Saat Jian Tembaga berhasil dicabut, cahaya api ungu kemerahan tiba-tiba meluap dari bilahnya. Energi tak terbatas mengalir deras dari pedang, menyusup masuk ke dalam raga wanita itu.
Han Sen merinding melihatnya. Tampaknya meski pedang tembaga ungu itu berhasil dicabut dari tanah oleh penduduk asli, belum tentu sepenuhnya bebas. Jelas tercipta hubungan khusus antara pedang itu dengan wanita tersebut.
Di bawah kejaran monster raksasa, gadis kecil itu telah kabur hingga ke sekitar. Monster itu sepertinya merasakan sesuatu, matanya melirik pedang tembaga ungu dan wanita yang menyala-nyala dengan kilau merah keunguan. Dengan terburu-buru, monster itu meninggalkan gadis kecil itu dan kabur, seolah melihat sesuatu yang mengerikan.
Gadis kecil itu sempat membeku, lalu memandang pedang tembaga ungu di tangan wanita itu dengan ekspresi berpikir. Sorot matanya berputar cepat, menyisir tumpukan senjata-senjata.
Tak lama, pandangannya tertuju pada jian logam hitam tempat Han Sen bersembunyi. Rupanya ia masih ingat, dulu senjata logam inilah yang bersama pedang tembaga ungu mengeluarkan suara aneh yang bergema.
Melirik sekali lagi wanita yang memegang Jian tembaga ungu, gadis kecil itu menggigit bibirnya dan meluncur cepat ke arah Han Sen, kedua telapak tangan mungilnya mencengkeram gagang gada.
Raut wajah Han Sen dipenuhi keanehan, sejenak ia tak tahu apakah dicuplik oleh gadis kecil itu merupakan hal baik atau buruk.
Namun gadis kecil itu tanpa ragu telah menggunakan kedua tangannya dengan sekuat tenaga, perlahan mulai mencabut logam hitam personifikasi Han Sen.
Tinggi badan gadis kecil itu hampir setara dengan gada logam, meski kedua tangannya mencengkeram gagang, ia tak kuasa mencabutnya sepenuhnya. Akhirnya ia melepas pegangan dan memeluk badan gada sambil menariknya keluar, hingga akhirnya berhasil mengeluarkan Han Sen.
Saat Han Sen tercabut dari tanah oleh gadis kecil itu, ia langsung merasakan gelombang kekuatan aturan mengerikan menerjang mereka berdua, bahkan seberkas tenaga jiwanya mengalir tak terkendali ke tubuh si kecil.
Sejalan dengan itu, secuil kekuatan jiwa gadis kecil juga mengalir ke Han Sen, seperti pertukaran setara. Dia memperoleh secuil cetak cap jiwa sang gadis, sementara gadis itu juga mendapatkan secuil cetak cap jiwanya.
"Aturan Tiga Puluh Tiga Hari yang sialan..." Meski menggunakan kekuatan tubuh Super God, Han Sen tetap tidak bisa menghentikan penyelesaian pertukaran ini.
Namun jiwa gadis kecil itu jelas terlalu rapuh. Meski mendapatkan secuil cetak cap jiwa Han Sen, dia tidak mampu memurnikan dan menyerapnya. Cetak cap jiwa itu terlihat tidak selaras dalam jiwanya, bagai butiran pasir besi yang merembes ke tumpukan beras.
Sebaliknya, jiwa Han Sen langsung menyerap dan memurnikan secuil cetak cap jiwa gadis kecil itu dalam sekejap, menjadikannya bagian dari jiwa sendiri.
Hal ini menyebabkan terjadinya kondisi abnormal. Meski gadis kecil telah berhasil mencabut Han Sen, tidak terjadi resonansi tenaga seperti pada wanita dan Jian Tembaga Ungu.
Gadis kecil itu memeluk Jian logam hitam pekat dengan kedua tangannya, bagai memeluk tongkat api biasa. Tak ada fenomena aneh maupun fluktuasi energi yang terdeteksi.
Di sisi lain, wanita dan Jian Tembaga Ungu telah menyelesaikan fusi awal. Seluruh tubuhnya kini terbungkus zirah tembaga ungu kemerahan yang menyelimuti postur jenjangnya. Jian di tangannya memancarkan kilauan api mengerikan, membuatnya terlihat bagai dewi perang yang turun ke bumi bila dilihat dari kejauhan.
Dengan sorot mata dingin tak berperasaan, wanita itu menghunuskan Jian-nya langsung ke arah gadis kecil yang sedang memeluk Han Sen. Kilatan pedangnya bagai gelombang listrik ganas, menghujam tepat di depan wajah gadis kecil dalam sekejap.
Gadis kecil itu secara tidak sadar mengangkat kedua tangan untuk menghalang dengan Jian logam di tangannya. Hanya terdengar denting, tubuhnya beserta Jian terlempar ke belakang, meninggalkan jejak darah yang berceceran di udara—darah yang menyembur dari mulut si gadis kecil.
Dor!
Badan gadis kecil dan Jian logam yang berubah wujud dari Han Sen terjatuh ke dalam hutan senjata. Berapa tombak panjang remuk tertabrak, debu beterbangan membentuk awan.
"Terlalu rapuh. Tak kusangka seorang santo prajurit selemah ini." Wanita itu melangkah mendekat sambil menggenggam erat pedang tembaga ungu.
Meski gadis kecil itu lemah, wanita itu tak berniat membiarkannya pergi. Bukan karena ancamannya berarti.
Yang benar-benar mengancamnya adalah bilah Jian logam hitam yang masih dicengkram erat si gadis kecil. Meski tampak biasa tanpa kekuatan khusus, benda itu menyimpan bahaya laten.
Tapi wanita itu sangat paham, Jian itu pernah memancarkan dentang senjata yang tak terbayangkan, mirip seperti pedang tembaga ungu yang seolah memanggilnya.
Pedang tembaga ungu begitu perkasa, Jian logam hitam yang tak menarik perhatian itu pasti bukan benda biasa. Dia harus membunuh gadis itu sebelum berhasil menguasai Jian logam hitam secara penuh, memastikan tak ada kesempatan lagi.
"Jangan salahkan aku, salahkan alam semesta yang kejam ini. Hanya ada satu Santo Senjata di Langit Senjata, kau mati atau aku binasa." Wanita itu mengangkat pedang tembaga ungu, menghantam gadis kecil yang sedang merangkak di tanah.
Kilatan pedang mengerikan itu seakan mampu memotong segalanya, memancarkan cahaya tak tertandingi.
Di pupil gadis kecil itu berkobar cahaya keperkasaan alam liar. Meski tahu fungsinya terbatas, dia tetap mengangkat Jian logam yang masih terkunci erat di tangannya.
Salah satu lengannya sudah patah saat menerima serangan pertama, terkulai lemas di samping tubuh. Seluruh raganya penuh luka akibat terjangan hujan peluru, beberapa masih mengucurkan darah.
Gadis kecil ini berlutut setengah, dengan susah payah mengangkat Jian logam yang mirip tongkat api menggunakan satu tangan, menghadang cahaya ungu kemerahan yang menjulang tinggi.
Dang!
Kilatan pedang tembaga ungu menghantam Jian logam. Gadis itu menunduk dan merapatkan tubuh secara refleks, mengira akan menerima tenaga mengerikan.
Namun segera ia terkejut menemukan, selain berat Jian logam itu sendiri, tidak ada tenaga dahsyat yang dirasakan.
Sebaliknya, cahaya pedang ungu kemerahan yang megah itu justru pecah berkeping-keping seperti kaca saat menghantam Jian. Jian hitam pekat itu tetap utuh, bahkan warnanya berubah cepat menjadi transparan seperti es giok.
Saat bilah Pedang Tembaga Ungu benar-benar menghantam Jian Logam, senjata tersebut telah berubah menjadi Jian Giok Es semi-transparan. Tabrakan dua mata senjata ini mengeluarkan gemuruh dahsyat yang mengguncang langit.
Ternyata Pedang Tembaga Ungu mengalami kerusakan seukuran butiran beras, sementara Jian Giok Es sama sekali tidak terluka.
Gadis kecil itu gemetar kegembiraan. Tangan mungilnya erat mencengkeram Jian Giok Es lalu menghujamkannya ke arah wanita itu. Sang wanita mengangkat pedangnya untuk menahan, terjadi tabrakan beruntun beberapa kali. Setiap benturan meninggalkan celah sebesar biji padi di permukaan Pedang Tembaga Ungu.
"Dasar babi betina tak berotak! Kau hanya tahu membabat dengan tenaga kasar?" Pedang Tembaga Ungu bergetar antara kemarahan dan keterkejutan. Tubuhnya yang setara dengan wujud fisik sang pemilik mulai retak-retak. Nyawa pria itu benar-benar dijadikan mainan oleh wanita ini.
Namun suara pikiran-nya sama sekali tidak bisa didengar oleh sang wanita. Tiba-tiba langsung cahaya meledak dari Pedang Tembaga Ungu, tapi bukan untuk menyerang Han Sen dan gadis kecil itu, melainkan menarik tubuh wanita itu dengan gemilang ke kejauhan, hingga membuat sang wanita yang berwajah masam itu menghilang dari hutan senjata.
