Boom!
Kilatan pedang hancur berkeping, kabut darah beterbangan. Saat semuanya telah sirna, jejak Han Sen dan saudari Zhao sudah menghilang.
Para makhluk mengerikan dari tiga puluh tiga hari semuanya menunjukkan wajah berubah pucat. Sabetan pedang Qin Xiu yang mengerikan sampai ke tingkat ini, bagaimana mungkin tidak membuat orang terkejut dan takut.
Han Sen yang bisa memukul mundur Zang Daotian pun ternyata tak mampu menahan bahkan satu kilatan pedang dari jarak jauh Qin Xiu. Hal ini membuat anggota Kekacauan seperti Zang Daotian dan lainnya semakin muram ekspresinya.
Di dalam Menara Kuno, sorot mata Qin Xiu tiba-tiba berkedip keheranan: "Ternyata bisa menghancurkan kilatan pedangku. Orang ini cukup menarik. Rupanya ada alasan baju zirah kristal hitam memilihnya sebagai tempat tinggal..."
Tiba-tiba, Qin Xiu menampakkan ekspresi kesakitan. Raganya gemetar halus seolah sedang berusaha keras menahan rasa sakit tertentu, tetap berdiri tak bergerak dalam waktu lama.
"Ingin merebut kembali kendali? Sayangnya, sesuatu yang sudah ada di tangan Qin Xiu takkan bisa direbut kembali." Sorot mata Qin Xiu penuh keteguhan, membiarkan rasa sakit menyebar ke sekujur tubuhnya tanpa sedikitpun keraguan.
Sebuah planet kecil tak dikenal, wajah Zhao Ning'er pucat kehijauan. Gaun putih yang dikenakannya hampir seluruhnya basah kuyup oleh darah.
"Kak, kamu tidak apa-apa?" Zhao Qiuyi memandangi Zhao Ning'er yang baru saja membuka mata, bertanya dengan khawatir.
"Aku baik-baik saja." Zhao Ning'er menggelengkan kepala, sorot matanya tertuju pada siluet yang terbaring di dalam gua.
Lukanya cukup parah, tapi dibandingkan dengan sosok di dalam gua, luka-lukanya tak ada artinya.
Zhao Qiuyi juga memandang Han Sen di dalam gua dengan wajah cemas. Kondisi Han Sen saat ini memang terlihat mengerikan.
Kedua lengan Han Sen hampir seluruhnya pecah berantakan. Seluruh tubuhnya dipenuhi luka-luka meledak, bagaikan buah delima yang pecah kulitnya.
Namun satu-satunya hal yang patut disyukuri, darah dalam tubuh Han Sen ternyata membeku menjadi kristal merah menyala di pembuluh darahnya, tidak mengalir keluar sama sekali.
"Apakah dia masih hidup?" Zhao Qiuyi menatap raga itu, benar-benar tidak tahu apa yang bisa dilakukannya. Seorang individu yang terluka hingga level seperti ini, mungkin sudah mati berkali-kali. Bagaimana mungkin terlihat seperti manusia hidup?
"Seharusnya masih hidup." Sebenarnya Zhao Ning'er juga tidak sepenuhnya yakin. Hampir tidak ada bagian tubuh Han Sen yang utuh, bahkan organ-organnya dipenuhi luka-luka seolah terkena ledakan. Tidak ada organ yang bisa beroperasi normal lagi.
Tapi aura di sekitar Han Sen tidak juga menghilang. Selain itu, sulit menemukan ciri-ciri manusia hidup darinya.
Namun di atas kepala Han Sen, terdapat setengah batang lilin putih yang menyala. Begitu Zhao Ning'er dan Zhao Qiuyi mendekati Han Sen, atau tepatnya mendekati lilin putih itu, kondisi mental mereka langsung linglung. Bahkan Zhao Ning'er pun tak berani mendekat. Entah apa sebenarnya kegunaan setengah lilin itu.
Zhao Ning'er tahu setengah lilin itu terbang keluar dari tubuh Han Sen. Pasti itu milik Han Sen, jadi dia tidak memaksakan diri untuk melewatinya.
Sayangnya mereka tidak bisa melihat kengerian di atas lilin itu. Kalau tidak, mungkin mereka sama sekali tidak berani berdiri di sini.
Setengah lilin itu mengapung di atas dahi Han Sen. Nyala apinya biru pucat seperti api hantu, seolah ada jutaan jiwa merintih dan menangis di dalamnya.
Orang Qin hanya tahu lilin bernama Cermin Bulan ini bisa menghidupkan orang mati. Tapi mereka tidak tahu energi yang dibutuhkan untuk membakarnya adalah jiwa.
Di mana Cermin Bulan berada, jika makhluk hidup mati, jiwanya akan tertarik oleh api lilin dan terbakar. Mereka tidak akan masuk ke Kuil Gen untuk terlahir kembali, melainkan hancur total di alam semesta.
Pada saat ini, Cermin Bulan otomatis terbang keluar, bukan untuk menolong Han Sen. Karena benda ini sendiri tidak memiliki emosi. Bagi Cermin Bulan, Han Sen tidak berbeda dengan makhluk hidup lain. Seekor kucing, anjing, atau Han Sen - semuanya sama saja, hanyalah wadah penyimpanan makanan belaka.
Alasan Cermin Bulan otomatis terbang keluar adalah karena merasakan jiwa yang akan segera terlepas dari tubuh. Maka secara otomatis ia muncul, menunggu untuk menghisap jiwa tersebut ke dalam nyala apinya.
Jiwa bersifat tak kasat mata dan tak berbentuk, atau bisa dikatakan lebih ringan dari zat apapun di dunia. Karenanya setelah terlepas dari tubuh, jiwa akan otomatis naik ke atas, melayang menuju Kuil Gen.
Alam semesta tidak memiliki pembagian atas-bawah-kiri-kanan. Namun arah dimana Kuil Gen berada dianggap sebagai "atas" bagi jiwa.
Ketika energi kehidupan manusia biasa melemah hingga tingkat tertentu, ikatan batin jiwa akan hilang. Maka jiwa akan otomatis terlepas dan naik ke atas.
Energi kehidupan Han Sen saat ini telah mencapai titik terendah itu. Bisa dikatakan kondisinya sama dengan orang mati. Tapi anehnya, jiwanya masih belum juga terlepas dan naik.
Cermin Bulan terus menunggu roh Han Sen terlepas dari tubuh, namun tak kunjung tiba.
Hal ini membuat Cermin Bulan sedikit bingung, api lilinnya bergoyang tak henti, berusaha menarik roh Han Sen dari raga yang telah kehilangan aura kehidupan.
Biasanya Cermin Bulan tak akan melakukan ini, karena roh di alam semesta sudah terlalu banyak, sama sekali tidak perlu bersusah payah merebut roh makhluk hidup.
Setiap detik, begitu banyak nyawa yang binasa di kosmos, menyediakan lautan roh yang bisa dinikmatinya.
Namun roh Han Sen memiliki daya tarik berbeda bagi Cermin Bulan.
Meski fisiknya sudah mati, rohnya tak kunjung terlepas. Api lilin Cermin Bulan semakin berkilau dengan semburat biru mengerikan, daya pikatnya terhadap roh kian kuat, berusaha menarik roh Han Sen mendekat.
Jika Zhao Ning'er dan Zhao Qiuyi bisa melihat roh, mereka akan terkejut menemukan roh-roh dari planet di sekitarnya mengalir seperti air pasang menuju api lilin, dengan banyak roh tersedot ke dalam kobaran api lilin dan mengeluarkan rintihan menakutkan.
Sayangnya mereka tidak bisa melihat apa-apa, hanya merasakan seakan suhu dalam gua semakin dingin hingga bulu kuduk mereka berdiri, padahal suhu sebenarnya tidak rendah.
Bagaimanapun kobaran api Cermin Bulan meledak, bahkan roh dari luar bidang bintang pun tertarik, namun roh dalam tubuh Han Sen tetap tak tergoyahkan.
Cermin Bulan kini sangat bingung. Meski telah hidup miliaran tahun, ia belum pernah melihat fenomena seperti ini. Roh makhluk hidup seharusnya menjadi entitas bebas yang meninggalkan fisik setelah kehilangan ikatan energi kehidupan.
Tapi fisik Han Sen jelas sudah tidak memiliki energi kehidupan, mengapa jiwanya tetap tidak naik pesat? Ini benar-benar tidak bisa dipahami oleh Cermin Bulan.
Cermin Bulan bukan manusia, juga tidak punya emosi manusia. Dia tidak akan merasa penasaran, tapi bisa merasakan bahwa jiwa Han Sen akan membantunya. Jadi setelah gagal menarik jiwa Han Sen, Cermin Bulan mulai turun secara perlahan ke arahnya.
Meski belum pernah langsung merebut jiwa makhluk hidup, Han Sen sekarang sepertinya sudah tidak bisa dianggap manusia hidup. Karena itu, Cermin Bulan ingin mencoba merebut langsung jiwa Han Sen.
Lilin itu hinggap di dahi Han Sen yang penuh luka, bahkan tengkoraknya terbelah memperlihatkan substansi otak seperti bubur di dalamnya.
Saat lilin menyentuhnya, terdengar suara "criit" seolah daging menyentuh besi berpijar yang membara.
