Roar!
Bintang Tyrannosaurus mengembangkan tubuhnya, mengeluarkan raungan dahsyat yang dengan gemilang melemparkan Huangfu Jing, Gu Qingcheng, dan yang lainnya.
"Ini jelas Bintang Tyrannosaurus, bagaimana mungkin dia bisa memecahkan batas?" Lin Feng dengan susah payah menstabilkan posturnya, mengusap darah di sudut bibirnya sambil menatap tajam ke arah monster itu.
"Aku tidak tahu bagaimana dia melanggar batas, tapi jika kita tidak bisa membunuhnya, Taman di Udara akan dalam bahaya." Pedang kuno di tangan Gu Qingcheng menunjuk ke arah monster itu, aura pedangnya berkobar-kobar.
Huangfu Jing tidak berbicara. Tubuhnya sudah melesat ke sisi Bintang Tyrannosaurus, bergerak cepat bagai mesin perang yang menyerang dari berbagai arah berbeda.
Karena kecepatan teleportasi yang terlalu cepat, terlihat seolah ada banyak Huangfu Jing menyerang Bintang Tyrannosaurus dari arah yang berbeda secara bersamaan.
Lutut, siku, kaki, telapak, kepalan, jari - berbagai serangan amuk menghujani tubuh Bintang Tyrannosaurus. Tapi tulang Huangfu Jing hampir remuk, sementara pertahanan naga itu sama sekali tidak terbuka.
Roar!
Gu Qingcheng dan yang lain hendak menyerbu untuk membantu, tiba-tiba mendengar suara geraman lain dari hutan belantara. Seekor harimau putih salju berempat sayap melangkah di udara - ternyata makhluk Pemecahan Batas lainnya.
Wajah Qingcheng dan Lin Feng langsung pucat. Hanya di sini sudah muncul dua makhluk Pemecahan Batas. Seluruh Taman di Udara entah berapa banyak makhluk semacam ini.
Keberadaan mengerikan seperti ini - muncul satu saja sudah jadi bencana. Mereka tak bisa membayangkan, jika ada beberapa "barang aneh" semacam ini lagi, bagaimana pukulan membinasakan yang akan dialami Taman di Udara.
Faktanya, Taman di Udara memang tidak hanya memiliki dua Pemecahan Batas ini. Meskipun jiwa-jiwa tersebut memasuki alam semesta secara acak, target yang mereka pilih untuk merasuki adalah entitas kehidupan dengan jiwa yang kuat, terutama varietas langka yang sangat mudah menarik perhatian jiwa.
Dengan banyaknya varietas langka kuat di dalam Taman di Udara, secara alami mereka menarik jiwa-jiwa di sekitarnya, menyebabkan banyak varietas langka mengalami transformasi aneh.
Namun tingkat kesuksesan asimilasi antara jiwa dan varietas langka untuk mencapai Pemecahan Batas tidaklah tinggi. Dari sepuluh jiwa, paling banyak hanya satu atau dua yang bisa berhasil menyatu, tapi ini sudah sangat mengerikan.
Ji Yanran sedang bertarung dengan varietas langka level Pangeran untuk melatih kemampuan tempurnya, ketika tiba-tiba melihat hutan pegunungan di kejauhan runtuh ke kedua sisi seperti ombak. Seekor ular raksasa merah menyala sepanjang 100 meter muncul, sepasang mata yang berkobar api darah mengawasi dengan ketat Ling Er yang sedang dibopong di punggungnya.
Boom!
"Semburan api merah darah menyembur keluar, berubah menjadi lautan api yang menggulung ke arah Ji Yanran dan Ling Er.
Postur Ji Yanran berubah-ubah saat terbang mundur, tapi lautan api itu terlalu dahsyat. Dengan kecepatannya, sulit menghindar dari cakupan lautan api.
Ji Yanran terpaksa mengerahkan tenaga, menghujamkan kapaknya ke lautan api. Tapi tenaga di kapak itu langsung meleleh oleh api darah, bahkan kapak di tangannya berubah menjadi cairan besi yang menetes.
Kedua tangan Ji Yanran terluka bakar oleh suhu itu. Sepertinya ibu dan anak ini akan ditelan api merah darah.
"Kejam!" teriak Ling Er. Seluruh raganya tiba-tiba terbungkus cahaya putih menyala-nyala, seolah berubah menjadi makhluk astral. Aura spiritual kuat menyebar, membentuk kubah cahaya putih yang melindungi mereka berdua.
Api merah darah menghantam kubah cahaya itu, tapi ternyata tidak bisa membuatnya hancur berkeping-keping.
Ling Er terangkat ke udara, menunjuk ular raksasa berwarna darah itu dengan geram: "Cacing tanah keji, berani melukai Ibu, kamu bikin Ling Er marah!"
"Serangga kecil, marah-marah mau apa?" Ular raksasa berwarna darah itu tiba-tiba bersuara manusiawi. Kepala ular mengerikan itu perlahan berubah menjadi wajah manusia, mirip manusia-ular.
"Aku akan menghajarmu!" Ling Er menatap tajam ular raksasa itu dengan mata berkobar.
"Gek gek, silakan coba." Ular itu berkata sambil api merah darah di tubuhnya meledak hebat, membakar area sekitarnya menjadi lautan darah.
Pusaran api darah berbentuk angin puyuh melesat dari mulut wajah manusia ular itu, menerjang Ling Er dan Ji Yanran.
"Ling Er berhati-hati!" Ji Yanran berusaha menarik tubuh Ling Er yang melayang di depannya.
Namun tubuh Ling Er tiba-tiba melesat cepat, langsung menerjang pusaran api darah itu.
Dor!
Angin puyuh api merah darah langsung hancur dihajar tinju mungil Ling Er yang berpendar seperti cahaya putih menyala-nyala. Tinju itu menghantam kepala ular berwajah manusia hingga makhluk itu menjerit kesakitan.
Namun teriakan itu tiba-tiba tercekat. Raga ular itu seolah meleleh diterpa sang surya, musnah dalam cahaya putih menyala-nyala. Hanya sebongkah kristal berwarna darah berbentuk air mata yang terjatuh.
Ji Yanran ternganga menyaksikan ini. Meski sudah tahu konstitusi fisik Ling Er yang mewarisi darah Han Sen sangat kuat, tetap saja sulit dipercaya betapa mengerikannya Ling Er saat murka.
Sebenarnya sejak lahir, tubuh Ling Er sudah merupakan tubuh Super God yang tidak kalah dengan kondisi Han Sen di masa lalu sebelum memecahkan batas. Ditambah lagi, ular berwajah manusia itu baru saja melebur jiwa untuk memecahkan batas dengan rasio pemecahan yang masih sangat rendah, dan belum sepenuhnya menguasai Kekuatan Pemecah Batas, sehingga bisa dikalahkan oleh Ling Er dengan satu pukulan.
"Ibu, tidak apa-apa?" Ling Er kembali ke bentuk aslinya dan mendekati Ji Yanran sambil bertanya.
"Tidak apa." Ji Yanran menggelengkan kepala, namun raut wajahnya serius: "Kita harus cepat kembali ke markas."
Di dalam wilayah Tianwai, banyak makhluk mengerikan yang juga telah melebur dengan jiwa. Xiao Hua dan Xie Qing Di beserta yang lain sedang bertempur melawan mereka, namun situasinya sangat tidak optimis.
Xie Qing Di dengan full set kilau perak mempesona bertarung sengit melawan kera raksasa. Tinju mereka kontinu menghantam, tak satu pun mau mundur setengah langkah. Namun kera raksasa itu semakin gigih, tenaganya kian menguat. Meski Xie Qing Di masih bisa berdiri tegak tanpa mundur, tanah di bawah kakinya telah retak-retak. Kedua tinjunya berdarah, dagingnya hancur-lebur hingga tulang yang mulai retak pun terlihat jelas.
Situasi Tang Zhenliu juga sangat tidak beres. Bersama Yi Dongmu, Snowball, dan Xiao Xing, mereka mengelilingi serangga manusia yang ganjil. Tapi serangan mereka selalu berhasil dihindari dengan gesit oleh makhluk itu.
Sebaliknya, cakar tajam bagai pisau milik serangga manusia itu berkelebat cepat, meninggalkan luka demi luka di tubuh mereka.
Pertempuran sengit berkecamuk di seluruh penjuru alam semesta - bukan hanya di Alam Semesta Genetik, tapi juga di Alam Semesta Raya Kekaisaran.
Di dalam Klan Huangji, seekor makhluk gaib berkaki empat sedang mengganas. Di setiap langkahnya, angin ganas bagai pedang tajam mengoyak segala sesuatu menjadi serpihan. Kerajaan Kaisar dipenuhi kehancuran, puncak gunung dan bayangan bangunan terbelah-belah. Di tanah terukir goresan-goresan tajam bagai parit raksasa.
Tak terhitung rakyat Huangji yang menemui ajalnya dalam sekejap. Genangan darah membasahi tanah. Tangisan pilu dan jeritan memilukan memenuhi angkasa, bagaikan neraka duniawi.
"Tuhan! Selamatkan anakku! Apa pun akan kuberikan asalkan dia hidup!" Teriak seorang nenek tua berambut putih, memeluk remaja yang kakinya terputus. Darah segar menggenangi tanah di sekitar tubuhnya yang nyaris tak bernyawa. Suaranya bergetar menyayat hati.
Sebuah siluet muncul dari kekosongan, bagaikan dewa yang turun dari langit. Matanya yang dingin memandangi warga Huangji yang meratap seperti si nenek. Suaranya bergema laksana guntur: "Akulah Dewa Sekejap yang menguasai waktu. Seperti sumpahmu dulu, kini permintaanmu terkabul."
