Saat menembus penghalang itu, Han Sen langsung merasakan tarikan kuat yang bahkan tubuh Super God-nya pun sulit melawan. Dalam sekejap, dia terserap masuk.
Ding!
Dengan satu bunyi rapuh, raga Han Sen menghantam tanah berbatu, tapi yang membuatnya heran, tubuhnya ternyata langsung tertancap ke dalam batuan.
Benar, tertancap! Segera Han Sen menyadari ada masalah pada tubuhnya. Saat aura Dongxuan memindai diri sendiri, dia langsung terkejut hampir melonjak turun.
Lingkungan sekitar tidak asing bagi Han Sen. Area itu dipenuhi senjata yang tertancap di tanah, bagaikan hutan senjata tak berujung. Di sini seharusnya Langit Senjata, tingkat pertama dari 33 Surga, juga disebut Langit Pedang. Dulu Han Sen pernah membunuh Dewa Senjata di sini, meraih Jiwa Suci Tuhan-nya, bahkan mencabut Pedang Cun Hui.
Tapi kedatangan Han Sen kali ini sama sekali berbeda. Raga-nya sendiri telah berubah menjadi senjata, tertancap di tengah hutan belantara senjata.
Han Sen mencoba menggunakan tenaganya sendiri, ingin memulihkan wujud manusia. Namun berbagai jenis gaya yang dicobanya sama sekali tidak berguna. Bahkan tubuh Super God pun tak mampu mengembalikan raganya ke kondisi normal.
Han Sen terpaksa meninjau dirinya sekarang lebih dalam. Meski telah berubah menjadi senjata, semua kemampuannya masih bisa digunakan. Hanya bentuk fisiknya yang berbeda dari aslinya.
Di bawah pengaruh aura Dongxuan, wujud Han Sen yang sekarang langsung terpantul jelas di otaknya.
Mata pisaunya hitam pekat berbentuk segi empat, bahkan gagangnya pun berwarna seperti arang. Dari kejauhan, ia terlihat seperti tongkat api yang tertancap di tanah. Dibandingkan senjata-senjata berkilauan dengan cahaya dingin di sekitarnya, penampilannya benar-benar tidak menarik perhatian.
"Kenapa aku berubah menjadi sebatang Jian?" Pikiran Han Sen dipenuhi keanehan yang tak terkatakan.
Senjata jenis Jian sudah jarang digunakan manusia. Meski Han Sen pernah memakainya sebelumnya, itu hanya sekadar permainan asal-asalan. Sama sekali tak pernah ia latih teknik Jian yang sesungguhnya.
Tiga jenis senjata yang paling dia kuasai adalah panah, pisau tajam, dan pedang. Namun alih-alih berubah menjadi salah satu dari ketiganya, tubuhnya justru menjelma menjadi sebuah Jian yang tampak sangat biasa.
"Sepertinya setelah tiga puluh tiga hari kembali ke bentuk asal, barulah kekuatan sejatinya terungkap. Bahkan aku yang masuk ke dalam pun terkena penindihan kekuatan Langit Senjata, berubah menjadi Jian. Kemungkinan besar makhluk-makhluk lain yang nekat menerobos masuk juga mengalami nasib serupa, berubah menjadi senjata-senjata."
Sambil merenung, Han Sen mulai mengerahkan tenaga untuk melepaskan raganya dari batuan. Meski kini berwujud Jian, dengan kemampuannya seharusnya tidak sulit untuk terbang.
Namun ketika Han Sen mengumpulkan energi Jing Dongxuan dan mencoba mengendalikannya melalui aura Dongxuan, badan Jian itu tetap tegak tanpa bergerak sama sekali, masih tertancap kokoh di bebatuan.
Han Sen yang tidak percaya mistis mengoperasikan Jing Dongxuan sepenuhnya, mengandalkan kontrol aura Dongxuan. Kecuali dia hanyalah sebuah Jian sepanjang empat kaki, bahkan jika itu adalah kapal perang kelas bintang sejati atau sebuah planet, semuanya akan dikendalikan oleh aura Dongxuan untuk terbang dengan kecepatan cahaya.
Tapi tak peduli seberapa keras Han Sen mengerahkan tenaga, tubuh Jian hanya bergoyang hebat mengeluarkan dentingan mata pisau yang halus, tetap tak bisa mencabut seinci pun dari batuan.
"Jangan buang-buang tenaga. Sekarang kau telah berubah menjadi senjata oleh kekuatan aturan Langit Senjata. Kecuali memiliki kemampuan untuk membalikkan 33 langit, mustahil bagimu memecahkan aturan Langit Senjata dan mencabut diri sendiri." Sebuah suara terdengar di otak Han Sen.
Hati Han Sen berdesir, menggunakan aura Dongxuan untuk mencari di sekitar area, tapi tidak menemukan makhluk hidup lain.
"Sedekat ini masih tidak terlihat? Sungguh anggota yang bodoh." Suara itu kembali terdengar di kepala Han Sen.
"Kamu juga berubah menjadi senjata?" Han Sen langsung paham. Aura Dongxuan-nya kembali menyapu area sekitarnya, dan segera menemukan ketidakwajaran. Di sebuah batu besar yang berjarak kurang dari tiga meter darinya, tertancap sebilah pedang.
Hanya bilah dan gagang pedang sepanjang satu kaki yang terlihat di permukaan, sementara bagian lainnya tertanam dalam batu. Dari bagian yang terlihat, pedang tembaga bergaya klasik itu memiliki umbai merah yang terikat pada cincin di ujung gagangnya.
Bilahnya berwarna merah keunguan seperti terbuat dari tembaga ungu. Desainnya sangat indah namun tetap memancarkan aura keganasan khas senjata. Bahkan orang awam pun bisa melihat bahwa ini adalah pedang berkualitas tinggi, mungkin bahkan sebuah mahakarya legendaris.
Saat ini, umbai merah pada pedang tembaga ungu itu melambai tertiup angin, menciptakan kesan anggun yang kontras dengan wujud garangnya.
Han Sen menggunakan aura Dongxuan untuk mengamati pedang tembaga ungu itu, namun mendapati bilah pedangnya sedang menyebarkan gelombang pikiran aneh. Yang berkomunikasi dengan Han Sen melalui pikiran, tak diragukan lagi adalah pedang tembaga ungu itu sendiri.
"Makhluk hidup yang masuk ke Langit Senjata, tak ada yang bisa lolos. Semuanya akan berubah menjadi senjata. Bahkan Tuhan pun sulit menjadi pengecualian. Kecuali ada yang bisa mencabut kami, selamanya kami hanya akan menjadi senjata yang tertancap di tanah." Pedang tembaga ungu kembali mengirimkan gelombang pikirannya.
"Jika semua makhluk yang masuk ke Langit Senjata berubah menjadi senjata, lalu siapa lagi yang bisa datang ke sini untuk mencabut kita?" Han Sen merespons dengan senyum pahit.
Pedang tembaga ungu berkata dengan suara dingin: "Kebodohan! Memang benar orang luar akan berubah menjadi senjata, tapi di dalam Langit Senjata ini masih ada makhluk asli."
“Ada?” Han Sen terkejut, saat kunjungan terakhirnya ke Langit Senjata, dia tidak melihat makhluk asli sama sekali. Di sini selain benih gen senjata, tidak ada makhluk asli lain.
Dan sekarang dia sendiri telah menjadi salah satu anggota benih gen senjata, benar-benar tidak bisa membayangkan di mana lagi ada penduduk asli.
“Tentu ada.” Suara penuh cibir Pedang Ungu Tembaga bergema: “Betapa bodohnya, tiga puluh tiga hari adalah titik kontrol kedua alam semesta, bisa sekaligus memperoleh vitalitas dari alam semesta positif-negatif. Bentuk kehidupan di sini lebih kaya dibanding kedua alam semesta itu sendiri, mana mungkin tidak ada makhluk asli?”
Han Sen berpikir setelah tiga puluh tiga hari kembali ke bentuk asal, kelahiran entitas kehidupan baru memang wajar. Perkataan pedang ungu tembaga itu memang benar.
“Yang Mulia begitu berpengalaman luas, pengetahuan begitu dalam, pastilah entitas yang luar biasa. Bagaimana cara memanggil Yang Mulia?” Han Sen ingin mencari tahu asal-usul pedang ungu tembaga tersebut.
Pedang Tembaga-Ungu berkata dengan penuh tantangan: "Sang Diri Asli telah mengalahkan semua di langit dan bumi, alam semesta positif-negatif tanpa tandingan. Aku dijuluki Raja Langit. Panggil saja aku Raja atau Bapak."
"Oh." Han Sen tahu persis Pedang Tembaga-Ungu sedang mengada-ada. Tokoh-tokoh terkenal di kedua alam semesta, sekalipun belum pernah ia temui, seharusnya pernah ia dengar. Tak pernah ada cerita tentang "Raja Langit". Jelas-jelas pedang ini ingin mengambil untung darinya.
"Generasi muda, kamu ini siapa?" Pedang Tembaga-Ungu bertanya sendiri setelah melihat Han Sen tak bereaksi.
"Aku cuma seorang nobody. Tak pernah melakukan hal besar. Cuma sesekali membunuh beberapa dewa untuk hiburan, memanggang Pemecah Batas saat lapar, dan meminta Wakil Ketua Kekacauan memijat bahuku saat lelah." jawab Han Sen.
"Bualanmu keterlaluan!" Pedang Tembaga-Ungu mendengus keras penuh cibir, yakin Han Sen juga sedang mengarang kisah palsu dan sengaja menyembunyikan identitas aslinya.
