Ketika Han Sen kembali ke perlindungan, dia melihat Bao'er masih berlatih dengan gigih. Tingkat penyatuannya dengan pohon labu sudah sangat tinggi, terlihat seharusnya dia segera bisa mengendalikan sepenuhnya tanaman merambat itu.
Han Sen hanya mengawasi Bao'er dari kejauhan, sama sekali tidak berniat menemui sang putri.
Suara Prasasti Gen bergema di benak Han Sen: "Gen putrimu memang sempurna. Setelah benih gen itu benar-benar terasimilasi, dia akan langsung mencapai tahap itu. Tingkat penyelesaian gennya mungkin lebih unggul daripada Qin Xiu. Dengan mengikuti Perang Prasasti Gen, besar kemungkinannya dia bisa mengalahkan Qin Xiu."
Han Sen diam-diam merenung, wajahnya tak menyiratkan kebahagiaan sedikit pun. Setelah beberapa saat, tiba-tiba dia berkata pada Prasasti Gen: "Aku tarik kembali permintaanku. Tolong bagaimanapun juga, jangan izinkan Bao'er ikut Perang Prasasti Gen."
"Kenapa? Gen-nya dalam pandanganku adalah yang paling sempurna di alam semesta ini, merupakan tempat tujuan yang cukup kusukai. Ada kesempatan besar untuk mengendalikan seluruh Alam Semesta Raya, menjadi tuan seluruh alam semesta di masa depan." Prasasti Gen berkata.
"Apakah dia bisa menjadi tuan alam semesta atau tidak, bagiku tidak penting. Aku hanya ingin dia bisa bertahan hidup dengan damai dan bahagia." Han Sen menjawab.
Prasasti Gen berpikir sejenak lalu berkata: "Sepengetahuanku, hubunganmu dengan Qin Xiu seharusnya bermusuhan bukan? Jika Bao'er tidak ikut bertempur, Qin Xiu akan menjadi tuan Prasasti Gen. Nanti saat dia menguasai seluruh alam semesta, situasi akan semakin buruk. Sekalipun demi dirimu sendiri, Bao'er tetap harus bertarung melawannya. Saat itu tingkat kemenangan Bao'er akan lebih rendah dibanding sekarang."
"Bukankah kau pernah bilang, aku punya kesempatan mengalahkan Qin Xiu?" Han Sen berkata dengan datar.
"Itu hanya sebuah hipotesis. Seberapa besar kemungkinannya, bahkan aku pun tak bisa menjelaskan dengan jelas. Jalur evolusi genmu terlalu aneh, sama sekali tidak bisa diperkirakan secara akurat. Mungkin kamu bisa menang, tapi kemungkinan lebih besar adalah kalah." Prasasti Gen berkata.
"Kalau begitu, tunggu sampai aku kalah dulu. Tapi kamu harus membantuku kali ini, bagaimanapun juga jangan biarkan Bao'er ikut Perang Prasasti Gen." Han Sen sudah bulat tekadnya.
"Ini... Aturan tidak bisa diubah... Jika Bao'er menantang seorang penguasa segalanya sebelum Perang Prasasti Gen dimulai, selain Qin Xiu, mungkin penguasa lainnya akan sulit menghentikannya menjadi penguasa." Prasasti Gen terdengar ragu.
"Kalau mudah, untuk apa aku memohon padamu? Anggap saja ini bantuan untukku, aku yakin kamu punya cara." Han Sen tersenyum.
"Baiklah... Aku akan mencari solusi tanpa merusak aturan... Tapi setelah membantumu, aku harus tetap berada di Jam Surgawi secara resmi. Jangan lagi kamu protes." Prasasti Gen menjawab.
“Setuju!” Sorot mata Han Sen terus mengawasi Bao'er yang sedang berusaha keras menyatu dengan biji labu.
Luan yang berwujud baju zirah kristal hitam terus berdiri di sebelah, tak henti memberi bimbingan pada Bao'er tentang apa yang harus dilakukan. Meski kekuatan Luan sekarang sudah jauh berkurang dibanding sebelumnya, wawasannya tetap berada di tingkat tertinggi, bahkan Han Sen pun tak bisa menandinginya.
"Ayah, kapan kamu datang?" Bao'er yang baru menyadari kehadiran Han Sen langsung berlari riang dan menceburkan diri ke pelukannya.
Luan memandang keakraban antara Bao'er dan Han Sen dengan perasaan getir di hati. Meski sudah saling mengakui, kedekatan Bao'er dengannya masih jauh kalah dibanding dengan Han Sen.
Sebagai ibu kandung, dirinya justru kalah dekat dibanding ayah angkat seperti Han Sen. Situasi ini membuat frustasi berat di hati Luan.
Tapi Luan bukan tipe orang yang suka cemburu. Apalagi Han Sen lah yang menjaga Bao'er sampai dewasa, memperlakukannya seperti putri kandung sendiri. Ia sama sekali tidak bisa menyimpan dendam pada Han Sen.
Melihat Han Sen mendekat, Luan berkata: "Yang Kamu lakukan bagus, berhasil merebut posisi penguasa segalanya di Surga Waktu. Dengan ini kita bisa membantu Bao'er menjaring masalah yang tidak perlu."
Terhenti sejenak, Luan mengamati raga Han Sen sambil bertanya: "Kemampuanmu justru di luar dugaanku. Ternyata bisa menahan kekuatan waktu seperti itu. Mungkinkah dalam tubuhmu terdapat kekuatan genetik aliran waktu?"
"Dulu pernah berlatih beberapa teknik gen aliran waktu," jawab Han Sen.
Mendengar itu, Luan mengangguk: "Kau memang berbakat. Sayangnya gen jiwamu terlalu rapuh. Andai bisa bereinkarnasi beberapa kali lagi, mungkin benar-benar ada kesempatan mencapai tahap itu."
"Bukankah setelah bereinkarnasi, semua tanda kehidupan sebelumnya akan dihilangkan?" kata Han Sen.
Luan tersenyum dan berkata: "Jiwa biasa memang tidak bisa membawa tanda kehidupan sebelumnya ke inkarnasi berikutnya. Tapi makhluk kuat seperti Qin Xiu atau saya bisa mengubah gen jiwa. Sekalipun terlahir kembali, kita ditakdirkan untuk istimewa dan semakin kuat setiap reinkarnasi. Sayangnya, ini membutuhkan tingkatan kehidupan yang sangat tinggi. Saat kamu pertama mendapat Batu Gen Primordial, sebenarnya saya sudah memeriksa gen jiwamu. Gen jiwamu sangat biasa, tanpa jejak kehidupan sebelumnya. Ini membuktikan semua inkarnasimu sebelumnya hanyalah kehidupan biasa. Akumulasi satu kehidupan tak cukup untuk mencapai tahap itu."
Han Sen diam seribu bahasa. Prasasti Gen mengatakan mungkin dia telah menemukan jalan evolusi baru. Bisa jadi sama sekali tidak ada "tahap itu" yang harus dituju.
Bao'er menyunggingkan wajah masam: "Kamu salah menilai Ayah. Jika Ayah belum melangkah ke tahap itu, itu hanya karena beliau belum berkeinginan. Begitu niat, pasti bisa! Ayah yang paling hebat!"
Luan mengerutkan kening perlahan. Ia paham, ketergantungan Bao'er pada Han Sen telah melampaui batas rasional. Ini bukanlah hal yang baik bagi sang putri.
Sebagai putri darah dagingnya, sebagai keturunan pria itu, Bao'er seharusnya menjadi entitas kehidupan paling sempurna di alam semesta. Layaknya dewi yang tak tersentuh, bukan menggantungkan diri pada manusia biasa.
Bibir Luan bergerak perlahan, namun akhirnya diam. Ia menyadari, saat membela Han Sen tadi, Bao'er bahkan tak menyapanya sebagai "ibu". Tanda kemarahan yang jelas. Melontarkan kritik lagi hanya akan memperkeruh suasana.
Dengan kedekatan emosional seintens ini, besar kemungkinan Bao'er akan Berbalik Melawan ibu kandungnya sendiri demi membela Han Sen.
Han Sen meraba kepala Bao'er sambil tersenyum berkata: "Bao'er benar. Asalkan ayahmu ini mau, pasti bisa melakukannya. Tenang saja, ayahmu tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti putri kesayanganku. Qin Xiu apalagi, Raja Langit sekalipun takkan bisa!"
"Ayah paling menyayangi Bao'er." Bao'er berseri-seri mencium pipi Han Sen dengan keras.
Luan hanya bisa menghela napas, dalam hati bergumam: "Mungkin ucapan Han Sen ini tulus dari hati, hal itu tidak kusangsikan. Sayangnya niat baik belum tentu berbuah hasil. Selain Bao'er, tak ada makhluk hidup lain yang bisa mengalahkan Qin Xiu. Jika Han Sen bertemu Qin Xiu sebelum Bao'er dan nekat bertarung habis-habisan, itu akan menjadi bencana. Jika dia gugur, pasti akan memberi pukulan berat bagi Bao'er, menyulitkannya menghadapi Qin Xiu dengan pikiran tenang. Tidak boleh. Aku harus persuasi Han Sen, jangan sampai dia melakukan hal bodoh."
“Bao'er, kamu duluan berlatih, aku dan Han Sen masih ada urusan.” Luan berkata kepada Bao'er sambil memberikan isyarat dengan pandangan kepada Han Sen.
Han Sen tahu Luan ingin bicara dengannya. Ia mengusap rambut Bao'er: “Pergilah Bao'er, berlatihlah sebentar lagi. Nanti malam Ayah akan mengajakmu pulang, makan malam kebersamaan bersama Ibu, Xiao Hua, dan Ling Er.”
“Baik! Aku juga sangat rindu Ibu dan adik-adik.” Bao'er mengiyakan dengan gembira. Barulah melompat turun dari pelukan Han Sen, lalu kembali berlatih.
“Luan, ada apa yang ingin kau katakan?” Han Sen dan Luan menuju wilayah yang cukup jauh dari Bao'er sebelum mulai berbicara.
Luan menatap Han Sen dengan khidmat: "Aku tahu kamu sangat menyayangi Bao'er, memperlakukannya seperti putri kandung sendiri. Jika benar-benar peduli padanya, setujulah satu permintaanku. Jika dalam Perang Prasasti Gen kamu lebih dulu bertemu Qin Xiu sebelum Bao'er, KAMU HARUS MENYERAH. Jangan beri Qin Xiu kesempatan membunuhmu. Itu akan membuat Bao'er kehilangan fokus, bahkan bisa mengubah kemenangan menjadi kekalahan. Kau tak ingin melihat Bao'er celaka, kan?"
