Sepanjang perjalanan, tak ada petunjuk yang ditemukan. Tiba-tiba terlihat sebuah lonceng batu di depan dimana jarum penunjuknya berputar gila-gilaan dengan kecepatan luar biasa hingga bayangannya tak terbaca.
Setelah mengamati lebih seksama, Han Sen terkejut menemukan bahwa jarum tersebut ternyata berputar terbalik. Dengan kecepatan sebesar itu, nyawa apapun yang masuk akan sekejap mata terdegradasi kembali ke status penetasan telur.
Saat melangkah masuk ke area itu, pupil matanya berkedip takjub. Raganya yang biasanya sekeras batu kali ini bereaksi - ia bisa merasakan keberadaan kekuatan eksternal mengalir di sekujur tubuhnya bagai gelombang waktu yang cair. Kulitnya dengan jelas menangkap sensasi mengalirnya sungai waktu.
Meski raganya tidak terpengaruh oleh waktu yang terbalik, hal itu cukup membuat Han Sen terkejut. Ia mengawasi jarum penunjuk yang berputar gila-gilaan sambil bergumam dalam hati: "Apakah karena aliran waktu terbalik yang terlalu cepat sehingga raga ku bereaksi? Ataukah lonceng batu ini menyimpan keanehan?"
Bagi Han Sen, mengetahui jawabannya bukanlah hal sulit. Ia melangkah mantap menuju jarum yang berotasi.
Namun sesuatu yang membuatnya takjub dan girang terjadi. Saat ia mendekati jarum tersebut, kecepatan putarannya malah meningkat, berputar lebih cepat dari sebelumnya.
"Tidak beres. Pasti ada masalah dengan lonceng batu ini. Biasanya kecepatan rotasi jarum penunjuk terhubung dengan aturan Langit Waktu secara keseluruhan, tidak mungkin diubah sesuka hati. Begitu kecepatannya berubah, seluruh Langit Waktu akan terlibat, dan lonceng-lonceng batu lain juga akan mengubah kecepatan putarannya... Kecuali... Hoki ku benar-benar datang..." Sorot mata Han Sen menyala-nyala mengawasi ketat jarum itu. Tanpa ragu, ia segera bergegas mendekatinya.
Semakin dekat Han Sen dengan jarum penunjuk, semakin cepat putaran lonceng batu itu. Guncangan dari aliran waktu yang melawan arus ini nyaris berubah menjadi wujud nyata yang kasat mata.
Saat Han Sen mendekati jarum penunjuk, pergerakannya bagai mendayung melawan arus sungai sekaligus menahan arus air terjun. Setiap langkah membuat raganya merasakan tekanan besar.
Ini pertama kalinya tubuhnya merasakan tekanan sejak evolusi tubuh super dewa-nya selesai.
"Ternyata tubuh ini sama sekali tidak tidak bisa merasakan tenaga, melainkan hanya tidak bereaksi terhadap tenaga yang terlalu lemah." Langkah demi langkah Han Sen maju. Kekuatan waktu memang memberi sedikit tekanan pada tubuhnya, namun hanya segitu. Tekanan itu tak mampu menggoyahkan raganya, apalagi menyebabkan kemunduran.
Han Sen langkah demi langkah mendekati jarum penunjuk. Ia mengulurkan satu tangan untuk mencengkeram jarum batu yang berputar gila-gilaan. Saat telapak tangannya menahan jarum batu itu, tenaga mengerikan dari rotasi jarum ternyata membuat tubuh Han Sen terpelanting setengah lingkaran. Namun akhirnya jarum itu berhasil diredam oleh telapak tangannya, bergetar tak mampu melanjutkan rotasi.
Bzzzt!
Tapi jarum batu ini tidak seperti jarum lainnya yang langsung bisa ditekan. Malah memancarkan aliran tenaga baru yang membuat tubuh Han Sen tak terkendali mundur, kedua kakinya menggores bekas berbentuk busur dalam di permukaan batu.
Han Sen mengerahkan tenaga, mendorong tepi jarum batu dengan telapak tangan hingga memaksa jarum berhenti.
Jarum masih terus bergetar seolah berusaha melawan. Tapi dengan kedua tangan menekan kuat, Han Sen sepenuhnya menguasainya. Sekuat apa pun jarum itu berontak, tetap tak bisa bergerak sedikit pun.
Kres!
Tiba-tiba, Han Sen mendengar suara pecahan batu. Jarum batu itu ternyata terbelah, muncul retakan berliku di permukaannya yang cepat menyebar ke sekeliling. Sepertinya karena tenaga yang terlalu kuat, jarum itu hampir hancur berkeping-keping.
Tak lama, jarum batu sepanjang lebih dari 30 meter itu dipenuhi retakan. Dengan tekanan terus-menerus, seluruh jarum batu itu tiba-tiba meledak hancur.
Dari pecahan batu itu, muncul kilatan kristal bagai sinar pedang yang menyambar pinggang Han Sen.
Han Sen mengarahkan kedua tangannya menekan kilatan kristal itu. Langsung berhasil menahannya, tapi raganya terdorong mundur oleh energi kristal. Kedua kakinya menggores dua garis dalam di tanah, tak kunjung berhenti hingga membentuk lingkaran sempurna di permukaan.
"Barulah Han Sen melihat jelas, itu sama sekali bukan kilatan pedang, melainkan sebuah jarum yang terbuat dari pahatan kristal. Desainnya sangat megah, berkilauan seperti tombak ksatria dengan bentuk elegan, atau mungkin pedang besar kristal dengan bentuk unik."
Jarum kristal ini tersembunyi di dalam jarum batu, baru muncul setelah jarum batu hancur. Ukurannya hanya sedikit lebih kecil dari jarum batu, selisih satu lingkaran saja.
"Tidak ada yang salah, ini pasti Jam Surgawi!" Hati Han Sen dipenuhi kejutan. Raga terus memberikan tenaga melawan kekuatan jarum kristal, perlahan mengurangi kecepatan rotasinya hingga akhirnya berhenti total, tak bisa berputar lagi.
Krek! Krek!
Suara pecahan yang terus bergema mengisi area bawah kaki Han Sen. Retakan besar menjalar di permukaan jam batu, dari celah-celahnya terlihat kilatan cahaya kristal berkedip-kedip.
Segera Han Sen melihat, di bawah jam batu yang terbelah terdapat pelat jam kristal yang lebih kecil. Karena tenaga jarum penunjuk terus melawannya, kekuatan dahsyat itu membuat lonceng batu di luar pecah, menampakkan wujud aslinya.
Tak lama kemudian, jam batu itu hancur total, memperlihatkan jam dinding kristal besar. Han Sen berdiri di atas pelat jam kristal itu, kedua tangannya menekan jarum penunjuk yang terus bergetar namun tak bisa bergerak sedikit pun.
Untungnya sebelumnya Han Sen memicu perang besar, sebagian besar makhluk mengerikan telah dialihkan perhatiannya. Kalau tidak, keributan sebesar ini pasti akan terdeteksi.
"Bagaimana cara menaklukkan Jam Surgawi?" Han Sen menekan jarum penunjuk dengan kedua tangan, bertarung melawan Jam Surgawi. Meski berhasil mengendalikannya, Jam Surgawi sama sekali tidak menunjukkan niat untuk mengakuinya sebagai tuan, masih terus mengeluarkan tenaga untuk melepaskan diri dari kendalinya.
Saat Han Sen sedang berpikir bagaimana cara menaklukkan Jam Surgawi, tiba-tiba merasakan ada yang mendekat. Ketika menoleh, ternyata Kuno Iblis datang dari kejauhan. Hatinya langsung berdebar kencang.
"Kenapa Kuno Iblis datang sekarang? Jangan-jangan dia terus menguntitku?" Berbagai pikiran melintas di benak Han Sen.
"Hokimu memang luar biasa, ternyata benar-benar berhasil menemukan Jam Surgawi." Kuno Iblis mendekati jam kristal raksasa itu sambil tersenyum manis.
"Kuno Iblis, jangan-jangan kamu terus mengikutiku?" Han Sen menatapnya dengan tatapan tajam.
Kuno Iblis tertawa: "Dulu kamu yang selalu membuntutiku. Sesekali berganti peran juga wajar. Tapi aku benar-benar tak menyangka hokimu secemerlang ini, bisa menemukan Jam Surgawi secepat ini."
"Barang yang sudah di tanganku, takkan bisa direbut siapa pun." Han Sen memicingkan matanya dengan nada mengancam.
“Kamu belum menyimpannya, jadi belum bisa dianggap milikmu.” Kuno Iblis berkata dengan tenang sambil mulai mendekati Jam Takdir Langit.
