Melihat wanita itu kabur, gadis kecil itu girang mendekap erat Jian Giok Es. Namun warna es giok di tubuh senjata itu perlahan memudar, berubah kembali menjadi hitam pekat seperti tongkat api.
Han Sen melepaskan tenaga bukan sepenuhnya karena tidak tega melihat gadis kecil itu terbunuh. Alasan utamanya adalah, saat gadis itu terluka, cetak cap jiwa milik Han Sen di dalam jiwa gadis itu juga bergetar.
Kecuali Han Sen bisa menarik kembali secuil jiwa itu, kalau gadis kecil itu dibunuh dan jiwanya hancur, secuil jiwa miliknya juga akan ikut runtuh.
Tapi sejauh ini, Han Sen belum menemukan cara untuk mengambil kembali secuil jiwanya sendiri.
Meski ada kemungkinan lain bahwa setelah gadis kecil itu mati, cetak cap jiwanya akan terpisah dan kembali ke Han Sen, tapi itu hanya hipotesis. Han Sen tak ingin mengambil risiko.
"Dari ucapan wanita tadi, gadis kecil ini disebut Santo Senjata. Mereka sedang memperebutkan posisi Santo Senjata. Mungkinkah Santo Senjata yang dimaksud adalah penguasa Langit Senjata? Jika benar begitu, berarti gadis ini dan wanita itu adalah Santo Roh Langit yang lahir dari Langit Senjata. Pertempuran mereka mungkin untuk menentukan siapa penguasa sejati Langit Senjata." Han Sen membuat hipotesis dalam hati.
Karena ada secuil cetak cap jiwa pada gadis itu, meski Han Sen sudah memiliki kemampuan untuk terbang menjauh, dia tidak buru-buru pergi.
Gadis kecil itu memeluk Han Sen dengan gembira berkata: "Mulai sekarang, kamu adalah senjata suci kehidupan utamaku. Namamu akan disebut... Xiao Hei..."
Han Sen hampir menyemburkan darah tua. Akhirnya dia mengerti ekspresi frustasi Si Perak Kecil dulu saat diberi nama olehnya.
Han Sen mencoba berdiskusi pikiran dengan gadis kecil, namun merasa ada kekuatan yang memutus komunikasi mereka, membuat si gadis tidak bisa merasakan pikirannya.
"Sialan aturan Langit Senjata ini! Apa sebenarnya yang ingin dilakukannya? Jika sudah memilihku, kenapa bahkan diskusi pikiran pun diblokir?" Kebingungan Han Sen segera terjawab setelah dipikir ulang.
Para "Santo Senjata" yang disebut ini setelah memilih Senjata Suci Kehidupan Utama mereka, melalui pertempuran dan pemahaman terus-menerus, berusaha memahami kekuatan Senjata Suci Kehidupan Utama. Ini harus diselesaikan sendiri oleh mereka tanpa pengaruh kehendak lain, oleh karena itu Aturan Langit Senjata menghalangi komunikasi antara Senjata Suci dan Santo.
"Karena sementara tak bisa kembali ke bentuk manusia dan sulit menarik kembali secuil cetak cap jiwa, terpaksa membawa gadis kecil ini bersama." Pikir Han Sen sambil mengaktifkan tenaga Jing Dongxuan, menyelimuti gadis itu dengan tubuhnya, lalu terbang melesat melintasi cakrawala.
Gadis kecil itu memeluk Jian Logam sambil membelalakkan mata, berteriak: "Xiao Hei... Kamu mau ngapain..."
"Kamu yang Xiao Hei, seluruh keluargamu hitam." Han Sen merasa frustasi tapi tak bisa menjelaskan, hanya mengabaikannya dan mempercepat terbang.
Dia tidak tahu di mana sebenarnya Bao'er, juga tidak tahu apakah Bao'er sama seperti dirinya yang berubah menjadi sebuah senjata di Langit Senjata, atau mungkin dia sudah meninggalkan Langit Senjata. Karena itu Han Sen terpaksa terus terbang sambil mencari.
Sambil terbang, Han Sen mengalirkan tenaga Hidup Darah Sutra Saraf ke tubuh gadis kecil itu, membantu memperbaiki luka-luka di seluruh tubuhnya.
Di sisi lain Langit Senjata, sang wanita diseret jauh oleh pedang tembaga ungu, tertarik hingga ribuan li sebelum akhirnya berhenti.
"Aku adalah Santo Senjata, calon Dewa Senjata masa depan! Kini kau telah menjadi senjata suci nyawaku, maka patuhilah perintahku..." Wanita itu menggenggam erat pedang tembaga ungu sambil berteriak penuh amarah.
Bzzzt!
Pedang tembaga ungu tiba-tiba melepaskan diri dari genggamannya, bilah pedang itu melayang di udara sambil menyala-nyala dengan kobaran api ungu kemerahan yang megah, menerangi segala sesuatu di sekitarnya menjadi warna ungu kemerahan.
"Karena telah menjadi senjata ilahi kehidupan utamaku, menuruti aku adalah nasibmu." Wanita itu menatap Pedang Tembaga Ungu dengan sombong, tak mau mundur selangkah pun, seolah dirinya adalah tokoh utama langit dan bumi, maka pedang itu semestinya tunduk padanya.
Dorch!
Pedang Tembaga Ungu tiba-tiba bergerak. Bilahnya dalam sekejap menembus dada wanita itu, darah langsung menyembur keluar. Wanita itu membelalakkan mata, kedua tangan mencengkeram pedang yang masih menancap di dadanya, memandanginya dengan ekspresi tak percaya.
"Tidak mungkin... Kau adalah senjata suci kehidupan utamaku... Tak mungkin kau melukaiku... Apalagi membunuhku... Jika aku mati, kau juga mati..."
Ucapan wanita itu belum selesai, Pedang Tembaga Ungu sudah menusuk jantungnya dan keluar dari punggungnya. Wanita itu tewas seketika di tempat, raganya terjatuh ke tanah.
Pedang Tembaga Ungu mengapung di udara, baju zirah tembaga ungu di tubuh wanita itu berubah menjadi berkas-berkas cahaya yang mengalir deras ke pedang. Bahkan jiwanya pun turut dipenggal oleh sabetan pedang itu, berubah menjadi titik-titik aura spiritual yang bergerak menuju pedang tembaga ungu.
Setelah menyerap cahaya dan aura spiritual, bilah pedang itu ternyata perlahan berubah wujud menjadi seorang perempuan berambut ungu mistis. Jika Han Sen ada di sini, pasti akan menjerit kaget - karena penampilan perempuan ungu ini hampir sama persis dengan Zero, hanya saja memiliki aura kematangan yang berbeda dengan pesona gadis remaja Zero.
Ini jelas-jelas adalah Leluhur Iblis Asura. Andai Han Sen menyaksikan ini, mungkin dia pun tak akan percaya bahwa pedang tembaga ungu yang biasa berkata-kata kasar itu ternyata merupakan wujud transformasi Leluhur Iblis.
"Awalnya ingin menyisakan nyawamu, tapi berani mengancamku Asura? Ini jelas bunuh diri." Asura sama sekali tidak memandang mayat wanita itu, seolah itu hanyalah sampah tak berguna.
Asura melirik arah sebelumnya di mana dia terbang menjauh, dengan raut wajah penuh keanehan bergumam lirih: "Bilah Jian logam itu sebenarnya siapa yang menciptakannya? Tubuh fisikku sudah termasuk kelas tertinggi di alam semesta, namun pedang hasil transformasiku ternyata tak mampu menahan benturan Jian logam itu. Pasti tubuh asli Jian logam tersebut sangat tangguh. Siapa gerangan dia sebenarnya?"
"Sayang sekali, si tolol sebodoh babi betina itu sama sekali tidak tahu cara memanfaatkan tenagaku. Dia hanya menghantam dengan tenaga kasar. Kalau tidak, memenggal gadis kecil itu bukankah perkara sulit? Tiga puluh tiga langit baru saja pulih, setiap lapisannya sedang melahirkan jiwa-jiwa langit. Gadis itu memiliki kekuatan jiwa yang bagus, mungkin bisa mengalahkan semua lawan dan menjadi Penguasa Santo Langit Senjata. Andai dia bisa mencabutku, dengan tenagaku, mudah saja membantunya mencapai posisi Santo. Tapi semuanya dirusak oleh brengsek itu." Ekspresi penyesalan terpancar di wajah Asura.
Memikirkan Jian logam yang diubah oleh Han Sen, pupil Asura kembali memancarkan secuil kebencian.
Andai saja Han Sen tidak menghancurkan rencananya, dia takkan melewatkan gadis kecil itu. Dengan pasrah, pedang itu malah dicabut oleh wanita tolol ini.
"Jangan sampai kudapati kau, atau kau akan terkejut setengah mati." Asura membayangkan jika bertemu Han Sen lagi, dia akan membuatnya merasakan arti kepasrahan yang sesungguhnya.
Asura tentu tak menganggap dirinya lebih rendah dari Jian logam. Kekuatan fisik hanyalah aspek terlemahnya. Makan rugi dalam benturan fisik murni bukanlah indikator kemampuan sejati.
