Cuaca hari ini memang tidak terlalu baik, tak lama kemudian hujan pun turun. Shi Luoya duduk di atas pohon yang jauh, kaki bergoyang-goyang, mengamati Bian Lingyu.
Setelah kepergiannya, Bian Lingyu duduk sendirian sebentar. Raut wajahnya rumit, sedikit membara kemarahan, namun tak lama kemudian tenang kembali dan melanjutkan Menggerogoti bilah bambunya.
Sebelumnya Shi Luoya juga pernah melihatnya menggerogoti bambu, tapi tidak tahu untuk apa digunakan. Saat ini ia memperhatikan dengan penasaran.
Bian Lingyu selalu sangat fokus dalam bekerja, hal ini mereka cukup mirip. Bulu matanya panjang tapi tidak semelengkung Shi Luoya. Saat menundukkan mata, bayangan di kelopak bawahnya tidak terkesan muram, justru memancarkan kesan remaja yang terlalu polos.
Shi Luoya sebenarnya bukan tipe orang yang sabar, tapi saat melihat Bian Lingyu fokus bekerja, ia sama sekali tidak merasa bosan.
Saat hujan gerimis mulai turun, Bian Lingyu tidak masuk ke dalam rumah. Shi Luoya langsung paham, dia selalu menyukai kebersihan dan tidak suka bau busuk di dalam rumah itu.
Beberapa ekor gagak hutan terbang ke dahan pohon untuk berteduh. Shi Luoya mengusik mereka dengan jarinya: "Sok keras kepala."
Entah sedang membicarakan gagak atau manusia.
Merasa aura immortal non-agresif darinya, gagak-gagak itu berkotek keras meski dipukul. Alih-alih kabur, mereka malah terlihat garang, persis seperti seseorang. Shi Luoya tak bisa menahan senyum: "Aku yang datang duluan, berani-beraninya kalian bersikap jutek!"
Cukup tahu Bian Lingyu tidak punya kecenderungan khusus dan tidak suka di sini. Dengan begitu akan lebih mudah baginya untuk membawanya pergi.
Tapi alasan Bian Lingyu tidak mau ikut dengannya, sampai sekarang Shi Luoya belum juga memahami.
Langit semakin suram, meski masih tengah hari, awan gelap telah menutupi matahari di ufuk dengan gemuruh yang menderu. Dinginnya musim semi yang menusuk, suhu di awal musim semi tidak jauh lebih baik dibanding musim dingin. Shi Luoya awalnya berencana akan bertindak jika Bian Lingyu tetap menolak masuk ke dalam rumah, namun tak disangka kali ini Bian Lingyu akhirnya masuk.
Dia menutup pintu, membuat Shi Luoya tidak bisa melihatnya.
Hati Shi Luoya sedikit lega. Setelah melihatnya menderita demam sebelumnya, terkena penyakit lagi tentu tidak baik.
Bersama sekumpulan gagak hutan yang berdiam diri, tanpa ada aktivitas maupun pengamatan dari Bian Lingyu yang keras kepala, Shi Luoya akhirnya mengeluarkan buku yang pernah disodorkan Bian Lingyu padanya untuk dibaca.
Membuka kembali halaman tentang Pil Tianji, jemari Shi Luoya mengelus setiap karakter. Entah benar atau tidak, benda ini memang berkhasiat, namun bahan-bahan untuk meraciknya sungguh di luar jangkauan.
Shi Luoya menghafal kembali bahan-bahan spiritual yang diperlukan, bertekad untuk mengumpulkannya ketika ada kesempatan. Seberapapun kecilnya harapan, dia akan mencoba - dia tak pernah menyerah pada takdir.
Dari kejauhan terdengar langkah kaki yang tergesa-gesa. Shi Luoya menoleh dan melihat seseorang mengenakan topi lebar sedang berjalan menuju gunung.
Dari postur tubuhnya terlihat seorang gadis. Gadis itu mengangkat keranjang sambil menapaki genangan lumpur, bergumam kesal tentang cuaca buruk.
Shi Luoya yang pernah melihat banyak manusia biasa di kehidupan sebelumnya, langsung tahu gadis ini pasti berasal dari desa-desa di kaki gunung. Berani mendaki gunung di cuaca seperti ini sungguh luar biasa.
Shi Luoya memperhatikan arah langkah si gadis - ternyata menuju ke arah gubuk kayu.
Axiu yang awalnya terus menggerutu, tiba-tiba berubah sopan saat sampai di depan pelataran kecil. Tak rela baju barunya yang dipakai pagi tadi kotor, ia telah berganti pakaian kerja kasar dan memakai jubah jerami. Ia berlindung di bawah atap gubuk kayu lalu mulai mengetuk pintu.
Dari kejauhan Shi Luoya menyaksikan pintu kayu terbuka memperlihatkan wajah Bian Lingyu.
Mereka berbicara beberapa patah kata. Shi Luoya yang berada terlalu jauh, ditambah suara gemuruh Lei di langit, hanya bisa mendengar percakapan mereka secara terputus-putus. Namun dia masih bisa melihat raut wajah mereka dengan jelas.
Reaksi pertama Shi Luoya adalah: Jangan-jangan Bian Lingyu memilih tinggal karena gadis ini?
Namun segera dia menyadari itu bukanlah alasannya.
Gadis itu berusaha memasukkan keranjang ke dalam dekapan Bian Lingyu, tapi ditolak dengan wajah dingin olehnya.
Dia tidak menolak permintaan A Xiu untuk berteduh di gubuk kayu, namun langsung berbalik badan dan pergi, tidak mau berada satu tempat dengannya. A Xiu menggenggam keranjang sambil melepas jas hujan, wajahnya jelas terlihat kecewa.
Shi Luoya mengamati sebentar, pikirannya melayang. Di kehidupan sebelumnya saat mengembara, dalam sedikit kali dia teringat pada Bian Lingyu, pernah juga terbayang gambaran seperti ini.
Bagaimanapun juga, Bian Lingyu pasti akan menikah dan memiliki keturunan.
Bian Qingxuan dapat hidup seribu tahun, tetapi Bian Lingyu sebagai manusia biasa, usianya hanya sekitar seratus tahun, pasti akan menua dan mati. Mungkin beberapa tahun setelah dia melarikan diri dari sekte, dia turun gunung dan menikah dengan perempuan lain.
Namun melihat keadaan Bian Lingyu yang seperti ini sekarang, Shi Luoya sulit membayangkan bahwa dalam kehidupan sebelumnya dia benar-benar menjalani hidup seperti itu.
Bian Lingyu bagaikan padang gurun yang luas dan tak bertepi, orang-orang bisa melihat keluasannya yang membentang, tapi tak ada yang bisa menguasainya.
Seperti saat ini, ketika dia berada dalam satu ruangan dengan Axiu, awalnya wajah Axiu memerah karena malu, tapi semakin lama semakin gelisah, duduk tidak karuan dengan ekspresi sangat canggung.
Bian Lingyu tetap dingin, melanjutkan kegiatannya sendiri, seolah-olah Axiu tidak ada di dalam ruangan itu.
Keduanya, satu seperti Biksu Buddha dingin yang duduk tinggi di kuil, sama sekali tak peduli pada umat manusia. Yang lain seperti umat yang penuh ketakutan, hampir bersujud menyembah.
Shi Luoya memperhatikan lama, diam-diam menghapus poin "mencari istri yang baik dan berbakti untuknya di dunia manusia di masa depan" dalam hatinya.
Istri sebaik apa pun, mungkin takkan tahan dengan sikap dinginnya. Shi Luoya melihat Axiu yang gelisah, merasa kasihan. Biarlah mengalir saja, entah seperti apa tipe yang bisa disukai Bian Lingyu.
Hujan mulai mereda. Shi Luoya dengan tajam merasakan beberapa aura manusia asing di kejauhan. Merasakan niat jahat, ia menyipitkan mata ke arah itu.
Tiga pria berpakaian seragam murid Hengwu mendekat.
Dua di antaranya tak dikenali Shi Luoya. Hanya satu yang dikenal, anak buah Xue An, mungkin bernama Song Kuishan. Latar belakang keluarganya cukup baik, dikenal sebagai playboy di Sekte Hengwu.
Mereka berjalan mendekati Shi Luoya. Tingkat kultivasi Shi Luoya jauh lebih tinggi, sehingga mereka tak menyadari keberadaannya. Tapi Shi Luoya mendengar ucapan mereka.
Awalnya Shi Luoya tidak tahu apa tujuan mereka datang, setelah mendengar jelas, sorot matanya semakin dingin.
"Kak Song, kalau kita ganggu orang itu, apa tidak masalah? Dia dulu kan kakak kandung Adik Senior."
Song Kuishan mengangkat tangan sambil meremehkan: "Kenapa? Kamu takut? Kalau takut pulang saja. Kalau Bian Qingxuan benar-benar masih peduli padanya, mana mungkin dia dibuang ke tempat kumuh ini."
Yang lain tertawa terkekeh: "Benar, jarang ada barang bagus seperti ini. Waktu dia keluar memberi kesaksian untuk Nona Shi kemarin, dari jauh saja aku sudah gatal."
Orang yang pertama protes: "Siapa yang takut! Aku cuma lihat penampilannya kayak gitu, mana mungkin mau diajak main. Katanya habis digigit siluman, badannya mungkin lemah. Gimana kalau sampai menyebabkan kematian?"
Song Kuishan mengejek: "Ck, seolah-olah kamu belum pernah bikin korban jiwa. Lima tahun lalu ada murid bersalah yang dikirim ke sini, kamu paling semangat main waktu itu, seneng mati kan?"
Murid itu tampak gelisah, tapi akhirnya diam dan tidak pergi.
Yang lain menepuk bahunya menghibur: "Tenang, murid luar ini jarang yang sifat keras. Semua ingin berumur panjang, mungkin sudah berkali-kali dijadikan mainan, bahkan mungkin nona Shi sudah bosan. Nanti setelah kita selesai, kasih hadiah sesuatu, pasti dia tidak berani ngomong."
Song Weishan mengusap dagunya, tersenyum: "Jangan beri tahu Tuan Muda Xue. Nanti main pelan-pelan, sisakan nyawanya untuk next time. Tempat sialan ini memang praktis."
Sambil mengobrol, mereka segera tiba di halaman.
Tak ada yang melihat Shi Luoya memandangi mereka dengan dingin, Golok Shenyun yang merah menyala membawa gelora pembunuhan, seiring mata yang perlahan memerah.
Di dalam kamar, Axiu yang melihat sekelompok cultivator ini langsung menyadari bahaya, berdiri tegang: "Kalian siapa?"
“Kakak Song, mengapa ada wanita desa di sini? Bukannya kelompok itu bilang sudah diatur baik-baik dan tidak akan kembali mengganggu?”
“Jangan-jangan wanita desa ini kekasih Bian Lingyu?”
Kerumunan itu tertawa riuh. Song Weishan mengangkat alis penasaran. Seorang murid lain yang paham kelakuan mesumnya, tahu ini tanda gejolak nafsu. Seseorang melepas mantra, mengurung Xiu.
“Lihat baik-baik, nona kecil, bagaimana kami mempermainkan pacarmu.”
Xiu memerah mukanya, memandang Bian Lingyu: “Cepat lari!”
Bian Lingyu menatap Song Weishan dan kawan-kawan. Sepuluh tahun lalu saat pertama turun ke dunia, pemahamannya tentang norma manusia masih seperti anak kecil - hanyalah senjata pembunuh yang dingin. Kini dia sudah tahu maksud mereka.
Bukan hanya di dunia manusia, di dunia kultivasi pun kejadian kotor semacam ini tak jarang terjadi.
“Song Weishan sebelumnya pernah beberapa kali melihat Bian Lingyu, sejak lama sudah tergoda oleh kecantikannya yang luar biasa seperti dewa turun ke bumi. Di bawah pandangan dingin Bian Lingyu saat ini, hasratnya semakin tak tertahankan.”
Dia berkata sambil tertawa, “Tenang saja, Song ini hanya menyukai pria, tapi bukan berniat membunuhmu. Kalau kau mau berkoordinasi nanti, aku jamin kau juga akan merasakan kenikmatan.”
“Aku juga akan merasakan kenikmatan?” Bian Lingyu membalas dingin dengan nada sarkastik.
Boneka bilah bambu diam-diam menyusun formasi. Di atas gunung sepi, seekor binatang Cangwu melolong panjang dan berlari menuju gubuk kayu.
Tidak menangkap nada dingin dalam suaranya, Song Weishan malah mengira dia mau bekerja sama. Dengan tak sabar dia membuka ikat pinggangnya: “Tentu, mengikuti Shi Luoya dan orang lain tidak sebanding dengan bergabung bersama kami. Keuntungan pasti akan kau dapat.”
Dia dengan tergesa-gesa mulai membuka celana Bian Lingyu. Dua orang lainnya yang belum sepenuhnya kehilangan akal, khawatir Bian Lingyu melawan, menahan bahunya. A Xiu di sudut ruangan, matanya memerah karena panik, tidak tega melihat lagi, memalingkan kepala.
Boneka bambu kecil membutuhkan waktu untuk membentuk formasi pembunuhan. Tubuh Bian Lingyu sekarang rapuh, dan tidak ada Dihun Dan.
Dia duduk di kursi roda, memandang dingin ke arah Song Weishan.
Sorot mata itu jernih, tenang, tidak seperti makhluk hidup.
Song Weishan merasakan bulu kuduknya berdiri sejenak, jarang merasakan perasaan krisis. Tapi keraguannya hanya sebentar, nafsu birahi membutakannya. Ia menjilat bibir, lalu maju merobek ikat pinggang Bian Lingyu.
Gemuruh petir menggelegar di langit, menggema hingga ke ufuk.
Ekspresi bersemangat Song Weishan membeku di wajah, tapi gerakannya terhenti lama. Dua murid lain baru mulai bingung ketika melihat garis darah tiba-tiba muncul di leher Song Weishan.
Garis darah semakin dalam, saat gemuruh berikutnya bergema, kepala Song Weishan terpenggal dan darahnya muncrat mengenai wajah kedua murid.
Mereka membeku sambil mengusap wajah, menyaksikan tubuh gundul Song Weishan ambruk. Di belakangnya, muncul seorang gadis yang mengangkat golok besar.
Gadis itu menundukkan kepala. Angin bertiup masuk dari pintu, menerbangkan rok Gunung Bukan Malam-nya berkibar-kibar liar.
Seorang murid gagap memanggil namanya: "Shi... Shi Luoya."
Itu Shi Luoya, tapi bukan Shi Luoya yang biasa. Gadis itu menatap mereka, darah segar juga mengotori wajahnya. Bola mata yang semula jernih seperti biji almond kini berubah merah darah.
Kecantikannya yang biasanya sudah berani dan mencolok, membuat kedua murid yang ketakutan ini terpana oleh pesona yang menggentarkan ini.
Yang pertama sadar berkata dengan suara gemetar: "Kau...kau berani masuk..." Kata "jalannya iblis" terjebak di tenggorakannya.
“Gadis itu menatap mereka tanpa ekspresi, barulah mereka menyadari ketakutan, bergegas melepaskan Bian Lingyu, dan bersujud dengan suara 'plok'.”
“Kakak Senior, bukan, Nona Luoyi, ampun...”
Di mata Shi Luoya tak terlihat emosi apapun, bayangan tubuh Hui Xiang yang tercabik-cabik di kehidupan sebelumnya justru semakin jelas di depannya. Saat itu ia telah bersumpah takkan membiarkan orang terdekatnya mengalami nasib serupa.
Di tengah teriakan Axiu, tanpa ragu ia mengayunkan goloknya.
Kedua orang itu belum sempat melarikan diri keluar pintu, kepala mereka sudah terpenggal.
Bian Lingyu menatap mata merah Shi Luoya, alisnya berkerut. Sensitivitasnya terhadap aura setan sangat tajam, tak disangka Shi Luoya justru jatuh ke dalam kegelapan untuk kedua kalinya dalam kondisi seperti ini.
Mengabaikan genangan darah di sekelilingnya, ia berseru keras: “Shi Luoya!”
Gadis bermata merah itu mengedipkan mata berlumuran darah, memandangnya.
“Kemarilah.” Katanya, “Tenangkan dirimu.”
A Xiu merasa pemandangan di depan matanya ini sangat absurd. Delapan belas tahun hidupnya, tak pernah ada guncangan sebesar ini. Dalam waktu semenyan, dia melihat kejahatan para cultivator, pria yang disukainya hampir dilecehkan, lalu tiba-tiba muncul seorang gadis yang membunuh semua orang dalam sekejap.
A Xiu belum pernah melihat perempuan secantik ini. Gadis itu berkulit salju dan berambut hitam, wajahnya seolah mendapat berkah langit, cantik tak tertandingi.
Tapi kecantikan gadis itu berbanding lurus dengan kengeriannya saat membunuh.
Setelah menghabisi yang lain, gadis itu menghampiri Bian Lingyu.
A Xiu hampir panik, ingin berteriak memperingatkan Bian Lingyu untuk lari, dirinya sendiri juga ingin melarikan diri.
Tapi dia melihat Bian Lingyu tidak hanya tidak lari, malah menunjukkan raut cemas di wajah - ekspresi yang bahkan tak muncul saat dia hampir dilecehkan tadi.
A Xiu mulai memahami sesuatu, hati kecilnya terasa sesak. Ini pertama kalinya dalam hari-hari mengenal Bian Lingyu, dia melihat sang pria menunjukkan ekspresi seperti itu.
Seperti dewa yang dingin di atas altar suci jatuh dan terkontaminasi oleh emosi manusia.
Gadis bermata merah darah itu pun sampai di hadapannya. Ia menyimpan goloknya, dan di bawah tatapan penuh ketakutan A Xiu, dia justru tidak melukai Bian Lingyu. Dia membungkuk, dengan wajah dingin, dengan serius mengikatkan kerah Bian Lingyu, bahkan membuat simpul mati dengan geram.
Tidak hanya A Xiu yang terdiam, bahkan Bian Lingyu pun diam, menatap Shi Luoya tanpa menghentikannya.
Shi Luoya duduk bersila di depan Bian Lingyu. Lama setelahnya, matanya perlahan kembali ke warna pupil hitam putih.
Dia mengangkat pandangannya. Hujan di luar semakin deras, membasahi pintu masuk.
Shi Luoya segera tersadar dari kendali kegelapan hati, dan melihat pemandangan ini. Tiga kepala manusia yang telah ia panen, Bian Lingyu yang menundukkan pandangan padanya dengan bibir pucat, serta A Xiu di sudut ruangan dengan wajah penuh kebingungan.
Ia mengangkat tangan, berpikir sejenak, lalu membersihkan noda darah di wajah terlebih dahulu, khawatir penampilannya sebagai "maniak pembunuh" akan menakuti dua manusia biasa di dalam ruangan.
Proses transformasi menjadi cultivator iblis memang seperti ini. Begitu kegelapan hati tidak berhasil dihilangkan dan menyentuh mimpi buruk dalam hati, kondisinya akan semakin memburuk.
Namun Shi Luoya tidak menyesal.
Bunuh ya sudah bunuh. Bukan hanya saat dikendalikan kegelapan hati, bahkan jika dalam keadaan sadar pun ia akan memenggal beberapa orang ini - residivis binatang yang telah memaksa rekan seperguruan hingga tewas.
Di kehidupan sebelumnya tidak ada pengalaman membunuh, pertama kali melihat mayat di samping dalam keadaan bingung, panik hingga dia meninggalkan sekolah. Saat ini hatinya sangat tenang, memahami kegelapan hati belum melakukan ekspedisi ketiga, dia harus menangani kematian Song Weishan terlebih dahulu dan menenangkan orang di dalam rumah.
Dia melihat Bian Lingyu yang tenang tanpa perilaku aneh, lalu memandang Axiu di sudut dengan raut bingung yang meringkuk seperti bola. Manusia biasa seharusnya tidak bisa melihat mata memerahnya.
Shi Luoya melepas ikatannya: "Gadis, tempat ini tidak aman untuk berlama-lama, maukah aku mengantarmu pulang?"
Axiu yang melihat Shi Luoya mendekat, awalnya mengira akan sangat takut. Tapi suara gadis di depannya lembut, matanya tidak menunjukkan kekejaman, jernih dan bersih.
Axiu menatap gadis di depannya, gagap: "N-nanti, tidak usah, aku bisa sendiri..."
Dia berusaha bangun, tapi jatuh terduduk lagi.
Shi Luoya melihat kakinya yang gemetar tak bisa berdiri, menoleh bertanya pada Bian Lingyu: "Aku antar dia pulang dulu ya, kamu tunggu sebentar?"
Bian Lingyu mengangguk.
Shi Luoya membantu Axiu yang canggung berdiri, memasang perlindungan di dalam rumah untuk melindungi Bian Lingyu, tak lupa mengambil jubah jerami dan keranjang yang tertinggal milik Axiu, lalu membawanya turun gunung.
Shi Luoya yang cepat mengantarkan Axiu ke pintu desa. Karena ibunya adalah manusia biasa, dia sangat toleran terhadap orang biasa. Melihat gadis kecil itu akhirnya berhenti gemetar, dia menyampirkan jubah jerami di tubuh Axiu: "Pulanglah, jangan sering naik gunung lagi. Beberapa cultivator di gubuk kayu itu juga bukan orang baik. Jika ingin menukar barang, suruh Ayah dan kakakmu yang datang."
Wajah Axiu memerah, dia mengangguk kikuk.
"Kamu, kamu membunuh orang... tidak apa-apa?"
Shi Luoya tersenyum: "Tidak apa-apa."
Setelah berkata demikian, dia khawatir pada Bian Lingyu dan hendak kembali. Entah kenapa Axiu tiba-tiba berlari beberapa langkah mengejar Shi Luoya: "Nona Dewa, tunggu sebentar!"
Shi Luoya menoleh.
"Bisakah... bisakah nona membawa pergi Tuan yang ada di gubuk kayu itu?"
Shi Luoya tidak menyangka dia akan mengatakan hal ini, mengangguk kesal: "Aku memang datang untuk membawanya pergi, tapi dia tidak mau."
"Dia pasti mau." A Xiu berkata dengan yakin, "Bicaralah baik-baik dengannya, aku tahu dia bersedia."
"Mengapa?"
Menatap mata jernih Shi Luoya, wajah A Xiu kembali memerah: "Pokoknya aku tahu, tolong rawat dia dengan baik."
A Xiu juga pernah diam-diam menyukai seseorang, mengerti perbedaan status langit-bumi bisa membuat orang mundur. Dia tidak akan mengungkapkan kata-kata tak terucap Bian Lingyu, lagipula dirinya pun tak berani menyatakan perasaan.
A Xiu tahu Bian Lingyu bukan milik gunung sepi ini, dirinya tak bisa menahannya.
Shi Luoya mengangguk: "Baik, aku janji. Segera pulanglah."
Sepanjang perjalanan kembali, Shi Luoya terus memikirkan cara membawa Bian Lingyu. Mengingat keyakinan A Xiu bahwa dengan berbicara baik-baik pasti didengar, Shi Luoya memutuskan mencoba.
Sebenarnya di dalam hatinya selalu ada ide buruk yang tersimpan.
Ide buruk itu sebenarnya sudah berhasil ditekan, tapi ketika kegelapan hati tak terkendali untuk kedua kalinya, hal itu membuatnya teringat kembali.
Di kehidupan sebelumnya, Shi Luoya pernah merencanakan cara untuk kembali ke Gunung Bukan Malam secara terhormat. Mungkin hanya acara pernikahan atau pemakaman yang tidak bisa dihalangi oleh Pemimpin Sekte untuk pulang ke rumah.
Jika dia mati, Pemimpin Sekte Hengwu yang selalu berkata tentang kebajikan pasti tidak akan melarangnya dimakamkan di rumah. Begitu pula jika dia ingin menikah, Gunung Mingyou bukan tempat yang tepat - harus di Gunung Bukan Malam. Saat itu, memperebutkan Gunung Bukan Malam akan menjadi pertarungan mempermalukan antara dirinya dan Pemimpin Sekte.
Di kehidupan lalu dengan pikiran sempit, dia nekad memaksa Wei Changyuan. Setelah jatuh ke dalam kegelapan, di titik terendah moralnya, dia sering menyesal tidak mencari orang untuk dinikahi terlebih dahulu.
Hari ini setelah mendengar kata-kata keji Song Kuishan dan yang lain, barulah dia tahu mereka memandang Bian Lingyu seperti itu. Bian Lingyu yang enggan kembali ke dunia manusia, jika terus ditemani dirinya, akan tetap mendapat perlakuan buruk dan menjadi sasaran prasangka jahat.
Lalu, apakah dia bisa berdiskusi dengan Bian Lingyu untuk melakukan pernikahan palsu dengannya?
Jika dia setuju, mungkin Shi Luoya bisa merebut kembali Gunung Bukan Malam. Saat barang-barang ayahnya berhasil diambil kembali, dia juga bisa memulihkan kesehatan Bian Lingyu. Suatu hari nanti jika Bian Lingyu menemukan kekasih hati dan ingin pergi, Shi Luoya siap mengantarnya ke tempat yang diinginkan kapanpun.
Jika Shi Luoya kalah melawan Pemimpin sekte, masih ada waktu untuk mengirim Bian Lingyu pergi dengan selamat.
Setelah mempertimbangkan matang-matang, ide ini ternyata tidak terlalu buruk. Tapi ketika membayangkan reaksi Bian Lingyu yang mungkin ingin mencekiknya saat proposal ini diajukan, Shi Luoya mulai ragu-ragu.
Tapi antara dipukul sampai pingsan atau menikah, Bian Lingyu harus memilih salah satu! Kedua opsi ini tetap lebih baik daripada tinggal di gunung terpencil.
Shi Luoya menenangkan diri, merancang skenario pembicaraan dan cara mengurus kekacauan yang mungkin timbul.
Saat Shi Luoya mengantar Axiu pergi, Cangwu Shou sudah ragu-ragu turun gunung.
Makhluk spiritual ini sangat pintar. Sebelumnya saat Bian Lingyu melarangnya muncul, ia diam-diam mengintip dari samping. Saat ini Bian Lingyu berkata: "Kemarilah."
Kuku-kukunya berdecak cepat, meninggalkan hanya bayangan samar di udara, lalu berlari ke depan Bian Lingyu. Cangwu Beast yang terkenal jahat, kini menyusut seukuran serigala putih, patuh seperti kucing.
Bian Lingyu tidak menghiraukannya. Ia menatap mayat-mayat di tanah - jelas terlihat ini adalah anggota keluarga bangsawan. Biasanya keluarga mereka memasang lentera jiwa, di mana arwah akan kembali ke lentera setelah kematian. Jiwa yang lebih kuat bahkan bisa mengingat pengalaman hidup mereka secara terputus-putus. Nantinya akan sulit menyembunyikan fakta bahwa Shi Luoya telah membunuh.
Tiga arwah yang melayang di udara tak terlihat bahkan oleh tubuh immortal, namun jelas tercermin dalam pupil abu-abu pekat Bian Lingyu.
Tangannya terangkat dengan akurat menangkap mereka, merasakan sesuatu di telapak tangannya gemetar ketakutan.
Bian Lingyu melirik Cangwu Beast, dengan dingin membuka mulutnya dan memasukkan arwah-arwah itu ke dalam.
Cangwu Beast: "……" Seluruh tubuhnya membeku, mulut penuh jiwa-jiwa yang dikemutnya, tak berani bergerak.
Bian Lingyu bersuara dingin: "Telan."
Tak berani melawan, dengan suara "gudug", Cangwu Beast menelannya. Ia menjilat bibir, mencicipi sisa rasa, lalu meludah: "Huh, rasanya menjijikkan!"
"Ayo pergi."
Cangwu Beast bersin, lalu lari kencang menjauh.
"Sebentar" yang disebut Shi Luoya memang tidak lama. Begitu Cangwu Beast pergi, dia pun kembali.
Aura dingin hujan dan angin masih melekat di tubuhnya. Setelah kembali, dia langsung membersihkan darah sporadis dan mayat di lantai dengan mantra, memindahkannya ke luar lalu membakarnya dengan Api Murni.
Memandang kobaran api, dia tahu risiko lentera jiwa. Meski sedikit khawatir, tapi menghancurkan jiwa hanya bisa dilakukan oleh iblis tingkat tinggi atau cultivator dengan kultivasi luar biasa. Shi Luoya belum mampu. Lagipula, bahkan jika lentera jiwa menyala, kemungkinan besar mereka tak punya ingatan semasa hidup. Tak perlu takut langit runtuh.
Saat Shi Luoya melakukan semua ini, Bian Lingyu tetap tak berubah ekspresinya. Dalam hati, ia merasa lega karena pria itu tak bisa melihat dirinya telah jatuh ke dalam kegelapan. Jika tidak, mungkin sekarang dia tidak akan bisa setenang ini.
Ia berharap Bian Lingyu masih bisa tetap tenang mendengar hal yang akan ia sampaikan selanjutnya.
Ia menarik napas dalam-dalam: "Aku ada hal yang ingin kubicarakan denganmu."
"Apa itu?"
Shi Luoya menunjukkan ekspresi ragu-ragu. Bersandar di ambang pintu, ia memperlihatkan separuh wajahnya yang cantik bak bunga sambil memandangnya: "Lihatlah, hari ini aku sudah menyelamatkanmu sekali, bukan? Bisakah kau berjanji tidak akan marah setelah mendengar apa yang akan kukatakan?"
Bian Lingyu tak bisa menebak apa yang akan diucapkannya. Setelah terdiam sejenak, ia menjawab: "Tidak bisa." Jika perkataannya akan membuatnya marah, lebih baik gadis itu diam saja.
"Oh." Matanya berkerling, seolah sedang menggoda, "Tapi aku tetap akan mengatakannya."
“……”
Angin berhembus masuk membawa bau amis hujan dan tanah. Mungkin karena senyumnya yang terlalu cerah tanpa sedikit pun kegelapan, persis seperti saat pertemuan pertama mereka, Bian Lingyu mengerutkan bibirnya. Entah mengapa, amarahnya tak juga muncul.
Shi Luoyi batuk-batuk: "Aku ingin konfirmasi dulu, kamu tinggal bukan karena Axiu kan?"
Bian Lingyu tetap tanpa ekspresi, pertama kali merasa masih meremehkan kemampuannya. Dengan suara dingin penuh amarah yang tak tertahan: "Menurutmu?"
Makhluk Cangwu yang belum jauh langsung menggigil.
Shi Luoya juga menyadari jawabannya bukan itu. Dengan serius dia berkata: "Kurasa seharusnya bukan. Karena bukan, barulah aku bisa mengutarakan hal ini."
Bian Lingyu menatapnya tajam. Sudah terlalu sering dibuat kesal olehnya, satu dua kali lagi tak jadi masalah. Dia penasaran nonsense macam apa lagi yang akan keluar dari mulut Shi Luoya.
