Zang Daotian mengangguk: “Aku tidak hanya yakin Gen Primordial ada di tangan Dao Zu Wuwei, tapi juga curiga Qin Xiu adalah reinkarnasinya.”
Raksasa iblis besar dan kuno iblis sama-sama terdiam. Zang Daotian pun berhenti bicara. Seluruh aula tiba-tiba hening membeku, seolah sebuah jarum jatuh ke lantai pun akan menggerakkan gendang telinga.
“Apakah Qin Xiu benar-benar Dao Zu Wuwei?” Han Sen diam-diam bergolak berbagai pemikiran, tapi tidak bisa mendapatkan jawaban. Pengetahuannya tentang Dao Zu Wuwei terbatas, membuatnya tidak bisa membandingkan.
Saat sedang berpikir, aula perunggu tiba-tiba mengalami perubahan situasi. Sebuah tenaga mengerikan meledak di dalam aula perunggu, langsung membuat aura Dongxuan Han Sen menghilang secara perlahan, sehingga tidak bisa lagi mengamati keadaan di dalam.
Ketika Han Sen kembali mengamati situasi dalam aula perunggu, ternyata aula tersebut sudah kosong melompong tanpa jejak manusia. Raksasa Iblis Besar, Iblis Kuno, dan Zang Daotian semuanya menghilang. Hanya ada darah yang menempel di lantai, entah dari siapa di antara trio itu - mungkin ketiga-tiganya.
Han Sen buru-buru menyisir seluruh aula. Ditemukannya empat pintu gerbang di setiap sisi aula. Tiga pintu perunggu sudah terbuka, namun tak tahu dari pintu mana mereka pergi.
Di dalam Prasasti Takdir Langit ini terdapat kekuatan misterius yang mengintervensi. Han Sen tidak bisa menggunakan teknik perpindahan antarbintang untuk langsung masuk. Aura Dongxuan-nya juga terhalang tembok perunggu, membuatnya sulit melacak jejak ketiga orang itu untuk sementara waktu.
“Sepertinya hanya bisa kembali lewat jalan yang pernah dilalui.” Han Sen mengubah fisiknya dengan Hidup Darah Sutra Saraf, tubuhnya menjadi mirip ular tak bertulang yang berusaha masuk ke dalam lubang tikus, merangkak naik di sepanjang dinding dalam pilar perunggu, membuka pintu menuju aula tempat raksasa iblis besar dan yang lain baru saja pergi.
Tapi baru saja Han Sen menyelinap ke dalam lubang tikus, belum sempat meninggalkan tempat itu, terdengar suara gir mekanisme perangkap berputar. Gerbang tembaga aula perunggu tempatnya berada, ternyata perlahan terbuka.
Hati Han Sen berdebar, ia merapatkan diri di dalam lubang tikus sambil mengarahkan pandangan ke arah pintu perunggu. Terlihat pintu itu naik perlahan, secara bertahap menampakkan siluet montok yang tak lain adalah raksasa iblis besar.
"Kenapa raksasa iblis besar bisa menemukan tempat ini begitu cepat?" Han Sen terkejut di hati, kembali menyusutkan posturnya untuk menghindari deteksi sang raksasa iblis.
Setelah masuk ke dalam aula, raksasa iblis besar segera menatap kolam air. Melihat kolam yang kosong melompong hanya berisi setengah air, ia tak bisa menahan diri mengerutkan kening: "Mengapa tidak ada? Dulu Ketua Umum jelas-jelas mengatakan akan menanam benih gen di kolam ini. Kenapa sekarang tidak ada?"
Raksasa iblis besar bergumam sambil mendekati tepi kolam. Saat menunduk melihat dasar kolam, air yang jernih bagai udara membuatnya langsung bisa melihat hingga ke dasar - sama sekali tidak ada benih.
"Ini sungguh aneh. Mustahil Ketua Umum menipuku. Lagipula di sini ada bahan mentah asli gen, dan benih gen hanya bisa bertahan hidup di tempat ini. Di mana letaknya? Mungkinkah saat menghidupkan kembali alam semesta, waktu terlalu mendesak sehingga Ketua Umum tidak sempat memasukkan benih gen ke kolam? Lalu di mana benih gen itu sekarang?" Raksasa iblis besar berdiri sambil mengamati sekeliling, sorot matanya tertuju pada lubang tikus di atas.
Han Sen merinding. Meski sudah memperkirakan 90% raksasa iblis besar akan memperhatikan lubang tikus, hatinya tetap berdebar-debar. Tubuhnya semakin menyusut masuk ke dalam.
“Prasasti Takdir Langit ini ternyata memiliki gua, sepertinya tikus mata ajaib yang dipelihara Yang Mulia Ketua masih hidup. Tapi dengan kemampuan tikus mata ajaib, seharusnya masih belum cukup untuk mengambil benih gen.” Raksasa iblis besar bergumam sambil berjalan menuju lubang tikus, jelas ingin menyelidiki kebenarannya.
Han Sen menggunakan aura Dongxuan untuk memutus gelombang energinya sendiri, diam-diam mundur ke atas pilar perunggu, bersiap kembali melalui rute semula.
Dari gumaman raksasa iblis besar tadi, Han Sen sudah bisa memastikan bahwa biji labu yang diambilnya adalah benih gen peninggalan Ketua Kekacauan. Keuntungan terbesar sudah diraih, inilah saatnya pergi.
Tapi sebelum raksasa iblis besar mencapai depan lubang tikus, tiba-tiba dia berhenti lagi. Sorot mata menyala-nyalanya tertuju pada dinding terdalam aula perunggu.
"Aneh, aku ingat waktu datang dulu, seharusnya tidak ada 'itu'." Raksasa Iblis Besar berbalik dan mendekat, berdiri di depan tembok itu untuk beberapa saat tanpa bergerak, seolah sedang mengamati sesuatu.
Han Sen yang tadinya ingin mundur, menjadi penasaran. Tanpa segera pergi, perlahan-lahan ia juga memandang ke arah tembok tersebut.
Sebelumnya perhatian Han Sen terfokus pada sulur labu dan kolam air, tidak memperhatikan tembok itu. Ia hanya tahu ada ukiran pola di atasnya. Saat diamati lebih seksama, baru ditemukan selain ukiran pola, ternyata ada relief kepala binatang di tembok tersebut. Pada hidung relief itu terdapat sebuah cincin batu.
Setelah mengamati beberapa saat, Raksasa Iblis Besar mengulurkan tangan, dengan hati-hati menggenggam cincin batu itu lalu menarik perlahan.
Cincin batu itu ternyata bisa ditarik keluar. Dentiran gir berputar terdengar, tembok itu perlahan terangkat, memperlihatkan aula perunggu lain di baliknya.
Sebenarnya tidak bisa dikatakan sebagai aula perunggu lain, karena aula perunggu di belakang sebenarnya menyatu dengan aula perunggu di depan. Hanya dipisahkan oleh tembok di tengah yang membagi satu aula perunggu menjadi dua bagian.
Sekarang setelah tembok itu terangkat, barulah aula perunggu yang utuh menampakkan diri.
"Ketua Umum!" Tembok perunggu belum sepenuhnya terangkat, Han Sen juga belum sempat melihat jelas isi aula itu, tiba-tiba terdengar teriakan kaget Sang Raksasa Iblis yang langsung bertekuk lutut di lantai aula.
"Tidak mungkin! Ketua lama Shen Luan Hui masih hidup?" Keringat dingin mengucur deras di tubuh Han Sen. Dengan panik ia menyapu pandangannya ke bagian belakang istana, dan melihat sebuah ranjang batu di ujung terjauh. Di atasnya terbaring seorang perempuan bercadar putih, cantik seperti patung giok hidup.
Sorot mata perempuan itu ternyata mirip dengan Bao'er, begitu mempesona hingga tak terlukiskan kata. Saat ini ia sedang berbaring miring di ranjang batu, menyangga pipinya dengan satu tangan sambil merem-melek seolah tertidur.
Tapi setelah Han Sen memperhatikan lebih dalam, dia langsung menghela nafas lega. Meski terlihat sangat hidup, wanita itu sebenarnya adalah sebuah pahatan giok, bukan manusia hidup.
"Tak disangka Ketua Kekacauan ternyata seorang wanita cantik seperti ini." Han Sen dalam hati mengagumi patung giok itu.
Raksasa Iblis Besar jelas juga telah menemukan rahasia ini. Dengan napas lega yang sama panjang, dia membersihkan keringat dingin di dahinya baru kemudian bangkit dari tanah.
"Yang Mulia Ketua, Anda benar-benar membuat jantungku copot." Raksasa Iblis Besar menepuk dadanya sambil berkata. Meski tahu itu hanya patung giok, dia tetap tidak berani bersikap tidak sopan. Setelah memberi hormat ringan, matanya mulai mengamati diam-diam area ranjang giok itu.
Han Sen juga mengamati ranjang dan patung giok tersebut. Di bawah tangan lain patung itu, ternyata ada sebuah buku yang tertindih. Buku itu sudah terbuka, meski sampulnya tidak terlihat, Han Sen bisa melihat sebagian isinya.
Han Sen segera menatap tajam menggunakan aura Dongxuan untuk melihat. Setelah melihat jelas isi buku itu, ekspresinya berubah aneh.
"Langit Giok Putih Ibu Kota, dua belas menara lima kota. Dewi mengusap ubun-ubunku, mengikat rambut menerima panjang umur... Tidak mungkin... Bagaimana puisi ini bisa berada di sini... Jangan-jangan dulu yang mengubah giok dewa menjadi Giok Putih Ibu Kota dan menciptakan Giok Dewi adalah Ketua Kekacauan..." Han Sen terkagum-kagum.
