Setelah meninggalkan Kuil Gen, Han Sen terus berpikir bagaimana caranya bisa memulihkan tubuh manusia-nya.
"Pemimpin Kuil jelas tak bisa diandalkan. Mungkin harus mencari Dewi Bulan untuk solusi, tapi setan tahu di mana lokasinya?" Hati Han Sen mulai dilanda frustasi ringan.
Alam semesta begitu luas. Meski bisa mencapai tepian dalam sekejap, mustahil mengamati seluruh pemandangan sepanjang jalan. Kecuali beruntung ekstrim, kemungkinan menemukan Dewi Bulan lebih tipis dari memenangkan lotre.
"Setelah Cermin Bulan meledak, kenapa keberadaan Telur Tanpa Batas tidak terasa lagi? Masihkah makhluk itu bersemayam dalam raga ini?" Han Sen menunduk memandangi tubuhnya sendiri.
Meski saat ini Dia adalah makhluk astral, tapi berbeda dengan makhluk astral biasa. Raga-Nya terlihat identik dengan wujud fisik, struktur internal tidak terlihat, entah apakah Telur Tanpa Batas masih ada di dalam tubuh atau tidak.
Han Sen telah melakukan berbagai eksperimen untuk merasakan raga astralnya sendiri, namun tidak ditemukan kelainan apapun. Selain itu, sejak ledakan besar, sifat dasar tubuhnya tidak mengalami perubahan lagi.
Saat ini, hati Han Sen dipenuhi kebingungan. Jika tidak menjadi Tuhan, Dia hampir tidak ada bedanya dengan orang mati. Selain Bao'er dan para dewa, sangat sedikit makhluk hidup yang bisa menyaksikan-Nya.
Ketika Han Sen kembali ke Kastil Kuno Keluarga Phoenix, Bao'er tidak terlihat. Justru Jian Bugu yang sedang membersihkan pekarangan dan memangkas ranting bunga.
"Putra, Anda sudah kembali." Jian Bugu mengawasi arah Han Sen, ternyata berbicara sendiri.
"Kamu bisa melihatku?" Han Sen terkejut.
Jian Bugu menggelengkan kepala sambil berkata: "Tidak bisa. Aku hanya mampu merasakan kehendak Putra. Apa yang terjadi, mengapa Putra bisa berubah seperti ini?"
Han Sen sedikit kecewa. Memang benar Jian Bugu sangat kuat, bahkan bisa merasakan Kehendaknya. Tapi hanya sebatas itu. Jian Bugu tetap tak bisa melihatnya atau mendengar suaranya.
"Aku telah berubah menjadi makhluk astral murni, tak bisa memulihkan tubuh." kata Han Sen.
Meski tak mendengar suara Han Sen, Jian Bugu bisa merasakan perubahan dalam Kehendaknya, seolah memahami pesan yang ingin disampaikan sang master.
"Oh begitu. Dulu aku pernah merasakan keberadaan makhluk astral dalam tubuh makhluk hidup, tapi tak pernah benar-benar melihatnya. Ini pertama kalinya aku bisa berdiskusi langsung dengan entitas spiritual." Setelah berpikir, Jian Bugu melanjutkan, "Tuan, adakah yang bisa hamba lakukan?"
"Tak perlu. Jaga baik-baik dirimu saja." Han Sen berbalik hendak pergi.
"Tuan, tolong tunggu sebentar! Hamba teringat sesuatu yang mungkin bisa membantu." Jian Bugu memanggilnya.
"Apa itu?" Han Sen berhenti dan bertanya.
Jian Bugu merenung sejenak, akhirnya berbicara: "Di Bidang Bintang Timur ada sebuah bintang bernama Ri, di sana terdapat kuil reruntuhan Tuhan. Tuan Putra bisa pergi melihat, mungkin akan mendapat hasil."
"Kuil reruntuhan? Apa yang ada di sana?" Han Sen merasa penasaran.
Jian Bugu menjelaskan: "Bidang Bintang Timur adalah wilayah di mana Planet Yuan berada pada Era Bintang Purba. Namun di ujung era yang sangat jauh itu, tempat itu sudah menjadi reruntuhan. Semua vitalitas musnah, tak ada makhluk hidup di bintang-bintang, ditambah radiasi mengerikan. Bahkan para Tuhan pun enggan menginjakkan kaki di sana."
Terhenti sejenak, Jian Bugu baru melanjutkan: "Dulu demi mengejar puncak ilmu pedang, aku pernah memasuki Bidang Bintang Timur. Di permukaan bintang bernama 'Sial' itu, kulihat kuil hitam yang telah ambruk. Bukan hanya kuilnya, seluruh planet itu seperti arang, semua terkarbonisasi. Kuil itu hanya menyisakan dua tiga tembok retak dan pilar patah yang masih berdiri. Tapi di balik satu tembok reruntuhan, tumbuh sebatang bunga. Bunga itu hanya bisa kulihat tapi tak bisa kusentuh, dengan gelombang energi spiritual yang kuat. Sudah kupelajari beberapa waktu, tapi tak juga kutemukan rahasianya. Tuan mungkin perlu melihatnya, siapa tahu ada petunjuk."
Ucapan Jian Bugu malah menumbuhkan secercah harapan dalam diri Han Sen. Bunga yang bahkan Jian Bugu tidak bisa menyentuh, kuil lapuk, serta Bidang Bintang Timur yang mistis di masa lalu - semua ini membangkitkan rasa penasaran dalam dirinya.
Kuil itu hampir abadi, tenaga yang mampu menghancurkan kuil pasti bersifat ilahi.
Apalagi tempat itu dulunya merupakan lokasi Planet Yuan, tanah kelahiran umat manusia di Alam Semesta Raya Kekaisaran. Alasan kehancurannya tetap menjadi misteri.
Genetika Naratif dan Gen Primordial konon juga pertama kali tercipta di sana.
Yang pasti Han Sen sekarang tidak punya urusan lain, jadi dia berniat mengunjungi Bidang Bintang Timur untuk menyaksikan langsung wujud tanah kelahiran manusia.
Jika bisa menemukan bunga yang disebut Jian Bugu itu tentu bagus, kalau tidak pun tak ada kerugian.
Han Sen tak bisa menyentuh materi apapun, terpaksa meminta bantuan Jian Bugu mengaktifkan AI utama. Setelah menghafal peta bintang Bidang Bintang Timur, barulah dia langsung memindahkan diri ke koordinat tersebut.
"Satu-satunya yang bisa kubanggakan sekarang hanyalah kecepatan yang bisa mencapai mana saja di langit dan bumi." Han Sen berkata dengan menyindir diri, namun tiba-tiba sebuah ilham melintas di otaknya: "Mengingat sekarang tidak ada makhluk hidup yang bisa mengancamku, mengapa tidak kumanfaatkan kesempatan ini untuk menyelidiki tiga puluh tiga langit, melihat apa sebenarnya yang sedang dilakukan Qin Xiu itu?"
Walaupun begitu, Han Sen tetap melangkah masuk ke Bidang Bintang Timur. Bagaimanapun juga pergi ke tiga puluh tiga langit tidak perlu terburu-buru. Mengingat dia sudah sampai di Bidang Bintang Timur, lebih baik pergi dulu ke bintang bernama "Sial" itu.
Sorot matanya memandang Bidang Bintang Timur, Han Sen pun tertegun. Planet-planet di sini semuanya menghitam seperti arang, seolah-olah merupakan TKP setelah kebakaran besar.
Tapi untuk membakar begitu banyak planet di bidang bintang sebesar ini hingga terkarbonisasi, sebesar apa apinya ya?
Han Sen terbang melintasi bidang bintang tersebut tanpa buru-buru langsung menuju planet bernama "Sial". Planet-planet di sini tidak memiliki rotasi maupun revolusi.
Seolah-olah waktu dan ruang di sini telah membeku, hanya radiasi mengerikan yang ada di mana-mana yang bisa membuat orang merasakan bahwa waktu masih mengalir di tempat ini.
Tempat seperti ini, bahkan benih gen pun enggan bertahan hidup di sini. Sepanjang Han Sen terbang melewatinya, tak satu pun makhluk hidup terlihat. Ini membuatnya sangat meragukan apakah bunga yang disebutkan Jian Bugu masih ada.
"Adakah kehidupan yang bisa bertahan di tempat seperti ini?" Begitu pikiran itu muncul di benak Han Sen, posturnya langsung menembus radiasi mengerikan dan tiba di sebuah planet.
Radiasi mengerikan itu, sekalipun benih gen Tuhan berbentuk ultimate berada di sini, mungkin tetap tidak bisa diabaikan. Namun bagi Han Sen, itu sama sekali tidak berguna.
"Inikah planet bernama 'Sial' itu?" Han Sen melayangkan tatapan ke sekelilingnya, memastikan tidak salah mengingat posisi.
Planet ini dipenuhi zat menghitam hasil karbonisasi. Entah sebenarnya apa benda-benda itu, selain itu benar-benar tak ada apa-apa. Saat Han Sen berputar-putar mengelilingi planet, ia benar-benar melihat kuil lapuk yang disebutkan Jian Bugu.
Tiga pilar hangus yang rusak berdiri di atas reruntuhan menghitam, ditambah dua dinding yang hampir sepenuhnya roboh, hanya tersisa tembok setinggi kurang dari dua meter di sampingnya. Sulit membayangkan tempat ini pernah menjadi sebuah kuil.
