Mengikuti aura iblis ungu yang pekat, Shi Luoya melihat kobaran api yang membara.
Dia mengenali itu adalah Api Murni Wei Changyuan, segera membawa Bian Lingyu bergegas ke sana.
Di tengah lautan api, Wei Changyuan memegang pedang, membawa gadis lemah di belakangnya keluar.
Shi Luoya langsung melihat Wei Changyuan. Baju biru putihnya berlumuran lendir monster, tubuhnya penuh luka. Pedang Qinghong berkilau dingin, masih menyiratkan semangat bertarung yang belum mereda dari sang pemilik. Ribuan Buhua Chan terbakar mati di belakang mereka.
Berbanding terbalik, gadis di belakangnya terlihat jauh lebih rapih dan bersih.
Bian Qingxuan mengikuti di belakangnya, hampir tidak terluka sama sekali, terlindungi dengan sangat baik olehnya.
Dari kejauhan, Shi Luoya berhenti melangkah, menatap wajah pucat namun tegar Wei Changyuan.
Adegan di depan mata ini berhimpitan dengan ingatan kehidupan sebelumnya. Untuk sejenak, Shi Luoya seperti terhipnotis—di kehidupan lalu, dirinya juga bertemu mereka di tempat ini.
Dia tertipu oleh "Wei Changyuan" palsu yang diubah oleh Buhua Chan, terjebak dalam mimpi indah tentang ayah yang bangun dan hidup bersamanya selamanya. Setelah melihat melalui tipu daya Buhua Chan, bertarung mati-matian dan menderita luka parah, meski kesakitan dan lelah, dia masih mengkhawatirkan keselamatan Shixiong dan rekan seperguruan, menggigit gigi dan mencari mereka.
Hasilnya, dia menyaksikan pemandangan Wei Changyuan melindungi Bian Qingxuan dengan mati-matian. Sikapnya yang seolah lebih baik mati dalam pertempuran daripada mundur selangkah demi melindungi Bian Qingxuan, benar-benar menghancurkan harapan terakhirnya yang tak terbendung.
Kini, adegan ini terulang kembali, Shi Luoya merasa ini sangat absurd.
Tanpa sadar dia menekan dadanya. Dulu, rasa takutnya begitu mencekam.
Ibu telah tiada, umur manusia biasa hanya seratus tahun, Nan Yue pasti akan berganti dinasti. Kemudian ayah tertidur panjang, Pemimpin mengendalikan Gunung Bukan Malam, dia tak punya tempat pulang. Satu-satunya keluarga yang tersisa hanyalah Wei Changyuan.
Mengapa bahkan dia juga meninggalkannya?
Kegelapan hati bergolak, dia menjadi ekstrem dan menakutkan, dipenuhi niat membunuh. Rencana awal untuk memutuskan tunangan demi membalas budi semua orang, terkubur oleh obsesi gelap hatinya. Untungnya Han Shu muncul tepat waktu, menyadari keanehan, dan menghadangnya.
Rasanya terlalu mengerikan dikendalikan kegelapan hati, membuat Shi Luoya sampai sekarang masih trauma. Kali ini, di seberang lautan api, dia segera mengucapkan mantra hati, takut kegelapan hati muncul mengacau.
Syukurlah kondisi batinnya tenang, tidak ada keanehan.
Di balik tembok api, untuk pertama kalinya Shi Luoya menyadari: dia bukan lagi Wei Changyuan yang mencintainya di masa muda, dan dirinya juga bukan Shi Luoya yang obsesif sampai terjerumus kegelapan.
Bian Lingyu meliriknya dengan tatapan dingin, lalu memandang Wei Changyuan.
Tulang runcing di dalam lengan bajunya masih belum puas, ingin mengait jari lembut gadis di depannya, namun diremas erat oleh Bian Lingyu. Dingin yang samar mengambang di matanya. Betapa mengharukan, betapa beruntungnya takdir, sungguh membiarkannya mengikuti insting untuk menemukan kekasih hatinya.
Bian Qingxuan melihat Bian Lingyu juga ada di situ, tersenyum dengan ekspresi ambigu.
Adegan ini sudah biasa dilihat Bian Lingyu. Ia menghentikan langkah, tidak melanjutkan mendekat, memalingkan kepala sedikit. Ia jemu dengan taktik Bian Qingxuan, juga tidak suka menyaksikan pemandangan seperti ini.
Wei Changyuan juga langsung melihat Shi Luoya.
Wajah Shi Luoya tercoreng darah sporadis. Tampaknya ia terluka, terlihat agak memprihatinkan. Ia menekan dadanya sejenak, lalu melepaskannya dengan tenang.
Untuk pertama kalinya, ia melihat dirinya melindungi Bian Qingxuan tanpa kemarahan ataupun kekesalan.
Di bawah sengatan Api Sejati, Desa Qingshui mulai menghangat meninggalkan hawa dingin musim dingin.
Shi Luoya memandangnya dari kejauhan, mengucapkan sesuatu.
Suaranya terasa seperti berasal dari tempat yang jauh, Wei Changyuan tidak bisa mendengar dengan jelas. Wajahnya pucat pasi, sejenak hampir menjatuhkan pedangnya.
Ia merasa seperti ada duri di tenggorokan, kepala terasa hendak pecah. Hampir tak mengerti mengapa segalanya bisa transformasi menjadi seperti ini. Namun ia tahu, hubungan antara dirinya dengan Shi Luoya harus berakhir.
Setelah bertahan selama bertahun-tahun, ingatan tentang masa lalu semakin memudar. Setelah mengambil keputusan, ia merasa lega namun secara tak terduga terasa berat.
Bian Qingxuan di belakangnya melengkungkan bibirnya tanpa suara.
Ia tahu arti Wei Changyuan bagi Shi Luoya. Bagi burung merak kecil yang tak berorangtua dan tak punya rumah, Wei Changyuan adalah jerami penyelamatnya. Bahkan merupakan mata rantai yang tak terpisahkan dari kegelapan hatinya. Namun mulai saat ini, Wei Changyuan ditakdirkan menjadi boneka dan bidak di tangannya.
Bian Qingxuan menunggu burung merak kecil itu meledak amarah, atau lebih baik jika menyerangnya dengan golok. Wei Changyuan pasti akan melindunginya, bagaimanapun dirinyalah yang telah berkorban begitu banyak, sang penyelamat nyawanya.
Shi Luoya mengangkat goloknya mendekat.
Golok Shenyun-nya merah darah, berpendar dalam lautan api, menambahkan nuansa kemerahan pada bibirnya yang sedikit pucat dan wajahnya yang putih porselen.
Bian Qingxuan menunggu kalimat pertama darinya, Wei Changyuan juga menanti.
Mereka semua menatap Shi Luoya, yang akhirnya membuka suara: "Di mana Elder Han Shu? Apakah kalian pernah bertemu?"
Wei Changyuan mengatupkan bibirnya, menggelengkan kepala.
Bian Qingxuan mengerutkan alis, memperhatikan Shi Luoya. Ada apa dengan Shi Luoya? Mengapa tidak histeris lagi?
Setelah bertanya, Shi Luoya kembali menatapnya.
Di bawah tatapannya, hati Bian Qingxuan tiba-tiba berdebar penuh harap. Namun sorot mata Shi Luoya penuh dingin, dia berkata: "Adik Senior, kubawa Kakakmu kemari, mengembalikannya dalam keadaan utuh. Rawatlah baik-baik, jangan sampai hilang lagi."
Dia menoleh ke belakang dan berseru: "Bian Lingyu."
Entah sejak kapan Bian Lingyu telah mengangkat kepala memperhatikannya. Setelah menemani perjalanannya, Shi Luoya kini tak lagi membenci. Dia memberi isyarat agar pria itu mengikuti Bian Qingxuan: "Kau aman sekarang."
Pasti sangat tidak nyaman dan melelahkan menemani dirinya yang tak bisa memberikan rasa aman. Kini dengan menyerahkannya pada Bian Qingxuan, setidaknya dia bisa lebih rileks.
Gadis itu memasukkan Golok Shenyun: "Aku akan mencari Elder Han Shu. Mau ikut?"
Menyelamatkan nyawa lebih penting. Dia melangkah cepat menuju area dengan aura siluman yang semakin pekat.
Tubuhnya ramping, tidak tenggelam dalam dendam masa lalu. Akhirnya ia tumbuh menjadi sehelai angin yang datang dan pergi dengan bebas.
Bian Lingyu diam-diam mengikuti sosoknya yang menjauh, sama sekali tidak melirik "adik perempuan yang bisa diandalkan"-nya.
Bian Qingxuan menunjukkan ekspresi aneh, akhirnya berkata: "Shixiong Changyuan, mari kita juga mencari Guru dan yang lain."
Wei Changyuan memandang sosok Shi Luoya yang menjauh dengan tatapan kosong. Pedang Qinghong di telapak tangannya mengeluarkan dengungan rendah, seolah mengeluh namun juga seperti meratap. Setelah lama, ia pun tenang dan berkata serak: "Baik."
Shi Luoya tidak berjalan jauh sebelum melihat Han Shu yang terluka parah di aula leluhur.
Xue An dan beberapa murid menopangnya. Aula leluhur runtuh dengan gemuruh, genangan darah bernanah menggenang di lantai.
Han Shu melihatnya lalu menarik napas lega: "Kau baik-baik saja?"
Shi Luoya menggelengkan kepala. Ia mendekati mereka, diam-diam menghirup udara namun tidak mencium bau anyir Buhua Chan. Hatinya lega. Ini benar-benar Han Shu dan rekan seperguruan, bukan jelmaan katak mistis itu.
Ia menatap genangan nanah darah di tanah: "Ini...?"
Ekspresi Han Shu rumit: "Buhua Chan."
Wajah Han Shu yang biasanya tenang dan dingin kini terlihat sedih. Banyak murid yang tewas di Desa Qingshui. Awalnya saat bertemu mereka, ia hampir tak waspada dan menjadi korban.
Untung ia ingat peringatan Shi Luoya untuk tidak mudah percaya siapapun, sehingga terhindar dari jebakan. Namun para murid yang tewas takkan bisa kembali ke Sekte Hengwu bersamanya.
Sebagai orang berpengalaman, Han Shu memang memiliki pengetahuan tentang Buhua Chan.
"Di bawah kuil keluarga ini terdapat Naga yang menjadi sumber kehidupan Buhua Chan. Aku dan Feilan telah menghancurkannya. Dengan kematian katak itu, bakar tempat ini menggunakan Api Murni maka semuanya akan berakhir."
Kolam teratai yang pernah dihuni Buhua Chan tak boleh dibiarkan.
Shi Luoya menatap genangan darah nanah yang tak lagi bergerak, apakah Buhua Chan benar-benar mati begitu saja? Apakah Han Shu benar-benar berhasil menyelamatkan nyawanya karena peringatannya?
Pandangan Bian Lingyu juga tertuju pada darah nanah itu, matanya menjadi dingin.
Bian Qingxuan berdiri dengan anggun tak jauh dari sana, sementara semua orang dalam keadaan memprihatinkan, hanya dia yang tetap terlihat cantik dan bersih. Beberapa murid yang selamat mengerumuninya, menanyakan kabar dengan penuh perhatian. Xue An melirik Bian Qingxuan dengan ekspresi kompleks, awalnya dia secara refleks ingin mendekat, tapi teringat dirinya hampir melakukan hal mesum dengan makhluk berwajah ini, hatinya langsung merasa tidak nyaman.
Setelah menyaksikan proses bertelurnya Buhua Chan, bayangan psikologisnya kini terlalu besar, begitu besar sampai dia tak bisa menatap Adik Senior dengan normal.
Xue An menyadari, beberapa orang lain yang tidak mendekat juga mengalami hal serupa. Pandangan mereka terhadap Bian Qingxuan menjadi menghindar, tidak lagi penuh kehangatan seperti dulu.
Han Shu dan Li Feilan membakar kolam dengan api, lalu berkata kepada para murid: "Kembalilah ke Sekte Hengwu untuk melapor."
Saat berangkat, para murid masih penuh percaya diri, namun saat kembali, wajah mereka tampak muram.
Buhua Chan telah dieliminasi, tapi dalam perjalanan ini lebih dari sepuluh rekan seperguruan tewas. Persahabatan yang terjalin selama ini membuat tak ada yang bisa bergembira.
Makhluk Buhua Chan tidak hanya merampas tubuh manusia, tapi juga menggunakan tubuh mereka untuk bertelur dan menetaskan lebih banyak monster. Sungguh menjijikkan!
Di depan mata mereka muncul kembali jalan keluar desa, samar-samar terlihat pemandangan Desa Cangshan di luar.
Semua serentak menghela napas lega. Akhirnya mereka bisa meninggalkan Desa Qingshui yang menyeramkan ini.
Terus-menerus terperangkap dalam ilusi, meragukan keaslian orang di sekitar, sungguh membuat jantung berdebar-debar dan nyaris membuat orang gila.
Beberapa murid hampir tak sabar ingin berlari riang ke arah jalan itu.
Bian Lingyu menghentikan langkahnya.
Bian Qingxuan juga mulai merasakan keanehan, bahkan tak sempat memikirkan mengapa Shi Luoya tidak marah lagi dan apakah masih peduli dengan Wei Changyuan. Ia mendekati Bian Lingyu, berbisik: "Kakak, ada yang tidak beres di sini?"
"Kita tidak bisa keluar."
Suaranya tetap dingin dan tenang. Namun Bian Qingxuan merinding—ternyata bukan khayalannya. Ia mengeratkan gigi: "Aku terus merasa ada sesuatu yang mengawasiku."
Liur yang menetes itu membuatnya muak.
"Kau menggunakan artefak magis bawaan?" tanya Bian Lingyu.
Ia pun tidak menyangkal, hanya diam seraya berpikir betapa sialnya nasibnya. Bian Lingyu menatapnya, sorot mata menjadi gelap.
Matanya menatap langit pucat yang mencekam, seolah ada mata tak kasatmata yang menatap balik dengan penuh tekanan.
Bian Lingyu mengingatkan semua orang: “Jangan melanjutkan perjalanan ke depan lagi.” Meski dia tahu, peringatan ini sia-sia. Mau berjalan atau tidak, mereka tetap tak bisa keluar.
Semua berhenti. Xue An memandangnya dengan kesal: “Apa yang kaukatakan, manusia biasa? Apa kau ingin tetap tinggal di sini?”
Bian Lingyu memandangnya dingin.
Xue An yang sejak awal sudah membencinya, kini bahkan tak bisa antusias terhadap adik perempuannya. Dengan nada menantang, dia melangkah keluar Desa Qingshui.
“Lihatlah apakah aku benar-benar bermasalah...”
Sebelum kalimatnya selesai, seperti membuktikan perkataan Bian Lingyu, kabut tipis menyapu, menelannya hingga tak terlihat bayangan manusia lagi.
Wajah semua orang berubah pucat.
Wajah Shi Luoya juga memucat. Pemandangan di depan matanya ini mengingatkannya pada adegan hampir ditelan kabut tipis. Elder Han Shu menariknya, lalu mengorbankan diri untuk terjun ke dalam kabut tersebut. Shi Luoya pingsan, dan setelah sadar tak pernah lagi melihat Han Shu.
Han Shu tertinggal selamanya dalam salju.
Di benak semua orang muncul pikiran yang semakin menakutkan ketika direnungkan - Buhua Chan ternyata belum mati!
Lalu, apa yang sebenarnya mereka bunuh? Bisakah mereka keluar dari Desa Qingshui?
Seperti mimpi buruk, bumi mulai berguncang. Kabut tipis yang mereka usir dengan formasi Hantu Zhen tiba-tiba menyebar dengan cepat, menelan semua orang.
Refleks, Shi Luoya menarik tangan Han Shu, berusaha mendorongnya keluar dari kabut.
Namun kabut di kehidupan kali ini, bagai kemarahan Buhua Chan, lebih pekat daripada kehidupan sebelumnya.
Langit tiba-tiba menjadi suram, dalam sekejap menenggelamkan semua orang. Kali ini tak ada satu pun yang lolos dari kabut tipis.
Seseorang tertawa parau: "Tinggallah semuanya menemaniku."
Kabut tipis mengalir seperti air, mengalir masuk ke dalam papan roh kuil leluhur. Kuil itu seketika terbangun kembali, bunga teratai kembali mekar.
Desa Qingshui berubah menjadi musim panas lagi, daun teratai membentang, hamparan bunga teratai mekar luas.
Seorang pria bertubuh ramping duduk bersila di atas perahu kecil.
Dengan tatapan dingin, ia memandangi para cultivator yang tubuhnya terbungkus daun teratai raksasa, namun sudut bibirnya menyungging senyum lembut.
Separuh wajah pria itu terkuliti, terlihat sangat mengerikan dan menyeramkan. Namun separuh wajah lainnya tampak sangat tampan dengan sorot mata yang lembut.
Jika Shi Luoya ada di sini, pasti akan langsung mengenalinya - Jiang Yan.
Inilah penampilan asli Jiang Yan.
Dulu saat ia mendorong Shi Luoya ke Jurang Setan, sekte Chuan Yunzong yang takut kemarahan Daojun bahkan tidak menunggu Daojun bertindak, langsung menjatuhkan hukuman pengulitan padanya. Jiang Yan yang masih remaja itu selamanya kehilangan wajah aslinya.
Inilah wajah aslinya.
Sejak awal, semua orang telah menjadi mainan di telapak tangannya.
Makhluk purba yang masih hidup hingga kini memiliki warisan dan bakat masing-masing. Buhua Chan bukanlah yang terkuat, namun selama ribuan tahun, para siluman penguasa angin dan hujan telah mati sementara ia tetap hidup.
Bukan mengandalkan tubuh penghancur langit-bumi, melainkan kemampuan reproduksi mengerikan dan bakat "Dunia Kun-Qian".
Ia mampu menciptakan ruang rahasia Qian-Kun miliknya di atas Naga. Siapapun yang masuk ke dalamnya akan menjadi semut kecil yang bisa dimainkannya sesuka hati.
Sejak memasuki Desa Cangshan, mereka semua telah masuk ke dalam dunia Qian-Kun-nya.
Alasan ia disebut Buhua Chan (Kodok Tak Berubah) adalah karena tubuh aslinya yang sejati bukanlah seekor katak.
Dia, atau lebih tepatnya ia. Selalu mengambil bentuk manusia. Keturunan yang dihasilkannya, manusia biasa dan cultivator yang ditelannya, akan berubah menjadi kodok. Hanya dirinya sendiri yang sampai mati pun tidak akan berubah menjadi kodok.
Awalnya ia adalah fragmen roh yang hampir hancur dalam bencana sepuluh tahun lalu yang nyaris dimusnahkan oleh Daojun Shi Huan. Secara kebetulan melarikan diri ke Desa Qingshui, dipelihara oleh Naga selama 10 tahun, baru kemudian membentuk kesadarannya kembali.
Tapi kini, ia adalah Buhua Chan, sekaligus Jiang Yan.
Semua cultivator dibungkusnya dalam daun teratai. Saat mereka tercerna sepenuhnya dan muncul dari lumpur, akan lahir banyak Buhua Chan baru. Cultivator-cultivator ini jauh lebih kuat dari manusia biasa, nantinya akan menjadi keturunannya. Ia sangat menantikan salah satu gadis pemegang seruling itu, sepertinya bernama Bian Qingxuan, aroma tubuhnya membuatnya ngiler.
“Bisa mengatur ilusi di dalam ilusinya, di dunia ini ternyata masih ada orang dengan bakat seperti itu? Seruling itu juga terlihat familiar, ingatan Jiang Yan agak kacau, sejenak tidak bisa mengingat apa benda itu. Tapi jika dia tidak menggunakannya, mungkin aku tidak bisa menemukannya.”
Jiang Yan menunduk, menatap gadis di depan mata yang satu-satunya belum dilempar ke dalam daun teratai.
Shi Luoya tidur di atas perahu kecil, tubuhnya meringkuk, alis berkerut gelisah, selendang dan ujung roknya berantakan.
Jiang Yan menyuruh dua Buhua Chan menjadi tumbal, menghancurkan dua pedang kayu persik tersisa di pinggangnya, lalu menopang dagu sambil mengamatinya.
“Shi Luoya.” Gumamnya rendah, sejenak bingung apakah dirinya adalah Buhua Chan atau Jiang Yan, “Ayahmu hampir saja menyegelku dengan tangannya sendiri, kamu juga membuatku menjadi seperti ini.”
“Keluarga ayah-anak kalian, Sungguh menyebalkan.”
Sungguh menyebalkan, tapi dia tidak langsung mengubahnya menjadi Buhua Chan. Buhua Chan berwujud buruk, tubuh dingin keras, hanya fokus menciptakan ilusi untuk memikat manusia berkembang biak bertelur.
Jiang Yan tanpa alasan tak ingin melihatnya seperti itu. Tak ingin melihatnya merayu orang, melahirkan segunung monster kecil.
Kini dia bingung identitasnya sendiri, memori warisan kuno bertabrakan dengan ingatan Jiang Yan sebagai manusia. Membuatnya mengerutkan kening sambil menopang kepalanya.
Kesadaran iblis mengambil alih, matanya berkilat dingin sesaat, teringat dendam baru: "Bajingan, kau memenggal satu kepalaku!"
Itu nyawa keduanya, hilang karena meremehkan lawan dan tipu daya gadis ini!
Selama ini Buhua Chan-lah yang memperdaya manusia, kali ini malah tertipu oleh seorang gadis.
Amarah membara menyergap, dia mencekik leher gadis itu. Melihatnya sulit bernapas dengan ekspresi kesakitan, wajahnya berkerut sesaat sebelum ragu-ragu melepaskan cengkeraman.
Dia mengamati Shi Luoya.
Sekalipun di mata Buhua Chan, dia tetap terlihat sangat cantik.
Sejak zaman kuno, dia pernah melihat banyak nona dewa dan dewi, namun setelah para dewa musnah, sangat sedikit yang masih secantik ini.
Tiba-tiba dia teringat sesuatu dan bertepuk tangan dengan sinis: "Shi Luoya, bangun."
Di alam Qiankun, Jiang Yan adalah penguasa. Dia meremehkan cultivator yang datang ke Desa Qingshui untuk membasmi iblis. Di dunia yang terang benderang ini, selain Shi Huan yang hampir mencapai dewa, tak ada lawannya. Tapi kini bahkan Shi Huan pun sudah tiada.
Gadis itu membuka mata sesuai keinginannya.
Meski pandangannya kosong, tetap lebih cantik daripada saat mata terpejam.
Jiang Yan tiba-tiba berpikir: dia tak perlu menjadi Buhua Chan, tapi harus tetap menemaninya seperti ini. Gadis ini terlalu licik dan kejam. Karena dia hanya punya satu nyawa tersisa, mustahil membiarkannya sadar.
Separuh wajahnya yang seperti hantu terdistorsi dengan kejahatan iblis. Namun separuh wajah milik Jiang Yan masih tampak anggun, mengingatkan pada Kakak Jiang Yan yang pernah ditemui Shi Luoya di masa kecil.
"Setelah setuju menikah dengannya, bagaimana bisa menyakitinya?" Raut wajahnya aneh, seolah bingung dengan identitasnya sendiri, "Shi Luoya, pernahkah kau membenci Jiang Yan?"
Gadis itu menatapnya dengan mata hitam legam, di bawah pandangannya, ia perlahan mengangguk: "Dia menipuku."
Nada bicaranya mengandung kesedihan karena pertama kali dikhianati teman.
Alih-alih marah, dia malah tersenyum rendah: "Jadi di Desa Qingshui, kau langsung mengenaliku saat pertama bertemu, bukan?"
Ia mengangguk.
Jiang Yan merasa sangat gembira, berbisik lembut: "Aku juga, aku juga membencimu, Shi Luoya."
Sambil mengucapkan kata-kata kebencian, ia menyangga pipi gadis itu dan menempelkan bibirnya di sudut bibirnya dengan lembut.
“Ayahmu sudah tiada, kau sama menyedihkannya denganku. Kita selalu sama, Wan Xun tidak akan menjadi milik ayah. Tapi kau milikku, benar kan?”
Ia mengangguk dengan polos.
Kekejaman Buhua Chan lenyap sepenuhnya dari matanya, raut Jiang Yan semakin lembut. Ia berbisik pelan: "Sungguh baik. Ada sesuatu yang selalu kulupa berikan padamu."
Ia membuka kantong qiankun, mengeluarkan sebuah benda dari dalamnya, lalu menaruhnya di pelukan gadis itu.
"Kau suka?" Separuh wajah utuh Jiang Yan perlahan merekah di sudut bibir. Senyuman tulus yang mungkin hanya dimiliki iblis, namun sebelum senyum itu mekar sempurna, kepalanya terkoyak berantakan.
"Ah——"
Meski Buhua Chan tidak ahli bertarung dalam wujud asli, tak pernah terbayangkan akan mati. Shi Huan tiada, ia memulihkan diri di Naga. Saat membuka mata, dengan leluasa merebut tubuh Jiang Yan. Putra Mahkota ini meski wajahnya rusak, tapi tekadnya kuat, bakatnya luar biasa, cukup memadai untuk sementara dipakainya.
Sungguh, di dunia ini sudah tak ada lagi yang bisa mengimbanginya!
Bagaimana mungkin ini terjadi, dia tidak percaya sekaligus tak rela, menggunakan seluruh kekuatan terakhir untuk menoleh dan melihat siapa yang mengalahkannya.
Sebatang tulang runcing menembus keluar, Jiang Yan akhirnya melihatnya dengan jelas.
Orang itu menerobos keluar dari daun teratai yang rusak, menarik kembali tulang runcingnya dan mendekat. Bagian wajak Jiang Yan yang terdistorsi milik Buhua Chan perlahan berubah menjadi ekspresi tak percaya: "Bagaimana bisa, kau..."
Dia ingin berkata bagaimana kau berani membunuhku, siapa sebenarnya kau. Tapi nasibnya telah ditakdirkan takkan menyelesaikan kalimat ini. Dunia Qiankun runtuh berdebam seiring dengan lenyapnya dirinya.
Kabut tipis tersibak, langit tak lagi suram dan mencekam. Tanpa kendali Buhua Chan, mentari mulai bersinar di luar.
Matahari musim dingin tak begitu hangat, tapi tak menghalangi mulai mencairnya salju di dunia manusia.
Mereka mengira beberapa hari singkat di Desa Qingshui, ternyata di luar telah berlalu sebulan penuh.
Dunia manusia mulai menunjukkan kecenderungan pencairan salju, tak lagi diselimuti es dan salju abadi.
Bian Lingyu melangkah ke perahu kecil, berjongkok mengamati gadis itu. Teknik sihir makhluk legendaris tidak seperti rahasia ilmu cultivator, meski Buhua Chan telah meninggal, pengaruhnya masih tertinggal pada Shi Luoya. Gadis itu duduk di perahu, membuka mata dengan bingung memandangnya, sepasang mata hitam legam yang indah menatap penuh fokus.
Bian Lingyu mengambil layang-layang dalam dekapannya, tanpa membebaskannya dari teknik sihir, raut wajahnya tak terbaca: "Apakah itu Jiang Yan?"
Dia mengangguk patuh.
Dengan tenang ia memeriksa layang-layang, bertanya datar: "Lalu kau lebih suka dia, atau Wei Changyuan?"
Rahasia ilmu yang ditanamkan Buhua Chan pada Shi Luoya adalah teknik sihir boneka untuk menyenangkan majikan. Mendengar pertanyaan itu, gadis itu mengedipkan mata, menggeleng dengan cerdik, berhasil menemukan jawaban yang benar.
"Aku tidak suka keduanya, aku suka..."
Bian Lingyu tiba-tiba mengangkat tangan menutup bibir gadis itu, memaksanya menelannya kembali kata "kamu". Dengan pandangan dingin, ia tak bisa menyangkal bahwa beberapa mantra Buhua Chan memang licik namun menyenangkan.
Pantas saja Jiang Yan bertindak seperti itu.
"Jangan lanjutkan." Ia tidak suka berkhayal seperti Yu Nie itu. Jalan seperti itu hanya menuju kehancuran diri, apa gunanya?
Bian Lingyu menunduk memandang layang-layang berbentuk kupu-kupu indah di tangannya. Meski tak paham selera perempuan, ia bisa melihat ketekunan pembuatnya.
Matanya tetap dingin.
Bian Lingyu tidak berbohong kepada Bian Qingxuan. Saat ditanya persentase keberhasilannya dulu, jawabnya tiga puluh persen.
Diri yang telah kehilangan segalanya, menghadapi Buhua Chan, sisa peninggalan kuno ini. Jika dia tidak menampakkan tubuh aslinya, memang hanya tersisa tiga puluh persen kemungkinan. Karena Buhua Chan ahli dalam ilusi cengshen dan dimensi qiankun, hampir mustahil bertarung satu lawan satu dengannya. Pasti dia menyembunyikan kepalanya dengan sangat baik.
Jika tidak menemukan tubuh aslinya, mustahil membunuhnya, hanya bisa terkuras habis.
Namun Bian Lingyu juga tidak menyangka, Shi Luoya memiliki kemampuan sehebat ini. Bisa memutus Fengzhu, bahkan membuat Jiang Yan berkali-kali melunak padanya. Alih-alih segera menyuling mereka, malah dua kali menampakkan wujud asli, di sini memberikannya layang-layang.
Tiga puluh persen kemungkinan, secara paksa meningkat menjadi delapan puluh persen.
"Kau benar-benar hebat." Bian Lingyu menyindir ringan. Belum pernah melihat hal yang lebih absurd dari ini. Buhua Chan mungkin sampai mati menyesal, seharusnya tidak memilih tubuh kultivator biasa yang pernah terpaut perasaan.
"Bisa bangun?" Bian Lingyu melemparkan layang-layang di tangannya, memimpin turun dari sampan.
“Boneka” gadis itu mengangguk, tidak meminta bantuan darinya, dengan gesit bangkit dari perahu kecil.
Bian Lingyu merasa tidak senang, demi kemudahan penyelamatan, tidak segera membuka teknik sihirnya. Boneka gadis yang salah mengenali majikan teknik sihir, mengira layang-layang itu milik Bian Lingyu, memiringkan kepala, mengambil layang-layang yang dibuangnya dari perahu, memeluknya dalam dekapan, mengikuti langkahnya dengan setia.
Mungkin karena menyadari kedalaman perasaan tersembunyi pria lain, melihatnya masih enggan melepas layang-layang, dia menyeringai dingin: "Kau benar-benar hebat."
Boneka kecil itu tak paham makna tersirat, menerima "pujian" dengan bangga, menyunggingkan senyum sederhana padanya.
Bian Lingyu mengabaikannya, tak berarti mengganggu boneka. Membiarkannya mengikuti, ia pergi ke tengah daun teratai membebaskan rekan seperguruan Shi Luoya satu per satu.
Mereka menghirup kabut racun dan semua pingsan, kecuali Bian Qingxuan yang akan segera sadar, sisanya baru akan bangun setelah matahari terbenam.
Shi Luoya si "boneka kecil" dengan patuh mengikuti di belakangnya, memandangi proses penyelamatannya dengan tatapan penuh harap. Dalam kondisi polosnya saat ini, dia tidak mengenali siapa pun dan memandang segala sesuatu dengan penuh rasa ingin tahu.
Bian Lingyu akhirnya mengeluarkan Wei Changyuan.
Shi Luoya terus menatap Wei Changyuan yang baru dikeluarkannya.
Bian Lingyu diam-diam menahan diri sejenak, namun melihatnya masih terus menatap, dia mencengkeram dagu gadis itu dan memalingkan wajahnya dengan paksa.
Akhirnya dia tidak bisa menahan diri lagi, menggosok wajah dan sudut bibirnya dengan keras menggunakan jarinya.
Semua bagian yang pernah disentuh Jiang Yan.
Wajah dan sudut bibir gadis itu memerah akibat gosokannya, namun raut wajahnya tampak bingung dan polos. Masih memeluk layang-layang, dia tidak mengerti kenapa pria ini tiba-tiba marah, menunjukkan ekspresi agak ketakutan.
Meski untuk sementara menjadi boneka, Jiang Yan tidak bermaksud mengubahnya selamanya menjadi Buhua Chan, juga tidak benar-benar ingin menjadikannya boneka selamanya. Masih tersisa sedikit kesadaran untuk berpikir, ketika diperlakukan tidak adil, dia juga akan merasa sedih.
Bian Lingyu terdiam sejenak, akhirnya tidak merebut dan membuang layang-layang dalam pelukannya: "Aku tidak marah padamu, ini karena kemampuanku semakin menurun, sudah tidak bisa lagi melindungimu."
Baik itu sikap bermusuhan Bian Qingxuan, pengabaian dan sikap dingin Wei Changyuan, kata-kata kasar rekan seperguruan, maupun kelancangan Jiang Yan...
Menghadapi semua ini, kekuatannya akan semakin berkurang.
Bahkan dia sudah menjadi begitu lemah, sampai tidak bisa langsung membebaskan diri dari kabut tipis untuk menyelamatkannya tepat waktu.
Gadis itu terlihat termenung, setelah lama akhirnya mengulurkan tangan dan berpelukan dengannya untuk menenangkan.
"Ini bukan salahmu," ujar boneka kecil Wen Rou dengan lembut.
--------------------
(Sumber buku: Long Feng Hu Lian)
