga merupakan peluang. Sumber daya yang bisa didapat di alam semesta sekarang jauh lebih banyak dibanding zaman tak berujung sebelumnya. Mereka juga sedang berkembang pesat, banyak dewa yang hampir kembali ke puncak kejayaan."
"Aku masih punya pertanyaan, kenapa manusia di Alam Semesta Raya Kekaisaran bisa mendapat perlindungan dewa, bahkan menjadi partner bertempur bersama, sementara di alam semesta genetik hanya bisa berdoa dan dikibuli?" Han Sen menatap tajam ke arah Tuhan.
Ini masalah yang selalu membuatnya bingung, perbedaan antara kedua alam semesta itu terlalu mencolok.
Tuhan memandang Han Sen lama sebelum akhirnya bersuara bergema: "Alam semesta genetik pada dasarnya tidak memiliki manusia, dan tidak seharusnya ada manusia. Umat manusia hanya boleh eksis di Alam Semesta Raya Kekaisaran."
"Apa maksudnya?" Han Sen belum sepenuhnya paham.
“Alam Semesta Raya Kekaisaran sebagai yang lurus, Alam Semesta Genetik sebagai yang terbalik. Spesies manusia pada dasarnya hanya bisa eksis di dunia yang lurus, mustahil berada di dunia terbalik.” Tuhan berkata perlahan.
Han Sen terdiam sepenuhnya, akhirnya ia mengerti.
Memang benar, di Alam Semesta Genetik tidak ada manusia. Kehadiran Qin Xiu-lah yang menciptakan manusia, itupun tidak bisa dianggap sebagai manusia sesungguhnya.
Dalam bahasa awam, Alam Semesta Raya Kekaisaran adalah alam yang (yang), sementara Alam Semesta Genetik adalah alam baka/yinjian. Bagaimana mungkin manusia hidup masuk ke alam baka? Karena itu manusia sama sekali tidak mungkin eksis di Alam Semesta Genetik.
Tentu ini hanyalah perumpamaan. Sebenarnya tidak ada istilah alam yang/yinjian. Keduanya sama-sama dunia kehidupan, hanya saja satu merupakan dunia positif dan satunya dunia terbalik.
“Jika aku jadi kamu, akan kupercepat peningkatan kekuatan ilahi daripada sembarangan merusak aturan alam semesta.” Tuhan menepuk bahu Han Sen.
Han Sen hendak membantah, namun ketika menoleh, Tuhan sudah menghilang.
Han Sen jelas bisa merasakan bahwa Tuhan belakangan sepertinya tidak sibuk. Dua kali terakhir bertemu Dia, Dia selalu terburu-buru, jelas sedang sibuk dengan urusan penting。
“Tampaknya urusan Kekacauan, bahkan Dia juga pusing,” kata Han Sen sambil menggelengkan kepala dengan pasrah。
Dia juga sama pusingnya, Loki De masih hidup. Makhluk mengerikan Kekacauan pasti tidak hanya Dia seorang. Sekarang yang menjadi musuh Kekacauan, mungkin nanti tidak akan ada hidup enak lagi。
“Bagaimanapun, pertama-tama bikin delapan wakil Tuhan dulu. Umat beriman juga harus lebih banyak dikumpulkan. Tuhan benar, aku tidak bisa setiap kali bertarung dengan memecahkan hukum alam semesta. Sekalipun alam semesta bisa bertahan, aku sendiri tidak tahan dengan pengeluaran seperti itu.” Tiba-tiba hati Han Sen berdebar。
Dia teringat pada Jiwa Suci Tuhan di laut jiwanya. Jiwa Suci Tuhan lain mungkin biasa saja, tapi di dalamnya ada Sang Dewi Sekejap tingkat kehancuran!
“Entah apakah Jiwa Suci Tuhan milikku bisa dipanggil langsung sebagai wakil dewa di kuil? Jika bisa, itu bagus sekali. Itu kan salah satu dari 12 Dewa Utama, menjadi wakil dewa di kuilku pasti lebih dari cukup. Sayangnya tidak ada basis ilahi kosong yang bisa digunakan, jadi tidak bisa diuji.” Han Sen kembali merasa pening memikirkannya.
Untuk mendapatkan basis ilahi, harus memperbanyak umat beriman. Tenaga yang diumpan balikkan oleh umat beriman baru bisa digunakan untuk membuat basis ilahi.
Saat ini, umat beriman di Kuil Dewa Kekayaan Han Sen secara total hanya ada seorang botak kecil yang diduga Ran Deng. Itu pun baru sebesar itu. Menunggunya tumbuh dan berprestasi, entah harus menunggu berapa tahun lagi.
"Tidak bisa. Harus merekrut umat beriman yang langsung bisa mengembalikan modal." Han Sen kembali menyasar Feng Yinyin: "Bakat Yin Yin pasti bagus. Kalau tidak, aku pun cara untuk memperkuatnya. Nanti akan kurekrut dia ke bawah Dewa Kekayaan dulu."
Sambil memikirkan itu, Han Sen meninggalkan Kuil Dewa Kekayaan dan kembali ke Kastil Kuno Keluarga Phoenix.
"San Mu, kamu tidak apa-apa?" Feng Yinyin melihat Han Sen kembali, mengamatinya dengan tatapan khawatir sambil bertanya.
Baru saja dia dan Bao'er menyaksikan langsung Han Sen terbakar api hitam, sehingga terus khawatir dan bertahan di dalam taman menunggu kepulangannya.
"Aku baik-baik saja." Han Sen mendadak bertanya: "Ngomong-ngomong, Yin Yin, sebelumnya kamu punya Darah Dewa tipe apa?"
"Aku belum memiliki Darah Dewa. Bibi bilang akan mencari Darah Dewa tipe suara terbaik untukku, tapi selalu kehilangan kesempatan. Jadi sampai sekarang hanya punya darah dari aliran tanah." Setelah berkata demikian, Feng Yinyin memandang Han Sen dengan ekspresi bingung: "Kenapa kamu tanya ini?"
"Aku tahu ada sebuah kuil dengan Dewa yang sangat bagus. Jika kamu mau, aku bisa membantumu mewarisi darah anggota dari Timur Lin itu." Kata Han Sen.
“Bagus, Tuhan seperti apa itu?” Feng Yinyin sangat mempercayai Han Sen, terlebih dahulu menyetujui, baru kemudian bertanya Tuhan apa itu.
“Dewa Kekayaan.” Han Sen mendaftarkan gelar dewanya sendiri.
Feng Yinyin belum sempat berkata apa-apa, tiba-tiba Feng Feifei bergegas masuk dan berkata dengan lantang, “Tidak bisa, mutlak tidak bisa! Bakat musik Xiao Yin begitu bagus, bagaimana mungkin menyembah Dewa Kekayaan? Garis keturunan dewa-nya harus tipe suara.”
