Pangeran Jing takkan tergila-gila oleh kemegahan kemenangan, meski suara Kaisar Tai'an tersedak, dia tak percaya Kaisar benar-benar menangis karena terharu.
"Meringankan beban Kaisar adalah kewajiban hamba."
Penampilan Pangeran Jing membuat Kaisar Tai'an cukup puas, kedua bersaudara itu berkehangatan saling bersapa, satu naik kereta naga, satu naik kuda perang, rombongan besar berjalan gegap gempita menuju kota.
Jalan-jalan lebar telah disapu sebelumnya, di kedua sisi jalan dipadati rakyat yang menyambut pasukan pemenang.
Diiringi suara genderang perayaan, rombongan semakin mendekat.
Rakyat bersorak gembira, ribuan bunga dan sapu tangan dilemparkan kepada para prajurit yang ada yang tegas, ada yang bangga, ada yang tersenyum konyol.
Petugas penjaga tatanan tak lupa mengingatkan: "Dilarang melempar plum dan blewah!"
Di gedung teh tepi jalan, Qi Qing menyandarkan kedua tangannya di pagar, berusaha mencari bayangan kakaknya.
"A'hao, lihatkah kakakku?"
"Lihat." Lin Hao menunjuk, matanya melekat erat pada sosok tegap itu, "Di sana."
"Matamu memang tajam." Qi Qing menutupi mulutnya sambil tertawa ringan, "A'hao, apakah ini tandanya kau dan kakakku punya keterikatan batin?"
Lin Hao tersenyum: "Utamanya melihat ke mana hujan bunga paling banyak jatuh."
Qi Qiong awalnya terkejut, setelah menyadari situasi dia sangat terkesima: "A'hao, meskipun itu Kakakku, kita tidak perlu sampai... ehem, membanggakan diri seperti ini ya?"
Lin Hao menyandarkan tangan di pagar dengan santai, tersenyum manis menjelaskan: "Orang-orang biasanya pertama kali memperhatikan penumpang kereta atau penunggang kuda. Semakin ke depan posisinya, statusnya semakin tinggi dan biasanya sudah berumur. A'Shuo sedang dalam masa muda yang berjaya, tampan dan menarik, wajar saja jika mendapat banyak bunga dan saputangan harum."
Qi Qiong menggelengkan kepala: "Setelah kamu menganalisis seperti ini, hal yang seharusnya elegan jadi kehilangan maknanya."
Pandangan Lin Hao mengikuti kekasihnya, namun dalam hati dia menghela nafas: Puisi cinta semua bohong. Jika benar ada telepati, kenapa A'Shuo tidak melirik ke sini sekali pun?
Persis saat itu, sang jenderal muda yang menunggang kuda mengarahkan pandangannya ke arah mereka.
Mungkin karena tiba-tiba menyadari kesalahan dalam keluhannya, Lin Hao merasa bersalah. Saat tatapan mereka bertemu, tanpa pikir panjang dia langsung merunduk dan bersembunyi.
Tatapan sang pemuda di atas kuda berubah dari penuh kasih menjadi terkejut.
Apa yang dilakukan A'hao?!
Hingga kuda itu sudah menjauh cukup jauh, Qi Shuo masih menoleh mencari bayangan Lin Hao. Hal ini membuat beberapa gadis muda salah paham, berteriak sambil melempar semua benda yang bisa mereka raih ke arahnya.
"Nonik sedang melempar senjata gelap ya? Dilarang melempar tusuk konde!" teriak petugas yang menyadari kejadian itu.
Gadis muda di sebelah perempuan itu menutupi sanggulnya sambil mengentakkan kaki: "Kakak, yang kamu lempar itu tusuk kondemu!"
Di gedung teh, keterkejutan Qi Qiong tidak kalah dari kakaknya: "A'hao, kenapa kamu bersembunyi?"
“Tidak menghindari, saputanganku jatuh.” Ekspresi Lin Hao kembali tenang.
Qi Qing: “……” Pendidikan membatasinya untuk menelanjangi kebohongan di tempat umum.
“Haus, mari kembali ke ruangan untuk minum teh.” Setelah target pengamatannya menjauh, Lin Hao kehilangan minat berjemur dan menarik Qi Qing kembali ke ruang VIP.
Sementara Qi Shuo baru bisa menenangkan hatinya setelah memasuki aula utama tempat jamuan para menteri, pikirannya masih tertinggal di gedung teh tepi jalan.
Jangan-jangan karena dia tidak memberi tahu rencananya lebih dulu, membuat A'hao khawatir hingga marah?
Selain alasan itu, dia tak bisa menemukan sebab lain mengapa Lin Hao langsung menghilang saat melihatnya.
“Putra Mahkota, Putra Mahkota——”
Qi Shuo tersadar, menoleh ke arah seorang jenderal yang sedang mengangkat cangkir anggur.
Jenderal bermarga Zhu ini mewakili faksi Jenderal Xu yang kembali ke ibukota, sementara Jenderal Xu sendiri tetap di utara menangani urusan pasca perang.
“Kemenangan cepat atas Qi Utara tak lepas dari jasa Putra Mahkota. Atas nama semua, saya bersulang untukmu.” Tatapan Jenderal Zhu pada Qi Shuo penuh kekaguman.
Kontribusi Putra Mahkota Jing yang tak banyak diketahui pasukan baru terungkap sebelum keberangkatan melalui Jenderal Xu. Persepsinya tentang pangeran muda ini pun berubah total.
“Jenderal Zhu terlalu memuji.” Qi Shuo menyentuhkan cangkirnya dengan milik sang jenderal.
Kaisar Tai'an dari atas podium menyaksikan interaksi Qi Shuo dengan para perwira, tatapannya berkilat penuh kalkulasi.
“Sang dayang dengan sanggul tinggi dan gaun mewah berputar gemulai di aula mengikuti irama musik, setiap wajah dipancari senyum bahagia.”
Suasana berada dalam intensitas yang terkendali.
Saat pesta usai, Kaisar Tai'an menahan Pangeran Jing dan Qi Shuo.
“Zhen benar-benar tidak menyangka, pertempuran adik kelima kali ini begitu gemilang.”
Pangeran Jing yang masih sadar segera menjawab: “Semua berkat berkah Huangxiong, ditambah pengorbanan para prajurit seperti Jenderal Xu.”
Kaisar Tai'an melirik Qi Shuo: “Menurut Zhen, strategi Shuo'er dalam menewaskan Wu Ye-lah kunci percepatan gencatan senjata. Bagaimana bisa mengabaikan jasa sebesar ini?”
Pangeran Jing terkekeh: “Bukankah sudah sewajarnya keponakan membantu pamannya? Tidak perlu disebut-sebut.”
Kaisar Tai'an menatap Qi Shuo: “Jangan dengarkan ayahmu. Sekarang sudah kembali ke ibu kota, katakanlah pada Zhen jika ada tugas yang kau minati.”
“Keponakan ini pemalas. Setelah sekian lama di utara, ingin beristirahat sejenak. Jika Huangbofu ingin memberi hadiah——” Qi Shuo berhenti sejenak, menahan tatapan tajam ayahnya, “——alangkah baiknya jika Huangbofu memberikan hadiah pernikahan mewah saat hari pernikahanku nanti.”
Kaisar Tai'an tertegun, lalu tertawa lebar: “Tentu! Pernikahan keponakan kandung Zhen, sudah kewajiban paman menyiapkan hadiah megah.”
“Keponakan ucapkan terima kasih sebelumnya pada Huangbofu.”
Kaisar Tai'an menanyakan hal yang telah lama membuatnya penasaran: "Adik, saat menangkap hidup-hidup keponakan Wu Ye, Wo Li, bagaimana kau bisa meminta 700 ekor kuda perang?"
Sungguh berani mengajukan permintaan, bahkan dirinya sebagai kaisar tidak pernah seberani itu.
Mendengar Kaisar Tai'an menyebut ini, Pangeran Jing melirik putranya dengan samar.
Jumlah ini sebenarnya perkiraan Shuo'er, saat itu dia sebenarnya sangat tegang. Tapi di hadapan Kaisar, tidak perlu menyebutkan keterlibatan Shuo'er.
Shuo'er masih terlalu muda, memberi kesan pandai membaca pikiran orang di mata Kaisar bukanlah hal baik.
Pangeran Jing tertawa renyah: "Selama bertahun-tahun di utara, hamba sering berhadapan dengan Wu Ye, agak memahami karakternya. Dia memperlakukan Wo Li seperti anak kandungnya sendiri, 700 kuda perang untuk menebus nyawa keponakannya yang seperti anak sendiri, pasti akan dia setujui."
"Bagaimana bisa 3000 ekor kuda perang menjadi 5000 ekor plus dua peternakan kuda?" Inilah yang lebih membuat Kaisar Tai'an penasaran.
Jika 700 ekor sebelumnya bisa disebut keinginan pribadi Wu Ye, yang kali ini mustahil bersifat pribadi.
"Yang ini lebih sederhana."
"Sederhana?" Kaisar Tai'an memandang raut aneh Pangeran Jing, semakin penasaran.
Pangeran Jing berkedip, menurunkan suara: "Hamba bilang ke utusan Qi Utara, kalau mereka kirim lebih banyak kuda, Wo Li bisa dikembalikan. Kekalahan Qi Utara karena anak ini, Kaisar Qi ingin menguliti tubuhnya ribuan kali, jadi mereka setuju..."
Kaisar Tai'an tak tahan, Hwek tertawa terbahak.
“Dia tentu tahu bahwa 'Wuli' yang membantai Wu Ye sebenarnya adalah Qi Shuo yang menyamar, tapi tak disangka Wuli asli masih bisa memberikan manfaat sisa.”
