Pemimpin rombongan adalah seorang perempuan berwajah persegi. Ia melesat ke sisi Bao Zhu sambil mencengkeram rambut wanita paruh baya: "Berani-beraninya menyentuh Bao Zhu kami, kubakar hidup-hidup kau perempuan jahat ini!"
Perempuan itu lebih dulu mencengkeram rambur sambil menampar belasan kali, membuat wanita paruh baya itu pusing tujuh keliling hanya bisa menjerit-jerit kesakitan.
“Teriakan mengerikan seperti babi disembelih segera menarik perhatian tetangga sekitar.”
“Ada apa ini?”
“Tidak tahu, sepertinya suami selingkuh di luar, lalu istri datang menyerbu dengan orang-orangnya.”
“Tidak mungkin, meskipun pasangan ini jarang bergaul dengan orang, tapi kurasa mereka benar-benar suami istri. Kalau mau selingkuh, masa cari yang jelek begini?”
Orang-orang yang mendengar ini melihat sosok perempuan besar kekar, lalu mengangguk-angguk: “Iya juga sih.”
Saat itu pria paruh baya dan ibu mertua sudah terkendali. Pelayan muda yang tadi manis tiba-tiba menangkup pinggang dengan wajah garang: “Berani sekali kalian menculik pelayan nona kami! Cepat bilang, kalian sembunyikan di mana?!”
Begitu kata-kata ini keluar, desas-desus langsung memanas.
“Apa? Mereka penculik?”
“Tsk tsk, sama sekali tidak terlihat.”
“Dari dulu aku curiga dengan rumah ini. Pintu gerbangnya selalu tertutup, tidak pernah bergaul dengan tetangga...”
Pria paruh baya yang ditahan berubah pucat: “Kalian ini sebenarnya siapa?!”
Bao Zhu meludah: “Cih! Tidak pantas kau bertanya! Cepat kembalikan Xiao Hua, atau kubuat muka mu hancur!”
“Jangan asal tuduh! Kami ini orang baik yang taat aturan——”
Si perempuan bermuka persegi langsung menamparnya: “Jujur apanya! Xiao Hua pergi beli bedak untuk nona, ada yang melihat kau menyeretnya masuk ke rumah ini. Kalian diam saja apa? Cepat geledah rumahnya!”
Kecuali para pelayan yang mengawasi tiga tahanan, yang lain langsung menyebar mencari ke setiap ruangan.
Perempuan paruh baya itu nyaris tak bernyawa ketakutan, menunduk hendak membenturkan kepala ke tembok: "Lihatlah tetangga-tetangga, seenaknya beberapa orang masuk rumah kami dengan tuduhan palsu lalu merusak dan merampas! Masih adakah keadilan di dunia ini? Aku tak mau hidup lagi——"
Ucapan ini membuat orang-orang sekitar yang menonton keramaian mulai ragu-ragu.
Benar, kedatangan orang-orang ini terlihat mengancam, siapa tahu niat mereka asli atau tidak.
Perempuan berwajah persegi itu tetap tenang, menarik rambut si perempuan: "Buru-buru apa? Kalau tak menemukan Xiao Hua di sini, kalian bisa melapor ke pemerintah."
Orang-orang penonton pun mengurungkan niat membantu mencegah: Benar, tak perlu terburu-buru.
"Di sini!" Terdengar teriakan dari kamar samping yang pintunya ditendang.
Bao Zhu berlari secepat kilat masuk.
Kamar kecil itu jendelanya disegel. Meski sinar matahari berseri di luar, tak secercah pun masuk ke dalam. Beberapa gadis muda berdesakan memandangi para penyusup dengan tatapan penuh ketakutan.
Bao Zhu langsung mengenali Kou Wan.
Dibanding tiga gadis lain yang rambutnya acak-acakan dan baju kotor, kondisi Kou Wan terlihat jauh lebih baik.
Bao Zhu merangkul Kou Wan sambil menangis: "Xiao Hua! Akhirnya ketemu! Nona sudah hampir mati kekhawatiran!"
Kou Wan yang kepalanya dipeluk erat Bao Zhu berpikir dengan lamban.
Xiao Hua?
"Nona masih menunggumu di luar. Ayo cepat pergi." Bao Zhu menarik tubuh Kou Wan berdiri, setengah menyeret setahun menyangga sambil membawanya keluar.
Tiba-tiba jatuh ke tangan penculik, saat melawan malah mendapat siksaan, membuat Kou Wan—gadis bangsawan yang dimanja sejak kecil—hingga kini pikirannya masih kacau. Dengan bingung dia diseret Bao Zhu ke luar, terkena sinar matahari yang menyilaukan, begitu melihat wajah pria paruh baya itu langsung menjerit dan berusaha menghindar.
"Xiao Hua jangan takut, mereka tidak bisa menyakitimu lagi." Bao Zhu mengangkat lengan menutupi wajah Kou Wan, sambil berjalan keluar berteriak, "Di dalam masih ada beberapa gadis muda! Cepat periksa!"
Rambut yang terurai menutupi sebagian wajah, ditambah upaya Bao Zhu menghalangi pandangan, orang-orang yang menonton keramaian sama sekali tidak melihat jelas rupa gadis yang diculik itu. Kou Wan pun segera dibawa pergi oleh Bao Zhu.
Mereka akhirnya mengalihkan pandangan penasaran ke halaman rumah.
Di pinggir jalan luar gang, terparkir sebuah kereta kuda dengan sunyi. Bao Zhu langsung memasukkan Kou Wan ke dalam kereta itu.
Saat tirai kereta tertutup, sekeliling langsung gelap. Kou Wan seperti tersadar dari mimpi, wajahnya pucat langsung berusaha kabur.
"Nona Kedua Kou."
Panggilan lembut tapi datar dari Wen membuat gerak-gerik Kou Wan terhenti. Matanya membelalak melihat gadis di dalam gerbong: "Lin Hao?"
Lin Hao tersenyum manis: "Iya, aku."
"Kenapa bisa..." Kou Wan tanpa sadar mendekat, matanya penuh ketidakpercayaan, "Kenapa kamu di sini?"
Lin Hao mengalihkan pandangan, tersenyum: "Ini kan keretaku."
“Aku tahu, maksudku—maksudku—” Kou Wan bicara tak karuan, mungkin karena melihat Lin Hao membuatnya menyadari keamanan total, tiba-tiba kolaps dan menangis histeris.
Rintihan tangisan mengambang dari dalam kereta ke luar, tanpa kendali.
Lin Hao tidak mengganggu luapan emosi Kou Wan, hanya berbisik memerintahkan kusir untuk menggerakkan kereta. Kereta kuda segera membawa mereka menjauh dari lahan bermasalah, menuju Istana Jenderal.
Kou Wan menangis sepanjang perjalanan, hingga kereta berhenti.
“Ini mana?” Matanya bengkak merah, memandang sekitar dengan bingung.
“Kusuruh kusir langsung memasukkan kereta ke halaman belakang, Paviliun Luo Ying adalah tempat tinggalku.” Lin Hao membawa Kou Wan masuk sambil menyuruh pelayan mengantarnya mandi dan berganti pakaian.
Kou Wan linglung mengikuti dua pelayan muda ke kamar mandi. Baru saat seluruh tubuhnya terendam dalam ember besar berisi air panas, kenyataan mulai terasa.
Dia benar-benar diselamatkan!
Lin Hao menunggu hampir setengah jam sebelum Kou Wan yang bersih rapi diantar masuk.
Saat ini, Kou Wan akhirnya tenang, memandang Lin Hao dengan mata merah sambil membungkuk dalam: “Nona Lin Er, budi besar tak bisa diungkap—aku, aku tak tahu harus berkata apa...”
Lin Hao menariknya duduk: “Siapa pun akan membantu dalam situasi seperti ini. Nona Kou Er jangan khawatir, orang luar hanya mengira pelayan gadis bangsawan yang hilang, tak akan mencurigaimu. Nanti kusiapkan kereta kuda untukmu pulang ke istana, semuanya akan berlalu...”
"Apakah akan jujur pada keluarga tentang kejadian hari ini, itu adalah keputusan Kou Wan sendiri."
Kou Wan mendengar, air matanya tak tertahan lagi jatuh.
Dia tahu bukan begitu, banyak orang tak mau ikut campur urusan sampingan karena takut merepotkan. Sudah baik hati memberitahu petugas patroli di jalan. Namun Nona Lin Er tidak hanya memimpin orang untuk menyelamatkannya, tapi juga mengatur semuanya rapi agar dia tidak terlibat gosip putri bangsawan yang diculik.
"Bajumu rusak dan tak bisa dipakai lagi. Aku sudah perintahkan pelayan diam-diam membuangnya." Lin Hao menunjuk baju Kou Wan, "Rangkaian baju ini belum pernah kukenakan. Warna dan modelnya mirip dengan pakaianmu, seharusnya tidak menarik perhatian. Jika ada yang bertanya, bisa bilang ini baju baru yang dibeli saat jalan-jalan."
"Aku tahu, aku tahu." Kou Wan mengangguk-angguk tak henti, ingin memeluk Lin Hao dan menangis lagi.
Akhirnya dia menahan diri dan bertanya keraguan: "Nona Lin Er, bagaimana kamu tahu aku jatuh ke tangan penculik?"
Melihat Lin Hao ragu-ragu, Kou Wan tersadar.
Pasti Nona Lin Er menghitungnya dengan ilmu ramal!
