Lin Hao benar-benar tak menyangka, Zhuangyuan Yang Zhe ternyata memberikan lentera kaca padanya.
Apakah mereka... sudah sedekat ini?
Tindakan Yang Zhe ini mengejutkan banyak orang.
Han Baocheng menepuk bahu Wen Feng keras-keras: “Saudara Wen, rupanya Saudara Yang menyukai sepupumu!”
Wen Feng dengan wajak serius: “Saudara Han jangan asal ngomong.”
Zhuangyuan memang baik, cocok dengan sepupuku yang cantik dan berbakat. Tapi menurut aturan lentera kaca ini harus diberikan, mungkin juga Saudara Yang tidak punya kekasih hati, baru diberikan pada sepupu yang pernah beberapa kali bertemu.
Kalau begitu, tidak pantas untuk dibicarakan sembarangan.
Han Baocheng menghela napas: “Saudara Wen, di usia mudamu jangan selalu serius begitu dong?”
Qi Huan lebih heboh dari kebanyakan orang, menarik lengan Qi Shuo berbisik: “Kakak, lihat itu, lihat! Si Yang itu mau merebut istrimu!”
“Aku tidak buta.” Nada suara Qi Shuo dingin dan berat, sorot matanya bagai genangan air yang dalam tak terukur, tertuju ke arah sana.
Lentera kaca patri memancarkan kilau mempesona, indah bagai mimpi.
“Kalau begitu kau juga harus mengantarkan! Bukankah kau memegang lentera bunga?” Qi Huan geram, hampir saja merebut lentera kupu-kupu dari tangan Qi Shuo untuk membantunya mengantarkan.
Tangan Qi Shuo yang memegang tongkat lampu semakin erat.
Jika dia mengantarkan sekarang, Lin Haolah yang akan terlempar ke pusaran badai.
Melihat Lin Hao tak bereaksi, Chen Yi menarik lengan gadis itu perlahan.
Jika tidak menerima lentera kaca patri ini, A'hao-lah yang akan menjadi bahan olok-olokan. Sesuatu yang sudah menjadi tradisi, keanehan selalu memicu perbincangan.
Lin Hao menyembunyikan keterkejutannya, mengulurkan tangan untuk menerima lentera kaca patri: “Terima kasih, Zhuangyuan Yang.”
Yang Zhe tersenyum, lalu berjalan menghampiri Han Baocheng dan yang lain.
Zhu Jiayu melepas tangan yang menutupi teriakannya, wajah bersemangat: “A'hao, bagaimana kau bisa kenal dengan Zhuangyuan itu?”
Chen Yi dan Tao Qing meski diam, jelas terlihat penasaran.
Lin Hao memegang lentera kaca patri, ekspresinya tenang: “Dia berteman dengan kakak sepupuku. Mungkin di antara gadis-gadis di sini, hanya aku yang dikenalnya.”
“Ooo——” Ketiganya memanjangkan suara, bercanda sambil tertawa cekikikan.
Lebih banyak lagi gadis muda yang melirik Lin Hao dengan pandangan penuh iri.
Lentera bunga sebenderang siang, para bangsawan secantik giok – siapa yang tidak berharap mendapat lentera kaca patri seperti ini?
“Ning Hua, siapa gadis itu?” Putri Yi'an menatap Lin Hao, bertanya dengan nada datar.
Qi Qing menahan gejolak hatinya, tanpa menunjukkan perubahan ekspresi: "Putri bertanya yang mana?"
Putri Yi'an terdengar agak kesal: "Tentu yang diberi lentera oleh Zhuangyuan Yang itu."
Jika memungkinkan, Qi Qing sangat tidak ingin mengungkapkan identitas Lin Hao, tapi dia tahu mustahil menyembunyikannya.
"Putri menanyakan nona berbaju hijau kacang itu? Dia putri keluarga Lin dari Istana Jenderal, adik kandung calon Selir Wei." Qi Qing sengaja menekankan hubungan keluarga Lin dengan Pangeran Wei.
Putri Yi'an menarik pandangannya, nada suara datar: "Oh, ternyata adik calon Selir."
"Putri, teka-teki lentera sudah terpecahkan, mari kita kembali ke Xuan De Lou." Qi Qing mengusulkan sambil tersenyum.
Menurut intuisi, Putri Yi'an sangat tidak menyukai tindakan Zhuangyuan Yang memberi lentera kepada A'hao.
Putri Yi'an mengerutkan kening: "Buru-buru apa? Susah-susah datang main."
Begitu berkata, dia langsung melangkah besar menuju Lin Hao.
Wajah Qi Qing berubah pucat, segera menyusul.
Lin Hao tak ingin jadi pusat perhatian. Sambil membawa lentera, dia dan Chen Yi bertiga diam-diam pergi. Tiba-tiba terdengar teriakan dari belakang: "Tunggu sebentar!"
Langkahnya tak berhenti, tak pula menoleh. Malah mempercepat langkah menyelinap di kerumunan orang yang lalu-lalang.
"A'hao, tadi sepertinya ada yang memanggilmu," Chen Yi menoleh tergesa-gesa, ragu-ragu mengingatkan.
"Memanggilku?" Lin Hao berkedip, "Sepertinya tidak, di sini tak ada yang kukenal."
“Baru saja dia (perempuan) mendapatkan lentera kaca dari Zhuangyuan Yang, sudah ada perempuan yang mencarinya. Dengan jari kaki saja berpikir pasti ada masalah. Situasi seperti ini tentu pura-pura tidak tahu, pergi adalah strategi terbaik.”
“Lagipula teriakan itu tidak menyebut nama langsung.”
Putri Yi'an menyaksikan Lin Hao menyamar di kerumunan orang yang lalu-lalang hingga menghilang, tak bisa menahan rasa jengkel.
“Tampaknya pendengaran Nona Kedua Lin kurang tajam.”
Qi Qing diam-diam memuji kecerdikan sahabatnya, dengan wajah tenang menenangkan: “Orang terlalu banyak dan berisik, Nona Kedua Lin mungkin tidak menyangka itu panggilan untuknya.”
Putri Yi'an mengatupkan bibirnya, melakukan gerakan mengibaskan lengan bajunya: “Kembali ke Xuande Lou.”
Qi Qing diam-diam legah, menemani Putri Yi'an menuju Xuande Lou.
Saat itu Liu Chuan sudah kembali melapor: “Paduka, teka-teki lentera telah terpecahkan.”
“Siapa yang berhasil?” Kaisar Tai'an tertarik.
“Zhuangyuan Yang Xiu Zhuan.”
Mendengar itu Kaisar Tai'an tersenyum: “Yang Zhe ya, hamba sudah tahu dia pasti bisa.”
Liu Chuan menangkap pujian Kaisar pada Yang Zhe, tersenyum: “Paduka tidak melihat, setelah Yang Xiu Zhuan mendapatkan lentera kaca, begitu banyak gadis-gadis muda terlihat tegang.”
Putra Mahkota di samping merasa tidak nyaman, berkata dingin: “Cuma lentera istana.”
Kaisar Tai'an tidak menangkap kecemburuan dalam ucapan Putra Mahkota, tertawa lebar: “Bukan soal lentera. Ngomong-ngomong, apakah Yang Zhe sudah memberikan lentera kacanya?”
“Diberikan pada Nona Kedua Lin dari keluarga Jenderal.”
Sekali lagi keluarga Jenderal?
Pikiran ini muncul secara refleks di benak Kaisar Tai'an, alisnya berkerut halus.
“Gadis dari keluarga Lin di Istana Jenderal memang punya daya tarik besar. Nona Besar Lin mendapat perhatian Lao Si, sementara Nona Kedua Lin menarik mata Sang Zhuangyuan.”
“Tidak masalah menjadikan Nona Besar Lin sebagai Selir Wei. Aku hanya punya dua putra. Putra Mahkota akan mewarisi takhta, sementara Lao Si sebagai pangeran santai yang menikahi gadis pilihannya sendiri juga bagus - ini bentuk kasih sayang ayah pada anaknya. Tapi Yang Zhe tidak boleh menikahi Nona Kedua Lin.”
Kaisar Tai'an melirik Putra Mahkota yang wajahnya masam.
“Yang Zhe berbakat luar biasa dan masih muda. Sudah beberapa kali aku dengar pejabat tinggi memuji ketekunannya dalam bekerja.”
“Bibit unggul seperti ini harus kuwariskan untuk Putra Mahkota. Jadi tidak pantas kalau dia menikahi Nona Kedua Lin dan menjadi saudara ipar Lao Si.”
Tampaknya perlu ambil inisiatif mengurus urusan pernikahan pejabat.
Kaisar Tai'an berpikir sejenak, lalu memerintahkan Liu Chuan: “Panggil Yang Xiuzhuan menghadap.”
Putri Yi'an naik ke paviliun. Matanya menyapu sosok Kasim Besar Liu Chuan yang bergegas pergi, lalu dia tersenyum menghampiri Kaisar Tai'an.
“Yi'an sudah kembali? Seru tidak?”
“Sangat seru! Terutama teka-teki di bukit lentera, benar-benar membuka mata putri.” Di hadapan Kaisar Tai'an, Putri Yi'an hanya menunjukkan sisi manisnya tanpa jejak kesombongan.
Qi Qing menyeringai diam-diam.
Ternyata kesombongan itu diskriminatif.
Kaisar Tai'an tersenyum mendengarkan Putri Yi'an bercerita tentang pemandangan lentera di jalan. Tak lama kemudian, Liu Chuan membawa seorang pemuda.
“Yang Mulia, Yang Xiuzhuan telah tiba.”
Suara Putri Yi'an terhenti sejenak, pikirannya teralihkan.
“Hamba menghadap Kaisar, menghadap Yang Mulia Putra Mahkota.” Yang Zhe memberi hormat dengan khidmat.
Kaisar Tai'an tersenyum: “Menurut laporan, Yang Xiuzhuang dengan mudah memecahkan teka-teki lentera yang membuat orang lain pusing tujuh keliling, pantaslah kau menjadi Zhuangyuan pilihan Kami.”
“Ini hanya kebetulan saja, Yang Mulia.”
“Kepada nona mana Yang Xiuzhuang menghadiahkan lampu liuli itu?” tanya Kaisar Tai'an sambil bersantai.
Yang Zhe menjawab tenang: “Hamba datang bersama beberapa teman. Di antara perempuan yang hadir, hamba hanya mengenal Nona Kedua Lin, jadi hamba berikan lampu liuli itu padanya.”
“Sepertinya Yang Xiuzhuang sudah saatnya menikah. Dengan begitu tak perlu sembarangan memberi lampu liuli pada orang.” Kaisar Tai'an tersenyum, melirik Putri Yi'an sekilas.
