Han Sen memusatkan pandangannya. Sebuah boneka giok hitam muncul dari kota giok. Sosoknya mirip manusia hidup, tapi seluruh raganya telah terpenggiokan. Di pinggangnya tergantung sebilah pedang giok.
Meski masih dalam sarung, kilatan pedang berputar-putar di sekeliling pedang giok itu. Saat boneka giok hitam melangkah, kilatan pedang seketika berubah menjadi wujud fisik pedang giok yang menghantam Han Sen.
Makhluk pemecah batas yang keluar dari Giok Putih Ibu Kota terlihat sangat kagum pada boneka giok hitam itu. Mereka semua mundur ke samping, seolah menunggu boneka tersebut membunuh Han Sen.
Han Sen menggenggam Pedang Cun Hui. Dengan satu tebasan, ia langsung menghancurkan pedang giok itu. Tanpa jeda, ia melanjutkan serangan ke arah boneka giok hitam.
Di mata patung giok hitam itu, sinar jahat berkilauan. Pedang giok di pinggangnya keluar dari sarungnya, gemerincing pedang yang mengguncang langit-bumi. Kilatan pedang sebesar pilar giok menyambar angkasa, menghadang pedang Cun Hui milik Han Sen.
Krak!
Dengan satu sabetan pedang, Han Sen membelah pedang giok dan patung giok hitam itu menjadi dua. Dalam sekejap, berbagai makhluk Pemecah Batas mundur ketakutan. Seluruh dua belas menara lima kota seolah tercekat sesak nafas.
"Membunuh Pemecah Batas Kaisar Hitam. Memperoleh roh binatang Kaisar Hitam. Gen Pemecah Batas ditemukan." Sambil menggenggam kristal giok hitam, suara pemberitahuan bergema di otak Han Sen.
Pikiran Han Sen tidak tertuju pada gen itu. Ia baru saja mengerahkan segala upaya untuk membunuh Kaisar Hitam. Namun melalui aura Dongxuan-nya, ia merasakan masih ada beberapa aura tidak kalah dari Kaisar Hitam di dalam Giok Putih Ibu Kota. Bahkan di balik itu, ada sesuatu yang semakin mengerikan, membuat Han Sen sama sekali tidak boleh lengah.
Han Sen merasa ragu-ragu, makhluk Pemecahan Batas mengerikan di Istana Giok Putih seolah juga memiliki keraguan. Setelah Han Sen memenggal Kaisar Hitam dengan satu sabetan, makhluk-makhluk yang sempat keluar kini takut untuk maju, dan tidak ada lagi Pemecahan Batas yang menerobos keluar dari dalam istana.
Han Sen dengan kekuatannya sendiri menggemparkan seluruh makhluk hidup di Istana Giok Putih, memungkinkan murid-murid Istana Surgawi mundur dengan selamat.
Seorang Elder Istana Surgawi yang berlumuran darah dan kehilangan satu lengan, sebelum pergi meletakkan satu tangan di dada sebagai penghormatan kepada Han Sen.
Tak ada yang berbicara. Para petarung Istana Surgawi hanya memberi hormat dalam diam sebelum mundur. Mereka bukan penakut atau takut bertarung, namun murid-murid istana tak boleh tewas di sini. Mereka harus mengawal para murid dari berbagai ras untuk mengungsi, agar bisa terus bertahan hidup.
Han Sen tak berani pergi. Ia tetap berdiri di depan dua belas menara lima kota, membuat ribuan makhluk mengerikan itu takut melangkah keluar dari Istana Giok Putih.
Namun, para Pemecahan Batas yang terbentuk dari Sha Beast dan yang sebelumnya melesat keluar dari Giok Putih Ibu Kota tetap menyebabkan masalah besar bagi Istana Surgawi.
"Kuno Iblis benar, dengan kekuatan satu orang seperti diriku, meski bisa membunuh lebih banyak Pemecahan Batas, mustahil melindungi seluruh keluarga dan teman-teman, apalagi menyelamatkan alam semesta ini." Han Sen tidak menemukan solusi lebih baik. Jika dia tidak menjaga di sini, makhluk mengerikan dari Giok Putih Ibu Kota yang keluar hanya akan menyebabkan korban jiwa lebih besar.
"Boom!" Tiba-tiba Han Sen melihat siluet Sulur Labu Raksasa menembus langit di kejauhan. Labu-labu suci di tubuhnya memancarkan cahaya mistis, memenggal para Pemecahan Batas di sekitarnya.
Dari kejauhan Han Sen menyaksikan Panglima Istana Surgawi berdiri di atas Sulur Suci, seolah telah menaklukkannya. Bisa juga sulur itu telah memulihkan kehendak dirinya sendiri, tidak lagi dikendalikan oleh kehendak jiwa.
Han Sen berseri-seri tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Sulur Suci itu sendiri sudah bersifat ilahi, kini Pemecahan Batas-nya pun jauh melampaui Pemecahan Batas biasa. Dengan perlindungannya bersama Tuan Istana Surgawi, murid-murid Istana Surgawi hari ini seharusnya bisa mempertahankan nyawa.
"Hei anak muda Han, aku akan membawa mereka mundur. Bisakah kau bertahan?" Suara Tuan Istana Surgawi bergema. Ia juga menyadari situasi di sisi Han Sen tidak optimis.
"Aku ada di sini. Pedangku juga ada di sini. Siapa berani melanggar batas? Kalian tinggal pergi saja." Jawab Han Sen dengan nada dingin.
"Haha, jawaban yang bagus! Mari kita pergi." Tuan Istana Surgawi menepuk Sulur Suci. Jutaan labu ajaib di sulur itu langsung menyemburkan cahaya mistis, mengawal kapal dan pesawat perang Istana Surgawi menuju dunia luar.
Di luar Giok Putih Ibu Kota, para Pemecahan Batas mendongak ke langit sambil mengaum, semangat ingin mencoba seolah ingin menerobos keluar.
Tapi Han Sen yang sendirian dengan pedang berdiri di luar Giok Putih Ibu Kota, tetap tak seekor pun Pemecahan Batas berani melangkahi garis batas, hanya mengaum di sana.
"Siapa sangka, suatu hari ras langit akan terlahir karena Dia." Seorang wanita berbaju putih berlumuran darah mendekati Tuan Istana Surgawi, dengan raut wajah penuh keanehan memandangi Han Sen yang sendirian menghadapi Giok Putih Ibu Kota.
"Keajaiban kehidupan terletak di sini. Kamu takkan pernah tahu apa yang akan terjadi di detik berikutnya." Kata Tuan Istana Surgawi.
"Menurutku, ini bukan hal yang indah." Wanita itu melirik murid Istana Surgawi yang mati bergelimpangan. Setelah pertempuran ini, Istana Surgawi terpukul berat, tapi setidaknya harapan untuk hidup tetap terjaga.
“Dunia telah berubah, kita pun harus berubah. Jika tidak mati dalam keheningan, kehidupan harus meletus. Ras Langit kami tak pernah takut pada tantangan. Aku yakin murid Istana Surgawi akan semakin kuat menghadapi tantangan, hingga akhirnya kembali menjadi penguasa alam semesta.” Tuan Istana Surgawi mengubah topik pembicaraannya: “Tapi yang terpenting sekarang adalah menyelamatkan nyawa.”
Pesawat ruang angkasa besar dan kecil terbang di bawah perlindungan Sulur Suci. Seluruh ras langit mengawasi arah Giok Putih Ibu Kota dengan hening.
Di sana ada dua belas menara lima kota yang misterius, berbagai makhluk Pemecahan Batas yang mengerikan, dan seorang lelaki yang berdiri di depan Giok Putih Ibu Kota bersama pedangnya.
“Kak, Dia sudah kembali lagi.” Yun Suyi menarik-narik baju Yun Sushang, wajah kecilnya memerah karena bersemangat saat menatap bayangan punggung Han Sen.
Yun Sushang menghela nafas dalam hati. Walau Han Sen menyelamatkan Istana Surgawi adalah hal baik, tapi akibatnya Yun Suyi semakin sulit melupakan Han Sen.
Qian Yu di samping menggenggam erat tinjunya berkata: "Kita masih perlu berusaha lebih keras. Suatu hari nanti, kita harus merebut kembali Istana Surgawi dan Giok Putih Ibu Kota dengan kekuatan kita sendiri."
"Benar, suatu hari nanti kita pasti akan merebut kembali Istana Surgawi." Anggota ras langit diam-diam bersumpah di hati, meski perasaan sedih tetap menyelimuti.
Sejak hari ini, mereka tidak memiliki rumah lagi.
Di seluruh penjuru Alam Semesta Raya, pemandangan seperti ini terus bermunculan. Hanya ada satu wilayah yang tenang bagai genangan air yang diam.
Di dalam sebuah planet merah tua, para santo Sekte Darah Hidup dan Kaisar Manusia sedang menatap tajam lubang hitam di kehampaan.
"Retakan mulai muncul di antara dunia positif-negatif. Sepertinya Qin Xiu sudah mulai bergerak. Ini juga merupakan kesempatan luar biasa bagi kita." Kilatan aneh berkerlap di pupil Kaisar Manusia.
"Yang Mulia Pemimpin Sekte, apakah kita akan segera menyerang sekarang?" Tanya seorang santo.
“Tentu saja sekarang, saluran kedua dunia baru saja terbuka. Ini adalah periode paling kacau, sekaligus kesempatan terbaik bagi kita untuk bertindak.” Kaisar Manusia bangkit berdiri, memimpin para santo Sekte Darah Hidup menuju sebuah lubang hitam.
Di dalam wilayah Ras Iblis, seseorang telah lebih dulu berada di dalam lubang hitam - Leluhur Iblis ras tersebut. Lubang hitam tempat Leluhur Iblis berdiam telah eksis jauh sebelum kemunculan lubang-lubang hitam lainnya.
Terhadap kemunculan lubang hitam ruang, Leluhur Iblis tak menunjukkan reaksi berlebihan. Pada wajah yang nyaris identik dengan Zero, tak tersirat secuil emosi. Ia hanya mengawasi dalam diam saat jiwa-jiwa melintas ke dunia ini melalui lubang hitam.
Sebuah jiwa terbang memasuki bidang bintang Ras Iblis. Dengan gerakan tangan, Leluhur Iblis mengeluarkan tenaga bak takdir yang dalam sekejap memenggal jiwa tersebut.
“Berani mempermainkan jiwa di hadapan Asura seperti aku?” Leluhur Iblis memandang dingin kehancuran jiwa itu, mencibirkan bibir penuh cibir.
