Pangeran Jing menyipitkan mata: "Jelaskan apa maksudmu 'kabar luar biasa'."
“Bayangkan, setelah Kakak jadi Putra Mahkota, siapa berani mengganggu kita——”
Pangeran Jing langsung mengangkat tangan hendak memukul: "Kuberi tahu siapa yang berani! Kau ini bandit ya? Mulai sekarang kakakmu hanya boleh memanggilku Paman, mengertikah?!”
Qi Huan lari pontang-panting sambil mengakui kesalahan dengan tulus: "Ayahanda Raja, aku salah!"
Bukankah sudah mendapat keuntungan nyata? Tak perlu mempermasalahkan sebutan. Lagipula dia masih bisa memanggilku Kakak.
Setelah kembali ke tempat tinggal dan menyuruh pelayan mundur, Lin Hao menarik lengan baju Qi Shuo: "A'Shuo, apa kau merasa ini seperti mimpi?"
"Tidak."
"Mmm?"
Qi Shuo mengusap bagian yang terjepit dengan pasrah: "Dalam mimpi tak akan sesakit ini."
Lin Hao canggung melepaskan genggaman: "Aku terlalu terkejut. Selama ini kupikir jika Kaisar mengangkat anak dari keluarga kerajaan sebagai ahli waris, pasti memilih yang masih kecil."
Memiliki putra dewasa memang menghemat masalah, tapi sulit dikendalikan. Bagi kaisar yang terbiasa menjadi penguasa tunggal, pilihan ini bukan hal mudah.
"Aku juga merasa tak terduga." Di luar pengawasan orang tua, Qi Shuo menampakkan kekhawatiran: "A'Hao, bagaimana pendapatmu?"
"Tidak terlalu sulit diterima."
Kecuali Istana Jing berencana memberontak, semua keputusan Kaisar - baik hukuman maupun hadiah - harus diterima sebagai anugerah surgawi.
Menengadahkan kepala sedikit memandang pemuda tampan nan tegap, Lin Hao menghela napas: "Tapi bukankah Kaisar tak mungkin hanya memiliki satu Permaisuri?"
Jika ada tanda-tanda seperti itu, dia harus segera mencari jalan mundur.
Mungkin karena orang tuanya menikah bertahun-tahun - setidaknya sebelum ayahnya menampakkan wajah aslinya yang keji - tak ada perempuan lain di istana. Hal ini membentuk persepsinya bahwa suami tak perlu memiliki banyak istri. Ketika ayahnya membawa Chang Shi muncul dan orang-orang tercintanya terjerumus ke neraka, dia semakin membenci kehadiran orang ketiga dalam hubungan suami istri.
“Dia tidak bisa membayangkan juga tidak bisa menerima suamiku Ashuo tidur sekasur dengan perempuan lain.”
Qi Shuo menggenggam tangan dia, tersenyum: “Orang lain bagaimana kami tidak bisa mengatur, yang pasti aku hanya punya kamu satu, apapun identitas aslinya.”
Cinta masa muda, terpisah kehidupan sebelumnya dan kini baru bisa menggenggam tangannya, kekuasaan kaisar tidak boleh dilawan, maka jadilah orang yang mengendalikan kekuasaan itu. Jika ini pun tidak bisa membuatnya tenang tanpa khawatir, berarti dia terlalu tidak berguna.
Pria itu bicara dengan santai, tapi hati Lin Hao sudah merasa lega.
Di dunia tidak ada kebebasan mutlak, selama hal yang paling dianggap penting tidak berubah, sisanya baik semak berduri, hujan badai maupun bunga mekar indah, dia bersedia menjalaninya bersama dia.
Kaisar Tai'an adalah orang tegas dan cepat, begitu sudah memutuskan tidak menunda lagi, segera memanggil Zongrenling untuk memberitahu hal ini.
Zongrenling sebenarnya menyiapkan dua buku register, satu diserahkan ke kaisar, satu lagi dibuka-buka berulang kali, hampir hafal isinya, terus menduga-duga siapa yang akan dipilih Kaisar.
Ternyata Putra Mahkota Jing!
Zongrenling terkejut dalam hati tapi tidak berani memperlihatkannya, memberi ucapan selamat dengan hormat kepada Kaisar Tai'an.
Kaisar Tai'an cukup puas dengan reaksi Zongrenling.
Ternyata kombinasi hadiah dan hukuman yang diberikannya pada dua tahun pertama naik tahta masih efektif, sampai sekarang masih tahu diri.
Esok harinya, Kaisar Tai'an memanggil para pejabat tinggi di Aula Yangxin untuk memberitahu calon penerus.
“Putra Mahkota Jing?” Komandan Jilinwei Cheng Maoming yang pertama berkomentar, “Kaisar bijaksana, selamat atas keputusan Kaisar!”
“Komandan Jilinwei sebagai pejabat dekat kaisar, memang seharusnya memimpin arah angin dengan menyatakan dukungan pertama.” Tapi Kaisar Tai'an merasa sudut mulut pria ini terlalu melengkung ke atas.
Tatapan penuh kecurigaan sang kaisar membuat Cheng Maoming menggigil ketakutan, berusaha keras menekan emosi yang terpancar.
Dia benar-benar merasa Sang Kaisar bijaksana, jangan sampai Kaisar salah sangka.
Menteri Hukum kedua yang maju: “Paduka bijaksana, selamat atas keputusan Paduka!”
Putra Mahkota Jing yang bertugas di Kementerian Hukum – cerdas, kompeten, dan dapat diandalkan. Persahabatan mereka selama bekerja mengharuskannya mendukung.
“Paduka bijaksana, selamat atas keputusan Paduka!” Menteri Pertahanan segera menyusul.
“Putra Mahkota Jing adalah saudara ipar cucu hamba, hehehehe, Paduka memang bijaksana!”
Selanjutnya, sorak-sorai ucapan selamat semakin bergemuruh.
Kaisar Tai'an memandang wajah-wajah tersenyum dengan sudut bibir terangkat, tiba-tiba merasa bimbang.
Dia sudah siap menghadapi penolakan, tapi mengapa semua pujian ini terdengar begitu tulus?
Apakah seni menjilat mereka sudah mencapai tingkat kesempurnaan, ataukah dirinya memang sebijak itu?
Melihat Mingxin Zhenren, Kaisar yakin jawabannya yang kedua.
Qi Shuo adalah orang yang diprediksi ahli nujum, sekaligus kandidat favoritnya.
Setelah diskusi harmonis, proses pengangkatan ahli waris pun disahkan dengan mulus.
Kabar Putra Mahkota Jing menjadi ahli waris kaisar menyebar bagai terbang sayap burung pada hari itu juga.
Istana Jenderal baru mengetahui kabar ini di saat yang sama.
Nyonya besar yang sempat murung karena kematian Janda Permaisuri langsung tersentak kaget.
"Benar-benar di luar dugaan..." Nenek menggenggam tangan Lin Hao dengan ekspresi rumit.
Lin Shi lebih blak-blakan: "Putra Mahkota naik jadi Pangeran Mahkota, berarti nanti akan duduk di posisi itu. Bagaimana dengan 3.000 selir di harem?"
Susah-susah cari pasangan secocok A'hao yang berbakat dan saling mencintai, eh malah jadi kaisar. Sialan!
Lagipula dia perhatikan, kaisar memang pembawa sial untuk permaisuri. Kebanyakan permaisuri mati muda.
Lin Shi menghela napas panjang, wajahnya muram bagai tertutup kabut.
Nyonya besar melirik putrinya yang cerewet, tapi tak ada semangat untuk menegur.
Bagi Istana Jenderal, kabar ini memang lebih pantas disebut kejutan daripada kebahagiaan.
"Kalau begitu... aku minta berpisah dengannya?"
Lin Shi malah mulai merenungkan serius usulan itu.
Sudut mulut Nyonya besar berkedut.
Anak mau cerai karena suami jadi Pangeran Mahkota, ibunya malah dipertimbangkan. Dua ibu-anak ini keterlaluan!
"Jangan ngomong sembarangan." Nenek melototi cucunya.
Lin Hao tersenyum manis.
Dia sengaja bercanda untuk mengusir kegelisahan nenek dan ibunya.
"Nek, Ibu, tenang saja. Aku bisa urus diri sendiri dengan baik."
Nyonya besar tersenyum lega: "Asal kamu paham situasi saja."
Suasana mencair saat pelayan masuk: "Kabar dari Istana Menteri! Nona besar melahirkan anak perempuan, ibu dan bayi selamat."
Tiga generasi itu bersukacita. Tanpa menunggu upacara mandi ketiga, Lin Shi langsung mengirim utusan ke Istana Menteri membawa undangan, lalu mengajak Lin Hao mengunjungi Lin Chan.
Istana Menteri Shangshu juga dipenuhi kegembiraan.
Rumah bangsawan besar seperti ini tidak seperti keluarga kecil, yang langsung cemberut saat punya anak perempuan. Selalu bisa memberikan pakaian mewah dan makanan enak. Selama ibu dan bayi selamat, punya anak perempuan dulu baru anak laki-laki juga sama saja.
Terutama setelah Lin Shi buru-buru membawa Lin Hao datang. Begitu melihat keluarga pihak ibu sangat menghargai, mereka semakin menghormati Lin Chan.
Saat itu, Istana Menteri Shangshu juga telah mendengar kabar bahwa Pangeran Jing akan segera menjadi Putra Mahkota. Artinya adik ipar Nyonya Muda akan menjadi Putri Mahkota.
Lin Hao merasakan banyak pandangan tertuju padanya. Setelah menemani Lin Shi berbasa-basi dengan keluarga Han, dia bertemu kakaknya yang masih letih pasca melahirkan dan keponakan perempuan yang wangi dan lembut.
