"Yang Mulia... Mohon perintahkan serangan balik... Meski harus binasa bersama alam semesta ini, kami tidak mau mengalami kehinaan seperti ini..." Dewi Cahaya dan para dewa lainnya berlutut dengan satu lutut di hadapan Zi Wei, memohon perintahnya.
"Sialan, kenapa belum keluar juga? Apa benar-benar tidak mungkin?" Zi Wei dengan ekspresi serius menatap Tembok Evolusi, lalu berdiri dan melangkah menuju struktur tersebut.
"Yang Mulia, sebenarnya apa yang Anda tunggu? Dalam situasi sekarang, hal apa lagi yang layak ditunggu?" Dewi Cahaya mengatupkan gigi mengejar bertanya.
"Menunggu seseorang. Seseorang yang bisa memberikan harapan bagi alam semesta ini." Zi Wei menekan tangannya pada permukaan Tembok Evolusi, tapi tidak merasakan fluktuasi energi apapun di sana.
"Bahkan Bao'er sudah kalah. Siapa lagi yang bisa memberi harapan? Satu-satunya yang mungkin menghentikan Qin Xiu hanyalah Yang Mulia dan kami!" Ujar Dewi Cahaya.
Zi Wei menoleh ke Dewi Cahaya, tersenyum pahit berkata: "Kalian kira aku tidak mau menghidupkan kembali alam semesta? Aku hanya khawatir, menghidupkan kembali alam semesta tidak akan mengurangi Qin Xiu, malah mempercepat rencananya. Itulah mengapa aku enggan melakukannya."
"Apa yang Anda katakan?" Dewi Cahaya dan makhluk-makhluk suci lainnya terkejut.
"Kepala kuil tua memberikan sumber kekuatannya padaku, karena itu aku bisa mewarisi Kuil Gen dan menjadi Tuhan Kuil Gen, memiliki kekuatan tingkat restar. Meski aku juga tingkat restar, kekuatanku jauh lebih rendah dibanding kepala kuil tua. Beliau bisa menghidupkan kembali Alam Semesta Raya sendirian, sedangkan aku harus mengandalkan kekuatan Kuil Gen untuk melakukannya."
Terdiam sejenak, Zi Wei berkata dengan senyum pahit: "Sedangkan Qin Xiu itu, dia tidak hanya mewarisi gen mantan kepala kuil, mendapatkan darah restart, tetapi juga memiliki gen Ketua Kekacauan, sehingga berhasil mencapai level kosmik. Bisa dikatakan, Qin Xiu adalah makhluk yang lebih kuat daripada mantan kepala kuil. Ditambah lagi dengan kekuatan Prasasti Gen dan tenaga Bao'er, kekuatannya sudah terlalu terang untuk dibayangkan. Dia juga memiliki kemampuan restart yang bahkan lebih hebat dariku. Jika aku gegabah menggunakan kekuatan restart, tidak hanya mungkin gagal menghentikannya, malah bisa menjadi bantuannya. Dengan ketahanan mental Qin Xiu, pasti sudah memperhitungkan langkah ini."
"Oh begitu! Tapi persoalan sudah sampai di level ini, bagaimanapun juga harus dicoba. Dengan mencoba masih ada secuil kemungkinan, tidak mencoba sama sekali tidak ada kesempatan," ujar Sang Dewi Sekejap.
"Tidak, kita masih punya peluang." Zi Wei menatap Tembok Evolusi.
"Yang Mulia, sebenarnya apa yang ada di dalam Tembok Evolusi? Peluang seperti apa yang Anda maksud?" Pejuang Gila yang selama ini diam akhirnya tidak tahan bertanya.
"Bukankah aku sudah memberitahu kalian, aku sedang menunggu seseorang keluar dari dalam?" Zi Wei menatap Tembok Evolusi sambil berkata.
"Apakah orang yang Anda maksud adalah manusia sesungguhnya? Bukan makhluk lain?" Dewi Cahaya tiba-tiba menyadari masalah ini.
"Ya, itu adalah manusia sejati." Zi Wei mengangguk.
"Manusia? Masih ada manusia apa lagi yang bisa melawan Qin Xiu?" Sang Dewi Sekejap benar-benar tidak bisa membayangkan, bahkan Bao'er pun sudah dikalahkan dengan mudah oleh Qin Xiu.
"Jangan-jangan yang Anda maksud adalah Han Sen?" Dewi Cahaya berkata dengan raut wajah penuh keanehan.
Para dewa yang mendengar ini tertegun sejenak, lalu memandang Zi Wei. Mereka melihat Zi Wei mengangguk perlahan.
Dewi Sekejap dengan raut wajah penuh keanehan berkata: "Yang Mulia, dulunya Anda menganggap Han Sen mungkin bisa melangkah ke tahap itu, namun fakta telah membuktikan bahwa dia sama sekali tidak bisa mencapainya. Apalagi bahkan Yang Mulia Bao'er yang telah mencapainya pun kalah telak. Sekalipun dia berhasil melangkah ke tahap itu, kurasa tetap bukan tandingan Qin Xiu. Terlebih dia sama sekali tidak mungkin mencapainya, tidak memenuhi standar Tingkat Kosmik."
Zi Wei membuka mulutnya hendak membantah, namun tiba-tiba melihat Tembok Evolusi memancarkan kilatan cahaya menyilaukan. Ribuan literatur ras di permukaannya bersinar terang benderang bagai putaran-putaran matahari yang berkilauan.
Para dewa memandang ke arah Tembok Evolusi. Mereka menyaksikan literatur-literatur ras yang berkilauan itu ternyata mulai hancur berkeping-keping.
Yu... Tian... Zhen... Jie... Membinasakan... Satu per satu literatur ras runtuh, bagaimana naik-turunnya peradaban berbagai ras. Setiap literatur yang hancur meninggalkan retakan di Tembok Evolusi.
Tempat di mana ribuan tulisan ras hancur dalam sekejap, termasuk karakter 'dewa' terakhir yang hancur berkeping-keping, seluruh Tembok Evolusi ikut meledak dan berubah menjadi debu yang beterbangan.
Para dewa memandang Tembok Evolusi dengan gelisah. Benda abadi ini merupakan fondasi Kuil Gen yang tak mungkin dihancurkan, bahkan oleh Penguasa Ilahi sekalipun - batu penjuru alam semesta yang tak lekang oleh zaman.
Dari balik debu, siluet sosok mulai muncul perlahan, semakin jelas terlihat di mata para dewa.
"Bao'er!" Tenaga di tubuh Luan terkuras cepat, namun dengan nekat ia tetap menerjang ke arah Bao'er, berusaha menyelamatkannya dari cengkeraman kekuatan Qin Xiu.
Namun serangannya justru diserap oleh cahaya ungu yang melingkupi mereka, membuat kondisi tubuhnya semakin lemah.
Mantan Ketua Kekacauan yang pernah hampir menguasai alam semesta ini, kini merasakan keputusasaan dan ketakberdayaan yang begitu dalam.
Kedua tangan berusaha keras merobek ikatan di tubuh Bao'er, namun semuanya sia-sia. Ini justru membuat tenaganya semakin lemah, bahkan makhluk astralnya hampir mengalami kehancuran.
Sementara Bao'er masih terjebak di dalamnya. Kekuatan kosmiknya terus-menerus disuling dalam jumlah besar, menjadi tenaga penggerak bagi Qin Xiu untuk membalikkan arah ruang-waktu.
"Bao'er... Ibu yang telah mencelakaimu..." Luan memeluk Bao'er yang terperangkap, keputusasaan telah memenuhi hatinya.
Meski langit-bumi luas, alam semesta nan tak bertepi, tak ada lagi yang mampu menyelamatkan putri kesayangannya. Tak seorang pun bisa membebaskan kristalisasi cintanya dengan sang kekasih.
"Ayah... Ayah pasti akan datang menyelamatkuku..." Bao'er terus meronta-ronta melawan gaya yang mengikat raganya. Gigi yang digigitnya erat, suaranya meski lembut namun penuh keteguhan.
Luan merasakan kepahitan di hatinya, namun tidak berkata apa-apa. Dia tidak tega membuka mulut, tidak tega menghancurkan harapan indah dalam hati Bao'er, tidak ingin membuatnya menghadapi realitas mengerikan.
"Bagus juga seperti ini." Luan menghela napas dalam hati. Akhirnya dia tetap diam, hanya mendekap erat Bao'er sambil menikmati aliran waktu terakhir dalam kehidupan.
"Habislah... Semuanya hancur..." Di tengah Kekacauan, mereka menyaksikan rekan-rekan satu per satu terhapus sebab-akibatnya dalam arus balik ruang-waktu, bahkan ada yang langsung lenyap. Ketakutan semacam itu tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Jaringan sebab-akibat seluruh alam semesta saling terhubung. Untuk menghapus sebab-akibat satu orang, segala sesuatu yang terkait dengannya akan turut terhapus. Benda-benda dan makhluk yang terhubung itu pun memiliki sebab-akibat lain, sehingga melibatkan lebih banyak zat dan kehidupan.
Dalam jaringan hubungan sebab-akibat seperti ini, pihak yang lemah akan terhapus lebih dulu. Kemudian seluruh jaringan sebab-akibat akan dikerogoti dan dihancurkan langkah demi langkah, hingga akhirnya seluruh ruang-waktu itu sendiri lenyap.
"Jangan!!" Bahkan makhluk-makhluk tingkat Pemecah Batas pun gemetar ketakutan saat ini.
Makhluk hidup biasa yang terhapus semakin banyak. Di Tujuh Kekaisaran, sejumlah besar manusia menghilang tanpa alasan. Orang yang masih bicara di detik sebelumnya, tiba-tiba lenyap begitu saja di detik berikutnya.
Situasi di dalam alam semesta genetik pun sama. Seluruh dunia genetik tenggelam dalam kepanikan dan keputusasaan tak bertepi.
Banyak makhluk memohon perlindungan Tuhan. Namun saat menyaksikan Kuil Gen terbakar nyala ungu dan runtuh dari kehampaan, semua makhluk merasakan keputusasaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Tuhan... juga akan binasa..." Firasat buruk menyebar ke sekeliling di benak semua makhluk.
"Ibu... jangan... Ibu..." Han Ling Er memeluk Ji Yanran sambil terus-menerus menangis. Raga Ji Yanran seolah mengalami , terus-menerus memutar balik waktu.
Dari wanita dewasa menjadi perempuan, dari perempuan menjadi gadis remaja, lalu menjadi seukuran Han Ling Er. Raga Ji Yanran terus mengalami perubahan usia, sementara manusia dan peristiwa yang dialaminya dalam rentang waktu tersebut juga terhapus.
Di taman di udara, murid-murid dari berbagai ras langsung berubah menjadi bayi akibat aliran waktu terbalik, lalu menghilang tanpa bekas.
"Apakah alam semesta ini... benar-benar akan binasa?" Tuan Istana Surgawi bersandar pada pilar sambil memandang alam semesta mengerikan yang diselimuti cahaya ungu, pupil matanya penuh kepahitan.
Keputusasaan... ada di mana-mana...
Ding!
Sebuah suara nyaring bergema di seantero jagat raya. Meski tak keras, suara itu membekas jelas di telinga setiap makhluk. Di tengah cahaya ungu mengerikan yang menyelimuti kosmos, terlihat kilau keemasan samar-samar.
"Koin emas!" Seseorang yang berhasil melihat jelas kilauan itu ternyata adalah sekeping uang logam keemasan, hingga tak kuasa mengeluarkan teriakan histeris.
