Pertempuran di Hadapan Tuhan adalah kompetisi yang dikendalikan para dewa. Semua aturan mutlak dikuasai mereka. Begitu menyerah, perlindungan ilahi akan menyelimuti. Bahkan garis darah bangsawan Tujuh Kerajaan pun tak bisa melanggar aturan ini.
Han Sen malah meminta para dewa memblokir seseorang yang sudah menyerah untuk meninggalkan medan pertempuran berbintang. Tentu ini terlihat sebagai hal yang mustahil.
Bukan hanya Yan Dan yang tak percaya, sama sekali tak ada yang yakin hal seperti ini mungkin terjadi.
Han Sen juga tahu para dewa takkan mendengarkan perintahnya. Tapi ucapannya ini sebenarnya bukan perintah, melainkan pernyataan tegas: "Orang ini pasti kubunuh, jangan ikut campur!"
Saat Han Sen berbicara, dia sudah merobek hukum alam semesta, mendorong tenaga dirinya ke puncak kesempurnaan, terus menyuntikkan energi tanpa henti ke dalam panah dan busur.
"Han Sen ini semakin Wu Fa Wu Tian, berani mengancam kami!" kata Dewa Kosong dengan wajah dingin.
Mengingat Yan Dan adalah anggota keluarga generasi darahnya, tindakan Han Sen tentu membuat Dewa Kosong sangat tidak senang.
"Yang Mulia, Han Sen merusak aturan tanpa ampun seperti ini, mungkin akan menjadi Qin Xiu berikutnya. Haruskah kita benar-benar membiarkannya melanjutkan?" Sang Dewi Sekejap memberi hormat kepada Pemilik Kuil.
"Meskipun Han Sen memang bersalah, ini bukan masalah besar. Tak perlu terus-menerus diganggu oleh hal-hal kecil. Lagipula dia punya kesempatan untuk melangkah ke tahap itu," kata Dewa lain.
"Apakah karena dia punya kesempatan melangkah, kita harus membiarkannya menghancurkan dunia tempat kita berpijak?" protes Dewa Kosong tak puas.
“Pernyataan ini keliru, sebenarnya ada alasan di baliknya. Orang-orang dari Kekacauan yang bertindak melawannya, masakan Han Sen harus diam berdiri menjadi mangsa mudah?”
“Ini masih disebut mangsa mudah?”
Dua belas dewa jelas terbagi menjadi dua faksi. Satu faksi memilih untuk mengendalikan Han Sen, bahkan jika perlu menghancurkannya. Faksi lain berpendapat bisa memberikan kemudahan tertentu padanya, hanya satu atau dua dewa yang mempertahankan sikap netral.
Pemimpin Kuil berkata dengan sedih: "Blokir medan pertempuran berbintang, kalau tidak seluruh medan perang akan hancur."
"Baik, Yang Mulia." Keputusan Pemimpin Kuil telah bulat. Meski masih ada dewa yang tidak puas, tak ada yang berkomentar lagi.
Mereka juga paham, jika membiarkan Han Sen menghancurkan total medan pertempuran berbintang, muka para dewa akan semakin memalukan.
Ruang dan waktu di dalam Kuil Gen berbeda dengan dunia luar. Diskusi panjang para dewa hanya berlangsung sekejap di luar.
Yan Dan belum sepenuhnya meninggalkan medan pertempuran, meski saluran ruang hampir sepenuhnya tertutup.
Namun tiba-tiba, saluran ruang yang sudah tertutup itu ternyata terbuka kembali. Yan Dan yang hampir berteleportasi pergi malah berbalik arah dan kembali ke dalam medan pertempuran berbintang.
Wajah Yan Dan dipenuhi kengerian saat kembali ke medan pertempuran berbintang. Ekspresinya tak tergambarkan, sementara saluran ruang di belakangnya telah tertutup rapat.
"Bagaimana mungkin... Aku menyerah... Aku sudah menyerah... Yang Mulia... Aku sudah menyerah... Mengapa..." Yan Dan kembali menyerah, tapi medan pertempuran berbintang tetap senyap tanpa respons. Tak ada saluran ruang yang muncul, seluruh area pertempuran terasa seperti kuburan.
Keheningan yang sama menyelimuti Alam Semesta Raya. Tak ada yang menyangka Tuhan benar-benar menutup medan pertempuran berbintang seperti ramalan Koin Emas, persis seperti yang dikatakannya.
"Tuhan! Mengapa? Aku adalah umat-Mu yang setia, bertindak sesuai aturan-Mu, tak berani sedikit pun menghina. Mengapa Engkau memperlakukan ku seperti ini? Di mana keadilan Tuhan? Di mana keadilan? Di mana iman-Mu?" Yan Dan menggeram penuh kepedihan, menuduh langit.
Rakyat dan pejabat Negara Yan juga menunjukkan wajah masam bercampur geram. Menurut mereka, Yan Dan menerima perlakuan yang sangat tidak adil.
"Kau telah menghujat Tuhan, kejahatanmu pantas dihukum mati." Suara Han Sen dingin bagai penghakiman para dewa, sambil melepaskan tali busur yang sudah ditarik hingga menyerupai bulan purnama.
Bzzzt!
Saat panah terlepas dari busur, ia langsung menghilang dari pandangan.
Yan Dan yang tak melihat panah itu gemetar antara takut dan marah. Menyadari tenaganya takkan mampu menahan kekuatan panah itu, secara tidak sadar ia melepaskan tiga Benih Genetika Langka yang menyatu dengan tubuhnya.
Terlihat seekor burung suci yang terbuat dari api, seekor naga bermata magis, dan burung layang-layang berwarna hitam di punggung dan putih di perut muncul di hadapan Yan Dan, atau lebih tepatnya menghalanginya.
Tenaga tiga Benih Genetika Langka itu meledak sepenuhnya, membentuk garis lurus sebagai perisai di depan Yan Dan. Namun dalam sekejap mata, seolah ada kekuatan tak kasat mata yang menembus mereka.
Hampir bersamaan, tubuh tiga makhluk langka itu tertembus lubang darah. Kekuatan misterius itu terus merambat, meledakkan dan menembus kepala Yan Dan yang bersembunyi di belakang mereka.
Barulah kini para penonton menyadari: sebuah panah hitam telah menembus dahi Yan Dan, keluar dari bagian belakang kepalanya sebelum kembali menghilang.
Dor!
Tiga Benih Genetika Langka itu meledak serentak, berubah menjadi hujan darah dan percikan api. Sementara mayat Yan Dan dengan mata terbelalak terjatuh dari langit berbintang.
Di Alam Semesta Raya, senyap mencekam. Semua yang menyaksikan merasakan dingin menjalar di tulang punggung.
Satu panah menghancurkan tiga Benih Genetika Langka sekaligus, langsung membunuh Yan Dan. Kekejaman teknik memanah ini membuat gentar, namun yang lebih mengerikan adalah fakta bahwa panah ini ditembakkan dari dalam medan pertempuran berbintang - itu pun setelah Yan Dan menyatakan menyerah. Makna tersembunyi di baliknya jauh lebih menakutkan daripada kekuatan panah itu sendiri.
Meski Koin Emas menyebut Yan Dan telah menghina Tuhan, mereka yang tahu rahasia internal pun paham bahwa Yan Dan memang melakukan hal-hal terlarang - seharusnya dia tidak menjalin hubungan dengan Kekacauan.
Namun bahkan setelah semua itu, Tuhan tetap melanggar aturan yang Ia tetapkan sendiri. Seseorang yang bisa membuat Tuhan melanggar aturannya sendiri, jauh lebih menakutkan daripada panah di tangan-Nya.
Panah ini bukan hanya membunuh tubuh, tapi juga menghancurkan hati.
Bahkan para Kaisar dari Tujuh Kekaisaran pun memandang dengan wajah masam ke arah siluet yang berdiri megah di tengah medan pertempuran berbintang itu.
Kekuasaan kerajaan mewakili aturan dan otoritas, sementara siluet itu bahkan mampu memecahkan aturan Tuhan. Perusak Keteraturan seperti itu jelas membuat mereka gelisah dalam hati.
"Mungkinkah Koin Emas adalah anggota Serikat Kekacauan?" seorang petarung kuat bergolak berbagai pemikiran.
Tapi setelah dipikir, ini mustahil. Anggota Serikat Kekacauan sama sekali tidak boleh ikut Pertempuran di Hadapan Tuhan, kalau tidak Loki De tak perlu membantu Yan Dan - dia bisa bertindak sendiri. Namun meski bukan anggota, Koin Emas bisa mencapai tingkat ini, benar-benar tak terduga.
"Koin Emas adalah umat Dewa Kekayaan. Seperti apa sebenarnya Dewa itu? Hanya dengan satu pengikutnya saja para dewa mau berkompromi. Lalu sekuat apa sang Dewa Kekayaan asli? Jangan-jangan dia adalah dewa tingkat restart?"
Orang-orang semakin berapi-api ingin mengetahui lokasi Kuil Dewa Kekayaan. Setelah pertempuran ini, Tujuh Kekaisaran mengerahkan banyak personel untuk mencari kuil tersebut.
Setelah Han Sen membunuh Yan Dan dengan panah, dia langsung keluar dari medan pertempuran berbintang dan kembali ke dalam Kastil Kuno Keluarga Phoenix.
Meski tahu Bao'er tidak akan kenapa-kenapa, di hati masih terasa sedikit khawatir.
