"Kalau semua lawan sebodoh Elder Futu ini, memaksakan diri untuk berlaga secara fisik denganku, mungkin raga ini memang cukup hebat." Han Sen mengawasi kabut darah sisa Elder Futu, bergumam lirih menyindir diri sendiri.
"Andai saja Elder Futu tahu bahwa Han Sen sebenarnya takkan bisa membunuhnya jika dia tidak melawan, entah apa yang akan dipikirkannya."
"Justru karena Elder Futu terlebih dahulu memanggil Pagoda Mistis Langit untuk menekan Han Sen, lalu memaksakan tenaga Letusan Retakan Ruang-Waktu sampai mati-matian, barulah kekuatan alamiah dalam tubuh Han Sen terstimulasi merespons."
"Seandainya Elder Futu kabur dengan polos tanpa melawan atau membalas celaan, sungguh sulit bagi raga Han Sen saat ini untuk membunuhnya."
Sayangnya, siapa di dunia ini yang bisa menyangka, mati-matian ingin bertahan hidup, malah akhirnya membahayakan diri sendiri.
Elder Fu Tu bukanlah makhluk Pemecahan Batas, membunuhnya tidak menghasilkan gen Pemecah Batas. Han Sen melihat sekeliling, waktu satu jam belum habis, lonceng-lonceng batu itu masih berputar.
Tapi bagi Han Sen sekarang, ini sudah tidak bermakna lagi. Raga-nya kebal terhadap kekuatan waktu. Meski Dimensi Waktu begitu luas, tak ada tempat yang tak bisa ia datangi.
"Sayangnya aku masih tak bisa membedakan mana lonceng batu yang merupakan Jam Surgawi. Tetap harus menunggu mereka berhenti dulu baru bisa melakukan eksperimen." Setelah berpikir, Han Sen memutuskan tidak kemana-mana, menunggu di sini hingga putaran waktu selesai.
Tak lama kemudian, putaran waktu satu jam pun berakhir. Pada jam berikutnya, tidak akan ada lagi perubahan abnormal pada aliran waktu di Dimensi Waktu.
Han Sen mendekati jarum jam terdekat, menatap dengan seksama jarum penunjuk itu.
Jam Alliance biasanya memiliki tiga jarum, yaitu jarum jam, jarum menit, dan jarum detik. Namun lonceng-lonceng batu di Shi Zhi Tian ini hanya memiliki satu jarum penunjuk. Jarum ini tidak mewakili detik, menit, maupun jam. Lebih tepatnya, ia mewakili shichen - setiap gerakan satu tanda mewakili satu shichen atau hampir dua jam.
Seluruh lonceng batu dalam kondisi seperti ini. Namun saat ini semua jarum penunjuknya diam statis.
Jarum yang terbuat dari batu ini terlihat tidak terlalu halus. Permukaannya dipenuhi lubang-lubang alami dan teksturnya terasa licin. Terdapat ketidakharmonisan dengan konsep jam sebagai benda presisi tinggi, namun justru memancarkan seni khas penyihir kuno.
Han Sen mengulurkan tangan membelai jarum batu raksasa. Seketika rasa dingin menusuk mengalir dari ujung jari hingga ke permukaan kulitnya.
Sensasi dingin ini sebenarnya hanya suhu alami batu. Di masa lalu, fisiknya takkan bisa merasakan sedetail ini tanpa bantuan aura Dongxuan. Ironisnya, semakin kuat tubuh fisik, sensitivitas indra justru akan berkurang.
Seperti orang yang berlatih tinju, tinju mereka sangat keras, dan setelah berkapalan, sensitivitas tinju terhadap suhu dan rasa sakit akan sedikit lebih rendah dibanding orang normal.
Meski raga Han Sen sangat kuat, indranya tetap sangat tajam, bahkan lebih peka dibanding masa lalu, kemampuan indra deteksi aura ke luar sangat kuat, namun sama sekali tak bisa merasakan aliran tenaga diri sendiri, hal ini membuat Han Sen frustasi.
Menempelkan kedua telapak tangan di jarum penunjuk, Han Sen mengerahkan seluruh tenaga mendorong jarum batu searah jarum jam.
Menurut penjelasan Kuno Iblis, jika itu lonceng batu biasa, jarum sekalipun dipatahkan, tak mungkin bisa didorong sedikit pun. Jika itu jam surgawi, mungkin saja bisa didorong.
Terhadap penjelasan Kuno Iblis, Han Sen sebelumnya juga curiga. Tapi penjelasannya terhitung sepenuhnya logis, sehingga Han Sen tetap memilih percaya padanya.
Menurut penjelasan Kuno Iblis, lonceng batu biasa terhubung dengan aturan Langit Waktu. Menggerakkan satu bagian akan mempengaruhi keseluruhan sistem. Mendorong satu jarum penunjuk sama dengan menggerakkan seluruh kekuatan aturan Langit Waktu. Bahkan seandainya Qin Xiu datang, belum tentu bisa menggerakkannya.
Sedangkan Jam Langit Waktu sendiri adalah jelmaan Langit Waktu. Hanya dialah yang bisa mengubah-ubah kekuatan aturan Langit Waktu sesuka hati, sehingga hanya dirinya yang bisa digerakkan secara terpisah.
Tentu saja, itu juga tergantung apakah Jam Langit Waktu mau digerakkan atau tidak. Jika dia malas mengacuhkanmu, tetap saja tidak akan bisa digerakkan.
"Pada akhirnya, ini semua pekerjaan mengandalkan hoki," gerutu Han Sen yang sangat tidak menyukai unsur keberuntungan, karena nasibnya selama ini selalu buruk.
Han Sen mendorong dengan sekuat tenaga. Kreek! Jarum batu raksasa itu ternyata bergerak mengikuti dorongan tangannya. Jarak yang berhasil didorongnya langsung membuat waktu di sekitarnya melompat sejauh itu.
“Ternyata hokiku begitu baik, langsung menemukan jam surgawi?” Han Sen berseri-seri tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Ia mencoba mendorong lagi dengan tenaga tidak terlalu besar, dan jarum penunjuk kembali bergeser beberapa jarak.
“Haha, hokiku akhirnya datang. Kuno Iblis, kau yang seribu alasan menolak, beribu dalih menghindar, enggan ikut bersamaku—sekarang aku yang lebih dulu menemukan jam surgawi. Nanti lihat apakah kau akan menyesal!” Han Sen begitu bersemangat sampai ingin tertawa terbahak-bahak ke langit. Setelah sekian lama menyusup, akhirnya ia menyentuh jackpot sekali tebas.
Usai sukacita, Han Sen menghadapi kesulitan: meski telah menemukan jam surgawi, ia tak tahu cara menaklukkannya.
"Lonceng Langit adalah jelmaan roh yang lahir dari Langit Waktu, sebenarnya merupakan entitas kehidupan setara dengan Kaisar Langit dan yang lain. Seharusnya memiliki kecerdasan yang sangat tinggi." Han Sen memandang jarum batu itu dan berkata: "Lonceng Langit, kalau kau mau tunduk padaku, aku akan menjamin keamanan hidupmu. Kalau tidak, jangan salahkan aku yang kejam dan tak berperasaan. Kalau ringan, jarummu akan kupatahkan. Kalau berat, langsung kuhancurkan jiwa dan ragamu..."
Han Sen terus mengancam dan membujuk cukup lama, retorikanya hampir habis terkikis, namun Lonceng Batu itu sama sekali tidak menunjukkan reaksi.
"Sepertinya tanpa tindakan nyata, kau tidak akan mengerti arti penyesalan." Han Sen sedang bersiap untuk mendorong jarum itu lagi, tiba-tiba hatinya berdesir: "Tunggu, jangan-jangan Kuno Iblis itu menipuku? Mungkin sebenarnya semua jarum lonceng batu bisa didorong?"
Meski merasa kemungkinan ini cukup kecil karena perkataan Kuno Iblis memang benar - jarum Lonceng Batu terhubung dengan aturan Langit Waktu - secara teori seharusnya memang tidak mungkin bisa digerakkan.
Tapi Han Sen masih merasa curiga, matanya menyapu sekeliling area, lalu berdiri menuju sebuah jam batu di dekatnya. Ia ingin mencoba apakah jarum jam batu lainnya bisa didorong.
Sampai di depan jam batu sebesar stadion sepak bola, Han Sen tak ragu lagi. Langsung ia mengulurkan tangan menekan jarum batu itu, mendorongnya dengan keras.
Dorongan itu membuat jarum sebesar balok batu langsung terlontar cukup jauh. Aliran waktu di seluruh area tiba-tiba semakin cepat, begitu cepatnya seolah melompati beberapa waktu.
"Gila, brengseknya Kuno Iblis itu, berani-beraninya menipuku? Tapi ini tidak masuk akal, bagaimana mungkin bisa terdorong?" Hati Han Sen dipenuhi kebingungan. Hingga detik ini ia yakin jarum batu itu seharusnya tak bisa digerakkan, tapi fakta terhampar di hadapan membuatnya tak bisa tidak percaya.
Han Sen baru saja hendak bangkit mencari Kuno Iblis, tiba-tiba mendengar suara bersemangat dari kejauhan: "Jam Surgawi... Akhirnya kutemukan Jam Surgawi..."
Han Sen tertegun sejenak, menoleh ke arah sumber suara. Seorang lelaki dengan mata berbinar-binar menatap jarum batu yang baru saja digerakkannya, jelas yakin bahwa benda di bawah kendali Han Sen itu adalah Jam Surgawi.
