Dewi Bulan justru berkata dengan suara dingin: "Tak perlu banyak bicara denganku. Antara kita tak ada secuil pun kebaikan. Kalau bukan karena Wan'er yang membelamu, meski kau mati di hadapanku, aku takkan melirikmu sekalipun."
"Kalau begitu, aku akan mewakili Wan'er melunasi kebaikan tersebut." Qin Xiu menjawab.
"Berani sekali kau menyebut nama Wan'er! Andai kuduga kau berhati serigala begini, dulu meski harus membuat Wan'er sedih parah, takkan kuselamatkan nyawamu!" suara Dewi Bulan semakin membeku.
Han Sen mulai paham alasan Dewi Bulan menantang Qin Xiu. Qin Xiu ingin menghidupkan kembali adik perempuan kandungnya Qin Wan'er. Meskipun Wan'er dari Suku Wu adalah reinkarnasi Qin Wan'er, pada akhirnya dia bukan Qin Wan'er yang asli.
Kebangkitan Qin Wan'er berarti makhluk bernama Wan'er dari Suku Wu harus dikorbankan. Hal ini jelas tak dapat diterima oleh Suku Wu maupun Dewi Bulan.
Tak bisa dipungkiri, sifat Qin Xiu ini sungguh teguh dan bertekad baja. Wan'er Suku Wu juga sangat baik padanya. Tapi ternyata dia tetap berhati batu, bersikeras menghidupkan kembali Qin Wan'er, tanpa ragu mengorbankan Wan'er Suku Wu.
Han Sen pun sulit menilai apakah tindakan Qin Xiu dalam hal ini benar atau salah. Tapi bagi Wan'er Suku Wu, Qin Xiu jelas-jelas telah melakukan dosa besar.
"Dewi Bulan ingin memberikan hukuman apa pun padaku, silahkan bertindak. Aku sama sekali tidak akan melawan balik." Qin Xiu masih tetap tenang dengan sikapnya yang biasa.
"Bagus! Akan kulihat apa yang diberikan waktu padamu, sampai berani mengatakan hal itu dihadapanku." Dewi Bulan yang dingin bagai es perlahan mengangkat telapak tangannya, lalu menghujamkan tamparan ke arah Qin Xiu.
Dewi Bulan dan Qin Xiu terpaut jarak ribuan meter. Tamparan Dewi Bulan ini tidak cepat, hanya dilontarkan perlahan-lahan. Tidak ada aura mengerikan maupun cahaya tajam yang menyertainya.
“Telapak tangan ini bernama Pembekuan.” Telapak tangannya berkilau seperti kristal dan giok, bagaikan ukiran es giok yang sempurna, kecantikannya tak ternoda sedikit pun oleh dunia fana, seolah merupakan mahakarya paling sempurna yang pernah ada.
Orang lain hanya merasakan telapak tangan itu menekan kehampaan lalu ditarik kembali, seolah tanpa tenaga sama sekali, bahkan tak menyentuh Qin Xiu sedikit pun dari jarak ribuan meter, terlihat tak mengancam. Mereka semua mengira Dewi Bulan tidak benar-benar bermaksud mempersulit Qin Xiu.
Tapi Han Sen justru matanya berbinar. Hari ini barulah ia menyaksikan Guanghan Jing sesungguhnya. Tulang Giok dan Kulit Es-nya sendiri merupakan evolusi dari Guanghan Jing Dewi Bulan. Orang lain tak memahami misteri di baliknya, tapi ia melihat dengan jelas.
Di bawah tekanan telapak tangan kehampaan yang "lemah" dari Dewi Bulan, tubuh Qin Xiu tiba-tiba diselimuti embun beku. Dalam sekejap, ia terkunci dalam balok es giok, berubah bagaikan patung giok es yang tak bernyawa.
Han Sen awalnya mengira struktur berongga Dewi Domba Putih sudah sangat ajaib, tapi dibandingkan dengan Dewi Bulan, struktur berongga Dewi Domba Putih ternyata masih jauh ketinggalan.
Struktur es giok Dewi Bulan terlihat samar dan mistis, bagaikan kristalisasi keabadian. Sekalipun daya penghancuran terkuat di dunia, mungkin tak mampu menggoyang segel es giok yang telah ia ciptakan.
Tak hanya itu, kristal es giok tersebut terus memadat dengan cara unik. Setiap tambahan satu poin kekuatan beku, es giok yang terkondensasi akan semakin terkonsentrasi.
Jika terus berlanjut seperti ini, mungkin raga Qin Xiu akan mengecil mengikuti es giok hingga menjadi partikel debu halus.
Tapi di detik berikutnya, Han Sen mendengar suara kres. Pada kristal es giok yang semula disebut abadi itu, ternyata muncul retakan. Retakan itu menyebar dengan cepat, segera menjalar ke seluruh permukaan kristal segel es giok.
Dor!
Kristal es dan serpihan giok beterbangan ke segala arah, kristal yang membekukan raga Qin Xiu ternyata runtuh berantakan, menampakkan wajah asli Qin Xiu.
Qin Xiu tetap berdiam dengan tangan terkulai, tak bergerak sedikit pun, namun serangan telapak tangan Dewi Bulan yang memaksimalkan kekuatan segel Guanghan Jing pun tak mampu melukainya sedikit pun.
"Qin Xiu yang luar biasa!" Saat Han Sen masih bisa menggunakan teknik gen, bahkan di puncak penguasaan Teknik Kulit Es dan Tulang Giok-nya, masih jauh kalah dibanding Dewi Bulan.
Bahkan serangan Dewi Bulan saja tak mempan pada Qin Xiu, apalagi Teknik Kulit Es dan Tulang Giok Han Sen yang jelas lebih tak berarti.
"Memang ada modalnya, pantas saja sekarang kamu berani bersikap somong." Ekspresi dingin bagai es Dewi Bulan tetap tak berubah, hanya sorot matanya yang semakin menusuk tajam.
"Kakak Bulan terlalu memuji. Jika masih belum puas, silakan bertindak sekehendak hati." Qin Xiu berkata.
"Kamu juga tak perlu memancingku dengan kata-kata. Hari ini aku hanya akan mengganti tiga pukulan untuk Wan'er. Yang barusan adalah pukulan pertama, masih tersisa dua lagi." Dewi Bulan berkata dengan tenang.
"Selama Kak Bulan merasa puas, bukan cuma tiga pukulan, bahkan tiga ratus atau tiga ribu pukulan pun, Xiu tidak akan mengerutkan kening sedikitpun." Suara Qin Xiu terdengar tulus.
"Cih!" Dewi Bulan mendengus keras, seolah sangat meremehkan ucapan Qin Xiu. Sambil mengulurkan telapak tangan indah seperti giok, ia kembali mencapkan telapak tangan ke dada Qin Xiu. Kali ini yang digunakan adalah tangan kirinya yang lain.
Pukulan ini sama sekali berbeda dengan sebelumnya. Jika pukulan pertama dingin tak berperasaan dan membekukan segalanya dengan kekuatan utama berupa tenaga pembekuan,
Maka pukulan kedua Dewi Bulan ini sama sekali tidak mengandung hawa dingin. Telapak tangan transparan bagai giok itu tampak seperti patung batu giok tercantik di dunia.
Tangan giok itu menembus kehampaan, dengan gemilang menghancurkan ruang kosong. Segala yang disentuhnya binasa, daya penghancurannya bahkan melebihi Han Sen yang membalikkan Genetika Naratif.
"Telapak ini bernama Giok Hancur." Suara dingin Dewi Bulan menggema di Alam Semesta Raya seiring dengan gerakan telapaknya.
Cap tangan giok itu menempel di baju zirah kristal hitam Qin Xiu, membuat retakan muncul di permukaannya. Telapak Dewi Bulan sendiri terbenam dalam zirah itu.
Han Sen pertama kalinya menyaksikan baju zirah kristal hitam sampai retak. Tapi telapak itu akhirnya gagal menembus zirah, hanya meninggalkan lekukan berbentuk telapak tangan.
Qin Xiu menunduk melihat cap telapak tangan di dadanya, berucap dengan berat: "Kakak Bulan kini semakin kuat dibanding sebelum bereinkarnasi. Telapak Jade Hancur ini, bahkan para dewa sekalipun mungkin sulit menahannya, langsung menghancurkan basis ilahi. Sekarang aku justru menanti telapak ketiga Kakak."
Sementara berbicara, cap tangan pada baju zirah kristal hitamnya telah memperbaiki diri seperti semula.
Dewi Bulan mengabaikannya, hanya berkata dingin: "Tak perlu kau nanti-nantikan. Segera kau akan menyaksikannya."
Begitu ucapnya, Dewi Bulan mengangkat kedua tangannya. Namun bukan menghantam Qin Xiu, melainkan menyatukan kedua telapak tangan dengan ujung jari saling bertemu, membentuk gerakan lingkaran berlubang tengah.
Dewi Bulan mengangkat perlahan lingkaran itu ke arah Qin Xiu, berkata datar: "Telapak ini bernama Bulan Runtuh."
Belum lagi suara Dewi Bulan reda, ekspresi Qin Xiu langsung berubah. Sosok yang sejak tadi berdiam itu tiba-tiba mundur cepat.
Tapi tetap terlambat selangkah, hanya terdengar suara "Bzzzt", posisi Qin Xiu yang baru saja ditempati lenyap langsung di tengah hamparan kehampaan, seolah-olah segmen ruang-waktu dipotong paksa seperti dikeruk.
Gerakan mundur Qin Xiu terlambat setengah ketukan, baju zirah kristal hitam di salah satu lengannya ditelan tenaga itu. Lempengan zirah beserta otot lengan terkoyak, langsung menghilang ke dalam kekosongan, seakan digigit mulut mengerikan tak kasat mata.
