Tapi Kuno Iblis justru tersenyum: "Justru karena ini adalah surga aliran waktu, mereka tidak berani datang."
"Prinsip apa ini?" Han Sen tidak bisa memahami pola pikir Kuno Iblis.
Kuno Iblis berkata, "Prinsipnya mudah dipahami, seperti banyak instrumen yang saling mengganggu elektromagnetik, jam di sini bisa mengubah aliran waktu. Gangguan terhadap tenaga temporal sangat serius. Jika mereka bertarung di sini, pertama-tama harus mengatasi masalah interferensi. Sebaliknya, kekuatan aliran lain tidak terlalu terpengaruh di sini, bisa bebas bertarung. Makanya semakin kuat kemampuan temporal seseorang, semakin takut datang ke Langit Waktu. Tentu saja, jika kekuatan temporal mereka bisa melampaui Langit Waktu, membuat kekuatan jam tak mampu memengaruhi, bahkan mengontrol jam itu sendiri. Maka petarung temporal justru tak akan terhambat di sini, malah menjadi makhluk kebal. Hanya saja sampai sekarang, sepertinya belum ada yang kekuatan temporalnya bisa mengungguli aturan Langit Waktu."
Han Sen mulai paham maksud Kuno Iblis. Saat hendak membantah, tiba-tiba terdengar dentang lonceng kuno yang bergema di antara langit dan bumi.
Dentang lonceng itu entah berasal dari mana, penuh kesedihan dan berat, bergema di dalam Dimensi Waktu dan merambat jauh. Meski suaranya tidak terlalu nyaring, namun terdengar hingga seluruh penjuru Dimensi Waktu.
"Waktunya habis. Kamu mau bertahan di sini mencoba hoki, atau ingin ke wilayah lain mencoba hoki?" Tatapan Kuno Iblis menyapu sekeliling.
"Ke mana pun kamu pergi, aku akan ikut." Han Sen tersenyum.
Kuno Iblis tak berkata-kata. Dengan gesit ia meloncat ke arah sebuah lonceng batu yang relatif kecil. Han Sen pun menyusul di belakangnya.
Pemahaman Han Sen tentang Dimensi Waktu masih terbatas. Ia tak bisa menilai apakah gerakan lonceng-lonceng batu ini searah jarum jam atau berlawanan. Mengingat Kuno Iblis bisa bertahan lama di sini tanpa masalah, mungkin ada detail internal yang ia ketahui.
Siapa sangka Kuno Iblis berdiri di atas lonceng batu itu berkata dengan datar: "Aku juga tidak punya cara yang bagus, hanya bisa mencoba hoki. Lonceng batu ini relatif kecil, cakupan pengaruhnya juga terbatas. Nanti jika aliran waktu di sini terlalu cepat, kita harus memanfaatkan waktu untuk menerjang ke area jam lainnya."
Dentang lonceng masih terus bergema, satu demi satu, jauh dan mistis.
"Apakah dentang ini akan berbunyi setiap jam?" Han Sen teringat sesuatu lalu beralih ke Kuno Iblis bertanya.
Kuno Iblis menjawab: "Tebakanmu hampir tepat. Dentang lonceng di Langit Waktu adalah penanda jam, berbunyi setiap dua jam sekali dari 1 hingga 12. Setelah dentang selesai, akan masuk ke rotasi waktu. Durasi rotasi waktu ini adalah satu jam, kali ini seharusnya dentang ke-11."
Han Sen masih ingin mengatakan sesuatu, tiba-tiba mendengar suara menderu. Naga berbentuk bor itu sedang terbang melintas dari kejauhan, sepertinya sedang memilih di area cakupan lonceng batu mana akan berhenti. Tapi setelah memilih-milih, tetap sangat ragu-ragu, jelas tidak tahu harus berhenti di mana yang lebih baik.
Naga berlian masih ragu, dentang lonceng ke-11 telah selesai berbunyi. Detik berikutnya, Han Sen langsung menyaksikan semua lonceng batu yang tak terhitung itu tiba-tiba berputar dengan suara "kres".
Jarum penunjuk pada lonceng batu berotasi dengan kecepatan berbeda. Ada yang cepat, ada yang lambat. Yang lambat seolah melompat per segmen, yang cepat bagai kipas angin berputar, seluruh alam semesta seolah berotasi.
Kuno Iblis dan Han Sen sama-sama mengawasi ketat lonceng batu di bawah kaki mereka. Jika putaran lonceng terlalu cepat - baik berputar normal maupun terbalik - mereka harus segera pergi dari sini.
Tentu saja, sebelum pergi, mereka harus menemukan area lonceng yang relatif aman.
Untungnya, kecepatan putaran lonceng batu di bawah kaki mereka masih terbilang normal, hanya sedikit meningkat sekitar dua tiga kali lipat dari lonceng biasa.
Artinya, satu jam mereka berdiri di sini setara dengan dua tiga jam berlalu di tempat lain.
Han Sen diam-diam menghela nafas lega, saat menatap Kuno Iblis, bisa jelas merasakan raga si iblis pun mulai rileks.
Tapi ketika sorot mata Han Sen tertuju pada Naga Berlian itu, ekspresinya berubah drastis. Nasib naga tersebut ternyata buruk - setelah lama memilih, ia gagal mendapatkan posisi bagus. Jarum penunjuk di area tempatnya berdiri kini berputar lebih cepat dari mesin pesawat, sampai tak terlihat lagi.
Naga Berlian menggeram keras, mati-matian ingin menerjang ke area lonceng lain. Namun saat terbang cepat, raganya justru menyusut dan warnanya memudar.
Maka Han Sen menyaksikan pemandangan mengerikan sekaligus ajaib: raga naga raksasa yang terlempar sejauh kurang dari seratus li semakin mengecil, berubah dari naga menjadi seukuran dinosaurus, lalu menyusut ke ukuran gajah, kemudian berubah menjadi buaya, dan akhirnya mirip kadal.
Sang Naga bahkan belum sempat keluar dari area lonceng batu itu ketika tubuhnya telah berubah menjadi sebutir telur kristal bening. Dengan memanfaatkan inersia dari dorongan sebelumnya, barulah ia berhasil melesat keluar dari zona waktu terbalik yang mengerikan itu dan mendarat di area lain.
Di area baru tersebut, aliran waktu melambat berkali-kali lipat. Gen itu melayang di udara, terlihat bagaikan berlian murni tanpa cela.
Han Sen merinding menyaksikan langsung bagaimana seekor Pemecahan Batas yang mengerikan dipukul hingga kembali ke wujud telur. Sungguh pemandangan yang mencengangkan.
Meski Han Sen juga memiliki kemampuan serupa, tapi itu bukanlah tenaga temporal. Efek visualnya pun tak sebegitu menggemparkan.
“Naga itu sebenarnya adalah Benih Genetika Langka. Jika kamu berminat, setelah putaran waktu selesai, kamu bisa mengambilnya.” Kuno Iblis memberitahu Han Sen.
“Jika kamu tidak berminat, aku tidak akan segan-segan.” Han Sen juga tidak mau kalah, langsung menuju area tersebut.
Meski di era ini Makhluk Pemecahan Batas sudah tidak langka, tapi rasio pemecahan akhir yang bisa dicapai tetap bergantung pada bakat bawaan. Benih Genetika Langka di masa depan pasti memiliki rasio pemecahan yang sangat tinggi.
Putaran waktu berlangsung selama satu jam penuh. Barulah di jam berikutnya, kita bisa bergerak dengan aman di Area Waktu Surgawi.
Setelah mengamati beberapa area jam di sekitarnya yang putarannya tidak terlalu cepat, Kuno Iblis pun terbang ke sana, jelas ingin terus mencari Jam Waktu Surgawi.
“Kita sama-sama datang demi Jam Waktu Surgawi. Tidak praktis bergerak bersama. Mari berpisah di sini.” Kuno Iblis melambaikan tangan ke Han Sen sambil berkata.
Han Sen tidak berniat melepaskan Kuno Iblis. Setelah menyimpan gen, dia langsung mengikuti sambil tersenyum manis: "Kuno Iblis, bukankah kau sudah merebut posisi penguasa segalanya di Tingkat Satu? Kenapa masih datang ke Surga Waktu?"
"Aku punya rencanaku sendiri." Kuno Iblis tak menjawab pertanyaan Han Sen.
Melihat Kuno Iblis tak mau menjawab, Han Sen tak memaksa. Namun dia juga tak pergi, hanya diam-diam mengikuti dari belakang.
Han Sen tidak tahu apakah karena raganya lambat merespon, dia sama sekali tidak merasakan pengaruh jam-jam itu terhadap tubuhnya.
Tapi Han Sen tak yakin: apakah karena dia tak bisa merasakan gaya, atau jam-jam itu memang tak mempengaruhi raganya.
