Bagi siapa pun, undangan seperti dari Shi Luoya ini sangat mematikan.
Matanya bersinar jernih dan murni, ketegaran masa lalu berubah menjadi sesuatu yang lain saat berhadapan dengan Bian Lingyu.
Sebulan lalu, Bian Lingyu berbaring di sampingnya, berusaha keras untuk tidak memikirkan apapun. Kadang di pagi hari saat menunggu Shi Luoya pergi latihan golok, dia dengan tenang pergi mandi atau ke kamar kecil.
Shi Luoya tidak tahu, Bian Lingyu juga tidak memberitahu. Bagaimanapun dia tahu Shi Luoya takut, dia belum memiliki kebutuhan seperti itu.
Untuk hal seperti ini, Bian Lingyu lebih berharap Shi Luoya benar-benar bisa menerima dan merasakan kesenangannya.
"Kamu serius?" tanya Bian Lingyu padanya, tak mengerti bagaimana Shi Luoya tiba-tiba bisa begitu bertekad bulat.
Sudah sampai tahap ini, meski Shi Luoya juga agak gugup—bagaimanapun mustahil baginya untuk sama sekali tidak gentar. Pengalaman samar-samar yang tak bisa ia ingat detailnya itu benar-benar menakutkan.
Tapi kali ini Shi Luoya tidak berniat mundur. Dari awal ia memang ingin menjadi pasangan sejati dengan Bian Lingyu. Sudah sekian lama, mereka belum menyempurnakan pernikahan, hal ini memang terasa aneh.
Maka ia menekan rasa panik dalam hati dan mengangguk: "Ya."
Bian Lingyu mengulurkan tangan, menyentuh pipi Shi Luoya. Shi Luoya berusaha menenangkan diri sambil menunggu ia melepas pakaian, namun Bian Lingyu hanya mengusap tetesan air di pipi dan bulu matanya, lalu berkata dingin: "Tidak boleh."
"......" Ja-jadi... setelah ia sudah melepas pakaian, ini artinya ditolak?
Jika bukan karena yakin Bian Lingyu benar-benar tidak menyukai A Xiu, Shi Luoya hampir percaya dia telah beralih hati.
Hati Shi Luoya tak bisa tidak merasa sedikit menggerutu, apakah dia... tidak cukup cantik?
Seharusnya tidak mungkin. Meski dia juga tidak pernah melihat bagaimana penampilan orang lain, tapi pastinya dirinya tidak jelek. Di kehidupan sebelumnya, selama bertahun-tahun mengembara di dunia manusia, yang paling sering dia urusi adalah para petualang nakal yang melakukan aksi pemberontakan karena tergila-gila pada kecantikannya.
Gadis ahli golok juga bukan tanpa amarah. Shi Luoya berkata: "Kalau begitu kau pergi!" Dia saja yang tidak mau 'melakukan itu', sementara dirinya telanjang sendirian. Hanya membayangkannya, bau darah langsung naik ke ubun-ubun.
Bian Lingyu akhirnya keluar dari suasana tertekan beberapa hari ini. Napasnya masih cukup stabil: "Ya, panggil aku setelah kau selesai mandi."
Untuk apa memanggilnya? Shi Luoya menepuk air, dantiannya terasa sakit sekaligus malu kesal.
Dengan wajah kecilnya yang kaku, dia cepat-cepat mandi tanpa meminta Bian Lingyu menggendongnya, lalu menyelip ke dalam selimut.
Meski saat mengenakan pakaian, Shi Luoya sudah menduga keengganan Bian Lingyu untuk menyempurnakan pernikahan terkait rahasianya yang tak ingin diungkap, tetap saja hatinya terasa sesak.
Dia... butuh keberanian besar untuk mengucapkan kata-kata itu, bahkan mengalahkan rasa takutnya.
Bian Lingyu juga turun ke sungai, menunggu Shi Luoya keluar sebelum cepat-cepat membersihkan diri.
Berbaring di luar, keduanya terlibat dalam keheningan sejenak.
Bian Lingyu yang memang dingin dan pendiam, lebih sering mendengarkan cerita Shi Luoya.
Setelah mengalami kejadian tadi, Shi Luoya kini hanya menatap kelambu tanpa sepatah kata. Dia sangat menyesal melepas pakaian sebelum memastikan niat Bian Lingyu.
Wajah kecilnya tegang, berusaha melupakan rasa canggung di hati.
Bian Lingyu menutupi warna matanya dengan bulu mata panjangnya. Ia salah mengerti akan diamnya Shi Luoya, lalu teringat kejadian pagi tadi. "Jangan marah," ujarnya.
Shi Luoya bergumam dalam hati: Aku sama sekali tidak marah, siapa yang akan marah karena hal seperti ini.
"Jika kau benar-benar ingin..." Bian Lingyu teringat buku catatan yang pernah ditemukannya di rumpun bambu sektor luar. Awalnya tak bermaksud membacanya, tapi mengingat ekspresi kesakitan di wajah Shi Luoya saat itu, dengan tenang ia membalik halamannya.
Bian Lingyu berhenti sejenak: "Aku bisa mencoba cara lain." Jika hanya seperti ini, sekali... mungkin tidak sampai menimbulkan masalah.
Bagaimanapun... kesempatan itu tak akan terulang lagi.
Mendengar perkataannya, Shi Luoya penasaran. Rasa ingin tahu ini datang dengan sangat tidak tepat. Ia tahu seharusnya tidak merespons, harus menjawab dengan kasar bahwa Bian Lingyu telah melewatkan kesempatan tadi, sekarang semua sudah terlambat.
Namun, salah satu bagian dari bakat dalam latihan, sebenarnya berasal dari rasa ingin tahu. Maka Shi Luoya tanpa disengaja bertanya, "Lainnya apa?"
“……”
Cahaya lilin terpotong halus, Bian Lingyu membungkuk mendekat. Wajah remaja itu tampan dan memesona, membuat orang yang melihatnya terpana.
Shi Luoya berpikir, proses ini sangat familiar. Dia dan Bian Lingyu sudah beberapa kali berciuman, sudah cukup terbiasa. Inikah "mantra" itu? Padahal mereka juga pernah mencobanya.
Meskipun dia juga merasa agak menarik, tapi belum sampai segitunya.
Tapi segera, pemikiran itu terpatahkan.
Dia merasakan dinginnya angin malam yang berhembus ke tubuh, menimbulkan gemetar hawa dingin.
Refleks dia menyilangkan tangan di depan tubuh, wajah memerah: "Jangan kau..."
Pergelangan tangannya segera tertekan di atas kepala. Aura Bian Lingyu sangat dekat, suaranya agak gemetar: "Pagi nanti kita pergi ke Festival Hua Zhao, bukankah kau sangat ingin tahu mengapa gadis itu bisa seperti itu."
Shi Luoya pikirannya kacau: “Aku memang agak penasaran, tapi kamu tidak bisa…”
Dia sangat ingin bertanya, bukankah dulu kamu hanya mencium bibirku? Dan tanganmu selalu patuh. Bukankah hal itu hanya ciuman di bibir, lalu berhenti? Padahal menurut kabar yang dia dengar, langkahnya memang seperti itu.
Suara remaja itu mengandung kedinginan layak gunung es, serak berbisik: “Tapi sebenarnya begini, bisakah kamu berhenti bergerak, aku sekarang…”
Kalimatnya terputus, tapi Shi Luoya melihat keringat dingin mengembun di dahinya. Baiklah, sepertinya Bian Lingyu juga tidak nyaman, dia akan bertahan lagi. Shi Luoya mengangkat tangan, mengusap keringat Bian Lingyu dengan baju dalam yang baru dilepas.
Seketika, dia menghela napas, menarik selimut hingga menutupi wajahnya yang sempurna bagai dewa.
Cahaya lilin berkedip-kedip, tanpa disadari pipi Shi Luoya juga mulai basah oleh keringat wangi.
Dia menggigit bibirnya, matanya terlihat sedikit bingung. Merasa pria itu terus bergerak ke bawah, Shi Luoya gemetar: "Bian Ling... Lingyu, jangan... Aku merasa ini terlalu aneh. Bisakah kamu be-berhenti..."
"Kamu sakit?" Suaranya terdengar.
"Bukan, aku hanya merasa..." Shi Luoya mendengus dua kali, masih ingin berkata namun tiba-tiba terpotong, "Bian Lingyu!"
Sepertinya dia menjawab lembut, tapi suaranya terlalu rendah dan parau, Shi Luoya tidak bisa mendengar dengan jelas.
"Jangan terlalu tegang... Jika kamu seperti ini, aku juga tidak bisa..."
Shi Luoya tidak bisa tidak tegang, tubuhnya terus menggigil. Padahal baru saja mandi, tapi seolah baru dikeluarkan dari air. Hingga akhirnya, dengan bibir bergetar, dia ingin menuntut jawaban - bagaimana mungkin Bian Lingyu mempermainkunya!
Bagaimana mungkin dia melakukan hal seperti ini padanya?
“Namun waktu bicaranya sudah habis, setiap kali ingin mengatakan sesuatu, berikutnya langsung kacau-balau. Dia membuka mulut, bahkan kalimat utuh pun tak bisa diucapkan.”
“Kalimat yang terpotong-potong, terdengar sudah berubah nadanya.”
“Suara letupan lilin terus terdengar di kamar. Shi Luoya dengan mutiara air mata di bulu matanya, akhirnya menyelimuti diri sendiri dengan selimut.”
“Namun meski begitu, suara Bian Lingyu membersihkan tangan seolah masih bergema di telinga.”
“Jangan menyelimuti diri, bukankah kau merasa panas?”
“Shi Luoya membutuhkan waktu cukup lama untuk pulih. Seluruh dirinya terguncang, hampir tenggelam dalam rasa malu. Kini dia tak ingin melihat Bian Lingyu, dengan suara tertahan menuduh: 'Bagaimana bisa kau melakukan itu!'”
“'Luoyi, ini hal yang wajar.'”
“Bian Lingyu pertama kali memanggilnya 'Luoyi' dengan sangat alami, seolah telah memanggilnya ribuan kali dalam hati. Shi Luoya tidak hanya terkejut.”
“Tapi...”
“Di mana normalnya?” Shi Luoya mengintip dari balik selimut, wajahnya merah membara seperti bunga persik, “Ini jelas-jelas…”
Dia tidak bisa mengatakannya, tetapi merasa itu salah. Bian Lingyu...dia sudah seperti itu, tapi baju dalam Bian Lingyu masih rapi. Rasanya seperti direndahkan, namun Shi Luoya samar-samar memahami bahwa bukan itu masalahnya.
Bian Lingyu ingin menyisir rambut basahnya: “Aku bukan…”
Matanya melotot ke tangan Bian Lingyu, teringat apa yang telah dilakukannya, nyaris mundur ke sisi lain ranjang.
Bian Lingyu memperhatikannya. Di paruh akhir, dia baru menyadari bahwa Shi Luoya mungkin...tidak benar-benar menginginkannya. Sepanjang proses, gadis itu penuh ketegangan yang tak terucapkan. Awalnya, Shi Luoya hanya berharap bisa kembali ke masa sebelum membunuh Zhu Yan.
Dia mengira menjadi pasangan terkasih berarti harus melakukan hal seperti ini.
Bian Lingyu membutuhkan waktu sejenak untuk menenangkan diri. Ini pertama kalinya ia menyaksikan segala hal yang dulu tak terjangkau, kini benar-benar menyentuh kehangatan dan kelembutan ini.
Belakangan, pikirannya bahkan sempat berkabut. Mendengar tangisan gadis itu, dalam kelembutan yang membungkusnya, untuk pertama kali ia merasa bahwa gadis ini miliknya.
Shi Luoya menutup kedua kakinya: "Aku... aku butuh waktu sebentar."
"Baik."
Singkatnya, suasana di antara mereka berdua sama-sama tidak tenang.
Shi Luoya diam sendiri beberapa saat. Setelah sensasi gemetar aneh di tubuhnya mereda, ia pun tak lagi seperti burung ketakutan. Matanya menatap ke bawah, melirik Bian Lingyu: "Kamu... apa tidak nyaman?"
Bian Lingyu terdiam sejenak sebelum menjawab: "Ya."
"Kalau begitu..." ujarnya ragu-ragu, "apa kau mau kubantu?"
Bian Lingyu tak menyangka ia akan mengajukan ini. Ia berhenti sejenak, kali ini memastikan terlebih dahulu: "Apa kamu yakin?"
Tangan Shi Luoya masih gemetar hebat. Ia meraih selimut, menatap Bian Lingyu dengan mata berkaca-kaca.
“Tidak perlu, tunggu aku sebentar. Nanti aku kembali dan ada hal yang ingin kubicarakan denganmu.” Hal seperti ini perlu diajarkan perlahan. Bian Lingyu tahu saat ini dia tidak punya tenaga.
“...Ya.” Shi Luoya mengangguk lemah. Dia paham sudah waktunya membicarakan urusan penting. Matanya mengikuti Bian Lingyu yang bangkit menuju balik penyekat.
Beberapa saat kemudian, Shi Luoya menutupi matanya dengan lengan. Dia berusaha keras untuk tidak memikirkan kejadian tadi. Di bawah selimut, tubuhnya telanjang. Tapi kali ini dia tahu, Bian Lingyu bukan tidak menyukainya... justru sangat menyukai.
Entah berapa lama dia menunggu, akhirnya Bian Lingyu kembali.
Shi Luoya tahu kemana dia pergi tadi. Matanya menghindari tatapannya. Walau inisiatif awalnya datang darinya, tapi kini Bian Lingyu terlihat jauh lebih tenang.
Untungnya Bian Lingyu tidak mendekat terlalu erat.
“Benda yang melukaimu adalah sisik pelindung yang dibuat dari ekorku yang terpotong. Saat kecil, ibu memberikannya kepada adik seibu berlainan ayahku, Su Li.”
Melihat Bian Lingyu mulai membicarakan urusan penting, Shi Luoya mengesampingkan perasaan lainnya dan mendengarkan dengan serius.
Dia bertanya heran, "Adikmu juga datang ke sini?"
Bian Lingyu mengangguk.
Xu Li pasti datang untuk membunuhnya. Selama Bian hidup sehari pun, Xu Li akan terus merasa terancam.
Bian Lingyu kemudian menceritakan secara singkat peristiwa 10 tahun lalu saat dia dan Bian Qingxuan terjatuh ke dunia manusia untuk membunuh iblis jatuh dari langit, serta permusuhan mereka dengan Xu Li.
Shi Luoya akhirnya memahami alasan di balik sikap bermusuhan Bian Qingxuan terhadapnya, serta sebab-sebab terjadinya berbagai hal yang tidak masuk akal sebelumnya.
Shi Luoya terdiam lama. Untuk pertama kalinya dia tahu bahwa nyawanya selama ini ditopang oleh Mutiara Dewa.
Meski tak tahu konsekuensi kehilangan Mutiara Dewa bagi dewa, dia pernah menyaksikan cultivator yang kehilangan intisari - mereka akan menjadi lebih rentan sakit daripada manusia biasa, lalu menua dan mati dalam hitungan hari.
Dia teringat saat Bian Lingyu berada dalam kondisi paling lemah, bahkan tidak bisa berjalan sama sekali.
Shi Luoya seolah melihat dewa muda itu duduk lesu di halaman, menunggunya seumur hidup. Ia menjadi renta, rambut putih tiba-tiba tumbuh. Sendirian di gunung sepi, namun sampai mati pun tak bisa menantikan pandangan sekilas darinya.
Bahkan dia tak pernah mau mengingatnya.
Shi Luoya selalu mengira dirinya tak punya hal yang membuatnya merasa bersalah. Kini baru ia sadar betapa keliru dirinya. Betapa inginnya menegur dirinya yang dulu! Betapa ingin kembali ke masa lalu, memeluk Bian Lingyu yang memprihatinkan dan menderita di gunung sepi itu!
Dia tak memperlihatkan air mata yang menggenang di sudut matanya pada Bian Lingyu, memalingkan wajah sambil menekan suaranya ke dalam bantal: "Mutiara Dewa ini milikmu, ambil kembali." Tak sedetik pun ia ingin Bian Lingyu menderita seperti ini lagi.
“Mutiara Dewa juga berkaitan dengan nyawa ayahmu.” Jika Shi Luoya mengembalikannya, Shi Huan yang berada di Laut Wangdu juga akan tercerai-berai jiwanya.
Shi Luoya tertegun sejenak, setelah menenangkan diri baru mengangkat wajah dan menggelengkan kepala padanya: "Bian Lingyu, kamu pernah bertemu ayahku kan? Dia adalah Shi Huan yang paling jujur di dunia kultivasi, bagaimana mungkin dia mau hidup dengan menginjak-injak tulang belulang orang lain?"
Dia tidak mewarisi sifat lain Shi Huan, tapi kebetulan memiliki sifat keras kepala dan tulang punggung yang kuat sama seperti ayahnya.
Bian Lingyu menatap matanya yang berkaca-kaca, berkata dingin: "Tapi aku tidak mau."
Shi Luoya jarang melihat Bian Lingyu sekeras ini, dia menarik napas pelan: "Bagaimana kalau begini, bukankah kamu dewa? Aku kembalikan ini, lalu kamu cari cara untuk menyelamatkanku, sehingga kita berdua bisa bertahan."
Semakin dipikir semakin masuk akal: "Seperti saat kamu menyelamatkan ayahku dulu, aku juga punya lentera jiwa, di dalamnya tersimpan seberkas jiwa yang tercerai."
Bian Lingyu memalingkan kepala dengan dingin: “Kamu berbeda dengan Shi Huan, rohnya sudah setengah dewa, pada dasarnya bisa langsung terbang ke surga.”
Jiwa Shi Luoya terlalu rapuh, dia tidak bisa mencoba. Apalagi, Bian Lingyu perlu memulihkan kekuatan dewata untuk membentuk kembali tubuh dan jiwa Shi Luoya, harus menemukan kembali rohnya yang tersisa.
“Sudah 10 tahun berlalu, ibu pasti sudah menghancurkan rohku.”
Tanpa roh utuh, tanpa tubuh yang lengkap, dengan apa dia bisa menyelamatkan Shi Luoya? Dia tidak ingin memeluk sisa-sisa jiwa gadis itu sementara dirinya semakin terjerumus ke jalan iblis.
Hati Shi Luoya seperti tertusuk halus. Rasa sakit yang dia rasakan untuk Bian Lingyu malam ini melebihi seumur hidup sebelumnya.
Ketika Bian Lingyu menyebutkan bahwa ibunya mungkin telah menghancurkan rohnya, ekspresinya tetap datar dan biasa saja, tapi Shi Luoya merasa sangat tersiksa.
Bagaimana bisa ada ibu seperti ini di dunia? Masih pantaskah wanita seperti itu disebut ibu?
Kedua orang itu berdebat cukup lama, namun tidak mencapai kesimpulan.
Tidak menemukan solusi, akhirnya memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu.
Keesokan harinya, Cang Wu menunggu di luar. Bian Lingyu berkata pada Shi Luoya: "Qingxuan dan Suli akan segera datang mencari, saat itu semua orang akan dalam bahaya. Berangkatlah ke Laut Wangdu."
Paman Liu dan Mertua Zhao telah diungsikan lebih dulu. Bian Lingyu memberikan Tianji Dan yang telah selesai diolah kepada Shi Luoya.
Cang Wu menunggu di luar, bertindak sebagai mount Shi Luoya.
"Kamu berencana tinggal di sini, membiarkan dirimu dibunuhnya?" Saat mengucapkan kalimat ini, hatinya dipenuhi rasa kesal.
"Tidak, aku akan pergi ke Laut Wangdu bersamamu. Di sana ada angin ganas, Suli tidak berani mendekat."
Wujud Yuan Suli sangat lemah, tidak berani berlama-lama di dunia fana. Setelah dia pergi, Shi Luoya akan aman.
Shi Luoya bertanya: "Lalu bagaimana denganmu setelah ini?"
"Apakah kamu takut pada monster?"
Shi Luoya langsung menggelengkan kepala: "Jika yang kamu maksud adalah dirimu, aku sama sekali tidak takut."
“Masih merasa jelek?” Mata Bian Lingyu jernih, untuk pertama kalinya selama ini raut wajahnya menunjukkan ekspresi seperti ini.
Shi Luoya agak malu-malu: “Tapi sebenarnya sangat cantik.”
“Setelah berubah menjadi wujud Yuan, aku tak akan memiliki kesadaran lagi. Jika aku mati dalam angin ganas Laut Wangdu, bawalah tulangku ke Qingxuan.”
Bian Qingxuan semakin lemah dan terpaksa pergi. Shi Luoya hanya perlu berlatih beberapa tahun di Laut Wangdu sebelum bisa kembali ke Gunung Bukan Malam tanpa bahaya.
Shi Luoya tidak menanggapi metode ini. Semalam dia merenungkan dan sudah memiliki ide sendiri. Dia pura-pura tak mendengar perkataan Bian Lingyu: “Bian Qingxuan begitu menjijikkan, kau masih menepati janji?”
“Qingxuan adalah prajurit.” Bian Lingyu berkata tenang, “Ras dewa menghormati setiap prajurit pembasmi iblis. Aku tak akan menghukum mati dia karena dendam pribadi.”
Dia diam-diam sejenak, lalu berkata lagi: "Tapi setelah Ri Hou mencapai penerbangan ke surga, pasti lebih kuat darinya. Ada ikatan sebab-akibat antara kalian, kau bisa Bunuh dia."
Shi Luoya mengangguk.
Dia memahami prinsip ini, sama seperti cultivator tidak membunuh rekan seperguruan yang membasmi siluman. Di hadapan kebenaran dunia, para pejuang keadilan ini patut dihormati, tapi urusan pribadi bisa diselesaikan secara personal.
"Baik, aku ingat. Tapi sebelum pergi, aku harus kembali mengurus Gunung Bukan Malam."
Titik lemah harus ditangani dengan baik.
Su Li itu jelas bukan orang baik. Jika demi mencari dirinya dan Bian Lingyu sampai membantai Gunung Bukan Malam, saat itu dia juga tak mungkin bersembunyi.
Rombongan termasuk A Xiu, setelah menempuh perjalanan setengah hari, akhirnya kembali ke Gunung Bukan Malam.
Shi Luoya tidak banyak bicara, langsung membubarkan mereka.
"Tunggu sampai ayahku kembali, baru semua bisa pulang." Para makhluk halus ini punya kebiasaan baik, meski bersembunyi di hutan tetap bisa hidup layak. Untuk manusia biasa lebih mudah - tinggal di kota kaki gunung jadi warga biasa.
A Xiu juga berjalan di antara para manusia biasa, ia menyeka air matanya: "Nona Dewa, aku tidak tega berpisah denganmu."
"Aku berjanji, jika suatu hari nanti kembali, akan datang menemuimu."
A Xiu pergi sambil menoleh-noleh setiap tiga langkah.
Banyak makhluk halus tidak bisa bermigrasi sekaligus. Beruntung kini kompetisi antar sekte sedang berlangsung, makhluk-makhluk sakti yang meninggalkan energi spiritual di Gunung Bukan Malam juga tidak akan segera datang. Untuk menghindari membuat mereka curiga, Shi Luoya memerintahkan para makhluk halus untuk pergi secara bergelombang dalam cahaya senja.
Satu-satunya kekhawatiran Shi Luoya adalah sang Pemimpin Sekte.
Dengan golok di tangan, ia berdiri di persimpangan jalan turun gunung. Ia tahu pasti Pemimpin Sekte telah mengutus mata-mata untuk mengawasi Gunung Bukan Malam - ini merupakan tindakan sangat berisiko.
Sedikit kelalaian, dia dan Bian Lingyu akan langsung dihadang.
Diam-diam ia berbisik ke Cang Wu: "Jika terjadi sesuatu, bawa dia lari duluan. Tenang, sekarang dia bukan tandinganmu."
Cang Wu: "...Kakak ipar, eh, Nona Shi, bukankah kau sudah menyetujui Kakak Lingyu untuk pergi ke Laut Wangdu?"
Shi Luoya tersenyum ringan: "Pertama-tama tenangkan dia dulu, mana bisa benar-benar bergantung padanya untuk bertahan hidup. Dia sudah... membuatku hidup satu masa, hutangku padanya terlalu banyak. Aku tidak bisa mencapai penerbangan ke surga, lagipula, aku masih ingin melihatnya membunuh Su Li dan merebut kembali semua miliknya."
Berdasarkan apa mereka berani memperlakukan Dewa Muda penjaga umat seperti ini?
Mutiara Dewa di tubuh Shi Luoya hanya bisa disegel, sedangkan di tubuh Bian Lingyu, ada kemungkinan untuk membunuh kembali ke dunia dewa.
Melihat makhluk Cangwu tidak mendengar perintahnya, Shi Luoya berkata: "Bukankah kamu ingin bertemu majikanmu? Bian Lingyu harus hidup dan merebut kembali Mutiara Dewa, baru keinginanmu bisa tercapai."
"Bagaimana kamu tahu?"
"Saat mabuk, kamu membocorkan segalanya." Mata Shi Luoya berbinar-binar, "Semoga kamu segera menemukannya."
Cangwu kini juga merasa Shi Luoya baik, dia mulai mengerti mengapa Bian Lingyu menyukainya: "Tapi apakah kamu punya cara mengembalikan Mutiara Dewa padanya?"
Mendengar ini, Shi Luoya mulai bergumam-gumam: "...Ya."
“Apa caranya?”
“Jangan banyak bertanya.” Metode yang paling tidak ingin dilakukan Bian Lingyu pastilah cara mengembalikan Mutiara Dewa ke pemilik aslinya. Dia tidak benar-benar bodoh, setelah mengetahui banyak hal, tentu bisa menyimpulkan.
Malam itu, mereka tiba-tiba berhenti. Bian Lingyu meski sangat tersiksa tetap tidak menyentuhnya.
Seolah takut melakukan kesalahan, di siang hari pun dia menjaga jarak dengan Shi Luoya. Meski tak diucapkan, Shi Luoya telah menebak: semua yang terjadi semalam mungkin karena Bian Lingyu mengira dirinya benar-benar menginginkannya.
Cang Wu segera menyetujui. Bagaimanapun juga tujuan mengikuti Bian Lingyu adalah demi tuannya. Siapa pun yang bisa mempertemukannya dengan sang tuan, akan dia patuhi.
Shi Luoya percaya pada Bian Lingyu. Dia berani berjudi, yakin takdir tidak akan semena-mena pada ras dewa.
Dia ingin dewa yang telah jatuh ke dunia selama 10 tahun ini pulang. Ingin dia menebas Xue Li, menggapai semua keinginannya.
Dia juga percaya bahwa seiring waktu berlalu, Bian Lingyu akan menemukan cara untuk membuatnya kembali ke sisinya. Bian Lingyu tidak berani mempertaruhkan nyawanya, tapi Shi Luoya berani. Paling-paling jika kalah, semuanya akan kembali ke posisi semula.
Tanpa Bian Lingyu, dirinya sudah mati dalam angin ganas 10 tahun yang lalu.
Dia mengeluarkan Tianji Dan, melemparkannya ke mulut. Rasanya manis. Itulah kejujuran sejati seseorang selama dua generasi.
Bian Lingyu berdiri di celah gunung lain, menyaksikan para makhluk halus mundur.
Duduk bersila, mata hitam legam yang panjangnya menatap ke arah lain. Dia merasakan aura Zhu Yan.
Saat membunuh Zhu Yan, dia menyadari bahwa hanya tersisa sisa jiwa. Tapi kemana perginya pecahan jiwa lainnya? Bian Lingyu tidak bisa menemukannya dalam waktu singkat.
Namun kekuatan Zhu Yan yang tersisa sudah sangat sedikit, tidak perlu ditakuti. Bahkan tanpa dirinya, para cultivator pasti akan menghabisinya.
Tapi kemunculannya di Gunung Bukan Malam cukup mengundang tanya.
Sekte Hengwu kini sibuk mempersiapkan acara kompetisi besar di mana-mana. Kali ini lebih mewah dari sebelumnya, semua persiapan itu untuk menyambut adiknya yang suka penampilan megah.
Bian Lingyu menundukkan pandangan, berpikir dingin: seorang adik dengan darah tak berguna.
Awalnya Bian Lingyu ingin memanggil Cang Wu untuk melacak sisa aura Zhu Yan, tapi aura itu menghilang terlalu cepat. Setelah menghilang, semua mata-mata yang dikirim Pemimpin Sekte untuk mengawasi Gunung Bukan Malam pingsan.
Ia tersadar: ada yang membantu mereka.
Dalam kegelapan, sisa roh yang padat meraih erat-erat pedangnya. Melayang-layang sampai ke mulut gua lain, ia menjelma menjadi wujud Jiang Qi. Dari kejauhan ia memandang, tapi tak mendekat.
Selendang merah muda gadis itu mencolok dalam cahaya senja.
Jiang Qi teringat hari itu, saat ia meninggalkan gua dan memberinya intisari rubah berekor sembilan. Sangat ingin ia berkata: "Jika aku bisa kembali hidup-hidup..."
Kalimat itu tak sempat terselesaikan, dirinya juga tak pernah bisa kembali hidup-hidup.
Arwahnya melarikan diri sepanjang jalan ke Gunung Mingyou, berlutut memohon Guru menyelamatkannya. Sang Guru yang dulu penuh welas asih justru tersenyum sambil menghela nafas, lalu menghancurkannya lentera jiwa: "Muridku, kau bukan hanya naif, tapi juga tak berguna..."
Saat sisa arwah Jiang Qi hampir diremukkan, barulah ia sadar: cultivator pengantar surat tahun itu telah ditukar orang. Perintah penyegelan Daojun, oleh Guru tercintanya di depan mata, diganti menjadi perintah pembunuhan.
Kebenciannya selama ini, dari awal hingga akhir, ternyata salah sasaran.
Saat nyawanya hampir direnggut Pemimpin sekte, rohnya tiba-tiba tersayat. Sesuatu mengangkatnya semakin menjauh.
Saat membuka mata, ia menemukan sisa arwah Zhu Yan telah menyatu dengan tubuhnya.
Pada detik itu kerongkongan Jiang Qi tersekat, tak ada kata yang bisa terucap. Sepanjang hidupnya, yang ia benci justru sosok yang seharusnya ia berhutang budi. Makhluk jahat yang ia kendalikan, di detik terakhir masih menyimpan ketulusan terakhir padanya.
Hidup ini, bagaikan lelucon belaka.
Saat ia meninggalkan Shi Luoya di bawah sinar bulan, obsesi terakhir semasa hidupnya adalah sosok yang berdiri dalam angin saat ini.
Bibir Jiang Qi bergetar lama, ucapan "maaf" menghilang ditelan angin.
Lambat laun jiwanya akan hancur berantakan, ia pun tak pantas menebus dosa. Siluet Jiang Qi lenyap dalam cahaya senja, menyaksikan mereka pergi dari Gunung Bukan Malam dan menjauh bersama. Ia harus tetap tinggal, bersembunyi, menyeret sang Pemimpin ke neraka.
Chapter 60 Kirin
Fajar mulai merekah, rombongan berjalan berlawanan arah dengan cultivator menuju ajang kompetisi, menuju Laut Wangdu.
Dengan bantuan makhluk Cangwu, kecepatan mereka sangat tinggi. Malam itu, Shi Luoya menyadari mereka telah keluar dari wilayah perbatasan.
Di saat yang sama, ia juga mendeteksi keanehan pada Bian Lingyu.
Saat beristirahat di hutan, dia tidak sengaja menyentuh sesuatu, benda itu langsung melilit pergelangan tangannya dengan kencang. Dia terkejut berteriak "Aduh!" lalu cepat-cepat menoleh.
Dilihatnya benda itu ditarik kembali oleh Bian Lingyu.
Pemuda berbaju putih keperakan yang duduk di bawah pohon itu mengerutkan bibir, "Maaf."
Sambil berkata, dia mengangkat tangan dan mematahkan sepotong tulang runcing yang langsung bergetar dan menyusut kembali ke dalam lengan bajunya.
Bian Lingyu melakukan semua ini tanpa ekspresi, tapi ini pertama kalinya Shi Luoya mengetahui keberadaan tulang runcing itu. Matanya menatap wajah Bian Lingyu, di pipi kirinya sudah tumbuh sisik keperak-perakan.
Dia mulai menyadari sesuatu, lalu mengulurkan tangan untuk menyentuhnya.
Bian Lingyu refleks menghindar. Ingatannya tentang momen ini masih tertinggal tiga tahun lalu, saat Shi Luoya mencabut golok dan memanggilnya monster.
“Tapi kali ini Shi Luoya tidak mengizinkannya menghindar, tangannya menyentuh sisik-sisik itu: "Sakit tidak?"”
Bian Lingyu memandangnya, menggelengkan kepala.
Melihat dia tidak terlihat berbohong, Shi Luoya menghela napas lega. Kini yang paling ditakutkannya adalah Bian Lingyu merasa sakit. Ia menekan perasaannya, berusaha membuat pelarian ini terasa lebih ringan. Memandangi keringat halus di dahi Bian Lingyu: "Kita istirahat semalam dulu sebelum melanjutkan, aku lelah."”
Bian Lingyu sebenarnya ingin mengatakan Qingxuan akan mengejar, tapi mendengar perkataannya, dia tidak membantah.
“Biar aku lihat... tulang keperakan itu?”
Cang Wu berubah ke wujud Yuan, dengan sigap menyingkir ke samping. Melihat gadis itu memegang sepotong tulang runcing yang jelek, asyik mempermainkannya, hatinya tak bisa menghindari rasa iri, juga menyimpan kerinduan yang tak terucapkan.
Tulang runcing itu sebenarnya adalah sayap bulu Bian Lingyu.
Jika bisa tumbuh sempurna, mungkin akan terlihat sangat indah, megah dan anggun, suci tak tertandingi. Sayangnya kini berubah menjadi bentuk gundul yang menyeramkan.
Meski tak lagi indah, Shi Luoya tak menolaknya. Ia membiarkan tulang runcing itu melilit pergelangan tangannya, tak memperlakukan dengan kasar seperti Bian Lingyu, malah sangat memanjakan. Cang Wu merasa iri - telinganya yang cacat sebelah selalu disebut jelek oleh tuannya.
Padahal luka itu didapat saat melindungi sang tuan.
Di bawah kelembutan seperti ini, meski awalnya Bian Lingyu tak terbiasa, perlahan ia berhenti menghindar. Bahkan tak lagi memalingkan setengah wajah bersisiknya.
Karena Shi Luoya berkata: "Ini juga cantik."
Sambil berjalan, Shi Luoya terus menghapus aura mereka. Ia tak berani meremehkan musuh, meski Bian Lingyu mengatakan kemungkinan besar Su Li tak akan mengejar sendiri.
Menunjukkan kekuatan dewata di dunia manusia akan mendapat penindasan dari Tian Dao.
Su Li yang takut mati, wujud Yuan-nya masih lemah, pasti akan menyuruh Bian Qingxuan untuk mengejar. Tapi orang yang datang dari Divine Realm, pasti memiliki banyak artefak magis.
Sebelum berangkat, Shi Luoya telah membawa banyak artefak magis untuk menyembunyikan jejak dan aura dari Gunung Bukan Malam. Setiap beberapa li, dia akan berhenti menghilangkan aura mereka.
Saat istirahat, Shi Luoya juga tidak tidur. Kini dia tahu Mutiara Dewa ada dalam tubuhnya, dia terus melatih ilmu sambil memejamkan mata, tidak ingin menyia-nyiakan benda yang seharusnya bisa menghancurkan langit dan bumi ini.
Setidaknya, dia harus melindungi Bian Lingyu saat kondisinya semakin lemah, bahkan sampai kembali ke wujud Yuan.
Hari ketiga, mereka tiba di sebuah kota.
Kondisi Bian Lingyu semakin memburuk, tapi dia sendiri sudah lama tahu hari ini akan datang. Hatinya tenang, tidak merasa terkejut. Shi Luoya sedih sepanjang pagi, akhirnya memutuskan untuk sementara menyingkirkan masalah ini.
Karena... siapa tahu ini juga kesempatannya.
Mereka perlu beristirahat, Cang Wu sudah sangat kelelahan. Shi Luoya memutuskan untuk mengajak semua beristirahat sejenak di warung teh kota ini.
Dia membeli sebuah topi lebar untuk menutupi wajah Bian Lingyu yang sudah mulai ditumbuhi sisik.
Sebenarnya setelah lama memandang, meski dalam kondisi seperti ini, Shi Luoya tetap merasa Bian Lingyu tampan. Aura transenden yang dimilikinya benar-benar satu dalam sejuta.
Kebetulan di warung teh sebelah terdapat beberapa murid luar dari sebuah sekte kecil.
"Apakah kalian dengar? Sekte Shengyang kali ini kedatangan tokoh penting. Biasanya kompetisi antar sekte hanya diikuti murid muda. Tapi sejak Tuan Agung itu datang ke Sekte Hengwu, bahkan para pemimpin sekte besar pun berduyun-duyun menghadap."
"Benar-benar luar biasa. Entah status apa yang dimilikinya sampai diperlakukan begitu istimewa."
"Konon Tuan itu tidak hanya berwajah bak dewa, tapi juga berperangai baik. Kekuatan mantra-nya luar biasa. Di usia muda sudah mencapai kultivasi Mahayana tahap akhir."
Akhir tahap Mahayana, yaitu tingkat kultivasi yang cukup untuk penerbangan ke surga. Para bawahan kecil terkejut, mengingat setelah Shi Huan tewas, tidak ada lagi sosok akhir tahap Mahayana di seluruh dunia kultivasi.
Bahkan Pemimpin Sekte Hengwu pun sudah ratusan tahun tidak mencapai terobosan.
Mendengar mereka berdebat, Cang Wu tak bisa menahan gumam: "Mencari ketenaran dengan cara tidak jujur."
Shi Luoya melirik Bian Lingyu. Pria itu memegang cangkir teh tanpa reaksi. Seolah sosok yang dibicarakan orang-orang itu bukan adiknya yang bersinar dengan merampas kekuatannya. Sikapnya tetap dingin dan acuh, hanya ketika Shi Luoya menoleh, barulah ia mengangkat mata memandangnya.
Shi Luoya merekahkan bibir. Untung Bian Lingyu tidak mempermasalahkan, kalau tidak, dia ingin memutar balik dan memotong Su Li beberapa kali tebasan.
Dalam hati, dia berpikir: Sebenarnya Su Li bisa mencari orang dengan berlaku rendah hati, tapi dengan sengaja datang ke dunia manusia dengan gegap gempita. Pasti dia sangat memperhatikan penilaian orang lain dan suka dikagumi.
Shi Luoya pernah mendengar: semakin kekurangan sesuatu, semakin ingin menyembunyikannya. Hari ini terbukti benar, Su Li tidak memiliki darah dewa yang sah, bahkan terlahir cacat.
Dewi demi menjaga harga diri malangnya, rela menyakiti Bian Lingyu. Semakin Su Li obsesif dengan garis keturunan hambanya, semakin ia ingin disembah ribuan orang. Perilaku ini di Divine Realm, semakin menjadi-jadi di dunia manusia.
Bian Lingyu terjatuh ke dunia manusia selama 10 tahun, tak pernah sehari pun seperti Su Li.
Ia bagai rerumputan dan pepohonan di dunia. Biasa saja, namun tetap mulia.
“Ayo kita pergi.”
Setelah beberapa hari bepergian, Bian Lingyu mencapai batasnya. Energi spiritualnya kian mengering, kini benar-benar tandus.
Tak jauh di depan mata adalah perbatasan Laut Wangdu. Ia memandang gadis di depannya, yang tetap hidup segar di bawah pengawasannya.
Shi Luoya menggendong golok, bagai sinar cerah musim semi, membuka jalan untuk mereka.
Di mata Bian Lingyu yang dingin, muncul juga kehangatan. Ini sudah cukup baik.
Bian Lingyu berkata kepada Cang Wu di bawahnya: "Aku hanya bisa sampai di sini. Ingat ucapanku, carilah cara untuk membawaku masuk ke Laut Wangdu, jangan biarkan aku pergi ke dunia manusia untuk melukai nyawa."
Ketika Shi Luoya menoleh karena merasa ada yang tidak beres, Bian Lingyu telah terjatuh dari punggung Cang Wu.
Cang Wu khawatir: "Dia mulai kehilangan kesadaran, sebentar lagi akan berubah kembali ke wujud Yuan."
Shi Luoya pernah melihat wujud Yuan Bian Lingyu, yaitu seekor kirin berwarna perak putih.
Dengan hati-hati Shi Luoya memeluk Bian Lingyu dalam dekapannya. Selama beberapa hari ini dia sudah mempersiapkan mental, namun tetap saja dia memeluk Bian Lingyu erat-erat, seolah sebentar lagi akan kehilangannya. Dengan panik dia bertanya pada Cang Wu: "Jika dia berubah menjadi kirin, apakah dia tidak akan mengenaliku lagi?"
Cang Wu berpikir sejenak: “Sepertinya ya, ini kan dipaksa kembali ke wujud Yuan. Bukannya sebelumnya kamu bilang ingin menyelamatkannya? Bagaimana cara kita menyelamatkannya.”
Shi Luoya menekan bagian pinggangnya, ini adalah senjata pamungkas yang dia minta dari Elder Han Shu beberapa hari lalu. Dia berkata: “Seharusnya sudah bisa, kita tidak pergi ke Laut Wangdu, cari tempat untuk menetap dulu.”
Memang dia bisa menghindar, tapi di kehidupan sebelumnya sudah mengembara seumur hidup. Shi Luoya tak mau lagi menempuh jalan ini, dia tidak ingin melihat Bian Lingyu mati, juga tidak ingin orang seperti Su Li menguasai enam alam semesta.
Di bawah isyarat Shi Luoya, Cang Wu mengangkat Bian Lingyu dan berjalan menjauhi Laut Wangdu. Saat jarak dengan Laut Wangdu semakin jauh, Shi Luoya merasa curiga, segera menghunus golok untuk melawan.
Angin berhembus menerbangkan daun, sosok ramping gadis lain muncul di udara, niat membunuh dari seruling membelah jalan di depan Cang Wu.
Cang Wu cepat-cepat menghindar, menurunkan Bian Lingyu dari punggungnya.
“Bian Qingxuan?”
Shi Luoya berdiri di depan mereka, hatinya merasa berat. Bian Qingxuan tetap berhasil menemukan mereka.
Sorot mata dingin Bian Qingxuan tertuju pada Shi Luoya, bibirnya menyungging sambil mengejek: "Apa? Baru beberapa hari tak bertemu, sudah berani melawanku?"
Sepanjang hidupnya Shi Luoya selalu ditindas oleh orang ini. Berkali-kali dia meragukan apakah dirinya memang benar-benar tak berguna. Kini dari mulut Bian Lingyu, dia baru tahu Bian Qingxuan sebenarnya berasal dari Divine Realm - usianya 1.000 tahun sementara Shi Luoya baru 100 tahun!
Sebagai jenius dari ras dewa, wajar saja Shi Luoya bukan tandingan Bian Qingxuan.
Jangankan dirinya, Qingxuan di masa kejayaannya bahkan bisa menghancurkan Pemimpin Sekte hanya dengan satu jari. Lalu apa lagi yang perlu dikhawatirkan Shi Luoya?
Shi Luoya membalas sindiran: "Memang mungkin aku tak bisa mengalahkanmu, tapi setidaknya lebih baik daripada jadi anjing peliharaan si tak berguna itu."
Bian Qingxuan meliriknya dengan dingin: "Kau tahu apa?"
Shi Luoya memang tidak mengerti, tapi dia melihat Bian Qingxuan sedang marah. Dia cukup terkejut bahwa dirinya selalu mudah memancing kemarahan Bian Qingxuan. Tapi jika Bian Qingxuan tidak senang, Shi Luoya justru senang.
Dia mengangkat Golok Shenyun dan menyerang Bian Qingxuan.
Keduanya bertukar jurus dengan cepat. Bian Qingxuan menyadari kemajuan besar Shi Luoya. Satu setengah tahun lalu, saat Shi Luoya menantangnya menguji ilmu pedang, Bian Qingxuan sengaja membuatnya marah dan mengalahkannya dalam sekejap.
Kini, Shi Luoya entah sejak kapan bisa bertahan selama ini dalam duel dengannya.
Pertumbuhannya begitu cepat hingga mengerikan!
Cang Wu ikut bergabung dalam pertarungan. Meski telah hidup ribuan tahun, sebagian besar kultivasinya diberikan kepada wanita lain. Namun Bian Qingxuan saat ini sedang terluka dan ditekan oleh takdir.
Tiga pihak ini sulit menentukan pemenang dalam waktu singkat.
Bian Qingxuan mengerutkan kening, mengingat ancaman Su Li. Dengan gerakan beringas, seruling dewanya menghempas hingga Shi Luoya terlempar jauh.
Garis darah mengalir dari sudut bibir Shi Luoya. Ia batuk ringan, merasakan seluruh organ dalamnya seolah terpelanting.
Cang Wu juga menderita luka lebih parah. Seruling dewa itu nyaris menembus perutnya. Beruntung ia menghindar cepat, meski kakinya tertusuk.
Bian Qingxuan melirik Shi Luoya, lalu berbalik menghadap Bian Lingyu dengan tatapan dingin.
Seruling berubah menjadi pedang di tangannya. Tanpa ragu, ia mengayunkan tebasan maut ke arah Bian Lingyu yang tak sadarkan diri.
Namun di detik penghabisan, golok berwarna api menyergap menghalang.
"Pergi!" desis Bian Qingxuan sambil menundukkan pandangan, wajahnya berapi-api.
Shi Luoya menatapnya dengan sorot mata membeku: "Selama aku masih bernafas, takkan kuserahkan posisi ini."
Bian Qingxuan meraih erat-erat gagang pedang, matanya menatap tajam sepasang bola mata yang berapi-api bak membara, sindirnya: "Dulu, bukankah kau sangat membencinya?"
Mengapa kini saat keadaannya lebih memalukan daripada sebelumnya, bahkan kekuatan dewata pun hilang, kau malah mau melindunginya, mencintai Bian Lingyu yang seperti ini?
Shi Luoya merasa Bing Qingxuan sangat tak masuk akal: "Apa urusanmu?"
"Memang bukan urusanku." Suara Bian Qingxuan dingin. Jurusnya cepat dan mematikan. Hampir seluruh serangannya menekan Shi Luoya.
Sekuat apapun rasa sakit, Shi Luoya takkan mengerang. Seolah ada mata di punggungnya, setiap kali Bian Qingxuan mencoba melukai Bian Lingyu, pasti bisa dihalau jurus mautnya.
Untuk pertama kalinya Bian Qingxuan menyadari: Untuk membunuh Bian Lingyu, dia harus menyingkirkan Shi Luoya dan Cang Wu terlebih dahulu.
Bian Qingxuan bola matanya dingin, hatinya juga dingin.
Sorot mata yang beku itu terus bergumul dalam benaknya, akhirnya berubah menjadi mayat ibu yang tak lagi memiliki kehangatan.
Seruling dewanya kali ini... diarahkan ke jantung Shi Luoya.
Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Shi Luoya merasakan kematian begitu dekat. Tapi atas dasar apa? Hanya karena titik awal mereka secara alami lebih tinggi darinya, mereka bisa selamanya mengendali hidup-mati dan nasibnya?
Atas hak apa mereka menyakiti Bian Lingyu yang selalu melindungi dunia!
Ia menggigit gigi, bagai ngengat menerjang api, dirinya tidak mungkin mundur!
Dantian-nya memanas, saat goloknya diayunkan, memukul mundur Bian Qingxuan beberapa zhang. Golok di telapak tangan seolah memperoleh nyawa, melukai bahu Bian Qingxuan dengan luka yang nyaris tragis.
Bukan hanya Cang Wu yang terpana, Bian Qingxuan yang menatapnya pun terdiam lama.
Shi Luoya justru pada saat ini memahami makna golok, mencapai terobosan.
Shi Luoya terengah-engah, merasakan sesuatu bergerak liar di seluruh tubuhnya. Setengah berlutut di tanah, saat menaikkan pandangan, tiba-tiba ia menyadari levelnya telah naik signifikan. Tak hanya itu, Mutiara Dewa juga mulai merespons sesuatu, mulai memelihara dantian-nya.
Itu sensasi yang sangat ajaib, seolah-olah pegunungan, danau, dan lautan terhampar di depan mata. Suara gemericik aliran air, bahkan kicauan burung di puncak gunung sebelah, semuanya terdengar jelas baginya.
Jika ia menutup mata, dirinya bagai hutan, angin, dan embun dunia ini, mampu menguasai langit dan bumi yang terang benderang.
Bian Qingxuan menutupi bahu dengan raut wajah kompleks. Saat hendak melanjutkan pertarungan, matanya terpaku pada sesuatu di belakang Shi Luoya.
Shi Luoya juga sudah bersiap jika Bian Qingxuan menyerang lagi. Tak disangka, wanita itu hanya menatapnya sebentar sebelum menghilang dari pandangan.
Sementara itu, aura hangat terasa dari belakang.
Cang Wu berteriak, "Nona Luoyi, minggirlah!"
Secara refleks, Shi Luoya menghindar dan menemukan makhluk raksasa berwarna perak sudah berada di belakangnya.
Mata peraknya dingin, memancarkan sikap acuh yang siap merobek segalanya.
"Bian Lingyu?"
Namun dalam sorot mata peraknya, tak ada bayangan pengenalan padanya. Shi Luoya mengulurkan tangan, "Ini aku, kau tidak ingat lagi?"
Cang Wu mengaum dan menyambar Shi Luoya dengan mulutnya, "Nona Luoyi, jangan seperti ini! Dia sudah berubah menjadi kirin. Tanpa Mutiara Dewa maupun roh, kini kondisinya tak berbeda dengan makhluk jahat yang belum berkesadaran."
Terhalang oleh gerakan itu, ketika Shi Luoya kembali mengangkat pandangan, Bian Lingyu sudah lenyap.
Dia buru-buru bangkit dari tanah, panik bertanya: "Ke mana dia pergi, kau lihat? Bukankah katanya dia sangat lemah setelah dipaksa menjadi wujud Yuan?"
Cang Wu juga bingung, tadi dia sibuk menyelamatkan Shi Luoya, tidak melihat jelas: "Aku juga tidak tahu, seharusnya memang lemah."
Tapi ada pepatah yang belum diucapkan - Unta yang kurus sekalipun masih lebih besar dari kuda. Bagaimanapun dia adalah Kirin, keturunan ras dewa kuno!
Pantas saja Bian Lingyu bilang, jika dia berubah menjadi wujud Yuan lebih awal, suruh mereka membawanya ke Laut Wangdu. Bukan mengikatnya masuk.
"Ini bagaimana?" Cang Wu mengernyit khawatir, "Kalau dilepas dia akan jadi binatang buas, masak iya harus dibawa ke Laut Wangdu?"
Begitulah penjelasan Bian Lingyu, biarkan angin ganas mencabik-cabiknya.
Baru saja Cang Wu selesai bicara, dia langsung mendapat tatapan melotot dari Shi Luoya: "Bawa apa? Cari dia dulu, aku akan coba mengembalikan Mutiara Dewanya!"
