Di puncak gunung yang menembus langit biru, berdiri sebuah kuil mengerikan.
Struktur kuil itu jelas terbagi-bagi. Hanya ruang utamanya saja sudah mencapai ketinggian ratusan meter, ditambah beberapa ruang samping yang terlihat sangat megah.
Tapi kemegahan kuil ini justru terasa seperti bisa dirobohkan dengan sekali tusukan, menimbulkan kesan mengerikan yang tak terucapkan.
Kalau diperhatikan lebih dalam, ternyata seluruh bangunan kuil itu terbuat dari kertas putih, bagaikan replika kertas. Pantas saja terlihat rapuh.
Istana kertas putih ini sungguh mengerikan. Bahkan perabotan seperti meja-kursi, altar suci, tungku persembahan, hingga patung dewa di dalamnya semua terbuat dari kertas, menciptakan atmosfer menyeramkan yang mencekam.
"Bao'er justru dengan penuh minat mengamati sekitar di dalam kuil, sepertinya sangat tertarik dengan segala sesuatu di sini."
"Bagaimana kalau kita menyalakan api di sini?" tanya Bao'er sambil berkedip-kedip menatap Loki De.
"Ini adalah kuil suci, bukan kertas biasa. Air, api, bahkan pedang surgawi sekalipun tak akan mampu melukai kuil ini sedikitpun." Loki De duduk di kursi kertas, menjentikkan jarinya. Dua manusia kertas setinggi orang dewasa segera datang membawa nampan, menuangkan kopi dari teko kertas ke cangkir kertas untuknya.
"Putri kecil yang menggemaskan, kamu mau minum apa?" tanya Loki De sambil elegan menyeruput kopinya.
"Aku mau teh merah." Jawab Bao'er tanpa sungkan sambil duduk di kursi kertas lainnya.
Kursi kertas putih tipis yang dilipat berbentuk S, Bao'er duduk di atasnya. Kertas setipis sayap jangkrik itu bergoyang perlahan, tapi sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan patah, malah memberikan sensasi seperti kursi goyang.
Paperman segera menghampiri dengan teh merah yang sudah diseduh. Bao'er menatap sosok manusia kertas yang dipotong dari lembaran tipis itu dengan wajah penasaran.
"Paperman-paperman ini lucu dan seru banget!" ujar Bao'er sambil memeluk cangkir tehnya, matanya masih tertuju pada boneka kertas.
"Kalau kamu suka, aku bisa kasih beberapa paperman. Bisa kubentuk sesuai karakter favoritmu - mau selebritas tampan atau jenderal besar, semua bisa kuguntingin," ujar Loki De sambil menyeruput kopinya, senyum manis mengembang di wajahnya.
"Aku mau paperman yang mirip kamu persis! Cepatlah guntingkan satu untukku!" pinta Bao'er dengan ekspresi penuh harapan, sorot matanya berbinar-binar ke arah Loki De.
Sudut mata Loki De berkedut dua kali. Ia mengamati Bao'er lebih seksama, dan melihat sepasang mata besar gadis itu jernih bersih, bagaikan air jernih yang tak ternodai debu. Tak ada tanda-tanda dia sengaja mempermainkannya.
Ditambah fakta sebelumnya Bao'er mengikutinya secara otomatis, Loki De berpikir ini hanya anak kecil yang suka bermain dan belum paham keadaan.
Setelah berpikir sejenak, sudut bibir Loki De merekah senyuman. Janggutnya sedikit terangkat sambil bergumam dalam hati, "Memang aku Loki De yang tampan, berwibawa, disukai ribuan wanita dan Sang Dewi. Tidak bisa disangkal, ketampanan memang membawa frustasi seperti ini."
Dengan bangga mengernyitkan dahi, Loki De menaruh cangkirnya. "Benarkah kamu ingin sekali?" tanyanya sambil berdehem pelan.
Bao'er tak henti-hentinya mengangguk. Dua kepalan kecilnya menempel di dada, wajahnya penuh harapan. "Ingin! Kalau dibuat boneka kertas seperti penampilanmu, pasti akan sangat keren!" katanya bersemangat.
Loki De mengangguk sambil tersenyum berkata: "Baiklah, karena kamu meminta dengan tulus hati, aku akan dengan setengah hati mengguntingnya untukmu. Ini edisi terbatas, satu-satunya di seluruh alam semesta. Kamu harus menyimpannya baik-baik."
"Aku pasti akan menyimpannya seperti harta paling berharga dalam hidupku," Bao'er mengangkat satu tangannya sambil bersumpah.
Loki De puas dengan sikap Bao'er. Sambil mengeluarkan selembar kertas putih, dia berkata: "Setelah kuguntingkan, kamu harus tetap di sini sampai ayahmu datang menjemput."
"Dengan guntingan kertasmu, ayah tidak perlu datang pun tidak apa-apa," jawab Bao'er langsung.
Loki De langsung berbangga hati dalam pikirannya: "Daya tarik yang terlalu besar memang merepotkan. Bahkan gadis kecil ini rela meninggalkan ayahnya demi aku. Hah, sungguh memusingkan."
Sambil berpikir, Loki De mengambil lembaran kertas, jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya bergerak seperti gunting mulai menggunting kertas itu. Sesekali dia membandingkan hasil guntingannya dengan bayangannya sendiri, terlihat sangat tekun dalam mengerjakannya.
Harus diakui, keahlian menggunting kertas Loki De memang luar biasa. Meski hanya siluet tanpa detail seperti fitur wajah, tapi sangat mirip dengannya, bahkan terlihat jelas kumis kecil yang sedikit terangkat.
Setelah selesai, Loki De melakukan penyempurnaan akhir sebelum menyodorkan hasilnya ke Bao'er dengan bangga: "Kamu harus menyimpannya dengan baik, ini adalah siluet satu-satunya di dunia ini."
Bao'er menerima guntingan kertas itu dengan kedua tangan penuh hormat, lalu mengucapkan: "Terima kasih, Paman."
"Paman?" Sudut mata Loki De berkedut. Dia menepuk kepala Bao'er sambil tersenyum: "Putri kecil, seharusnya kau memanggilku Yang Mulia. Tapi jika mau memanggilku Menteri Tampan Nan Rupawan, juga tidak apa-apa."
“Tapi menurutku paman cocok untukmu.” Bao'er menatap Loki De sambil berkata.
Ekspresi wajah Loki De langsung suram, "Terserah, yang pasti sekarang kau diam di sini sampai Han Sen menjemputmu."
"Baik, asalkan ada paman yang menemani, Ayah tidak datang juga tidak apa-apa." Bao'er tersenyum.
"Dewa ini tidak punya waktu untuk bersenang-senang denganmu, main sendiri saja di sini." Loki De berbalik hendak pergi.
"Jangan, aku mau kamu temani!" Bao'er menggelengkan kepala.
"Siapa yang punya waktu untukmu? Yang Mulia ini sangat sibuk!" Loki De tidak mau menghiraukan lagi, langsung menuju pintu keluar kuil.
Tapi baru beberapa langkah, tiba-tiba raganya seolah tidak bisa dikendalikan, ternyata tanpa sadar berbalik dan kembali mendekati Bao'er.
"Apa... apa yang terjadi..." Ekspresi Loki De langsung berubah pucat, mencoba mengoperasikan tenaga untuk mengendalikan raganya sendiri, namun sama sekali percuma.
Kemudian dia melihat Bao'er sedang asyik bermain dengan boneka kertas yang baru saja dipotongnya.
"Hormat." Bao'er menggenggam boneka kertas itu dan memposisikannya dalam sikap memberi hormat.
Tanpa bisa dikendalikan, tubuh Loki De mengangkat tangan kanannya, meniru persis gerakan boneka kertas yang sedang memberi hormat.
Wajah Loki De kembali berubah masam: "Bagaimana... bagaimana mungkin... Dia ternyata memiliki kekuatan kontrol yang begitu kuat... Bukankah dia hanya gadis manusia biasa? Gadis manusia seusianya tak mungkin memiliki tenaga sebesar itu, sekalipun ada benih gen kuat, raganya pasti sudah limbung. Apalagi jelas tak ada benih gen yang bergabung dengannya... Ini... sebenarnya apa yang sedang terjadi..."
Loki De kini menyesal sekali. Andai saja dia tidak menggunting siluet dirinya sendiri untuk Bao'er, apalagi memberikannya langsung di tempat, sekuat apapun Bao'er, mustahil bisa mengontrolnya.
Selain itu, dia juga tidak menyangka selain dirinya dan satu-satunya dewa tingkat kehancuran dari Dua Belas Dewa Penghancur, masih ada yang menguasai kemampuan seperti ini, bahkan sampai level bisa mengendalikan dirinya.
Sekalipun itu dewa tingkat kehancuran dari Dua Belas Dewa Penghancur, mustahil bisa mengontrolnya secara tuntas hanya dengan satu guntingan kertasnya.
"Ayo BAB..." Bao'er kembali memutar boneka kertas itu, membentuk pose berjongkok dengan kaki terbuka lebar seolah sedang buang air besar.
"Jangan... Jangan... Sebagai pria terhormat, bagaimana bisa melakukan aksi memalukan seperti itu..." Loki De berteriak dengan wajah memerah, malu dan marah hingga sangat ingin menghantamkan kepalanya sampai mati.
Tapi postur tubuhnya sama sekali tak bisa dikendalikan, melakukan pose buang air besar yang sama persis dengan boneka kertas itu.
