;
“Sekarang semua masalah bermuara pada warisan Hua Jiu Xingzhe.....Jika aku bisa menemukannya, semua kesulitan akan teratasi. Tapi jika gagal, hambatan ini akan sangat memperlambat latihanku. Aku akan tertinggal jauh dari rekan seusiaku sejak awal perjalanan. Aneh sekali, sudah lebih dari seminggu aku mencoba memancing Wine Worm muncul, mengapa tetap tidak ada hasil?”
Fang Yuan mengerutkan kening, tenggelam dalam perenungan. Makanan di mulutnya terasa tak berasa.
Tiba-tiba, riuh rendah suara memecah konsentrasinya.
Fang Yuan menoleh ke sumber suara. Di meja tengah, enam pemburu yang sudah mabuk berat sedang berkumpul. Suasana panas membara, wajah mereka memerah dan leher tebal akibat alkohol.
“Adik Zhang, minum lagi segelas!”
“Kakak Feng, kami sungguh kagum dengan keahlianmu. Sendirian bisa menaklukkan babi hutan kulit hitam, benar-benar jagoan! Kau harus habiskan gelas ini, kalau tidak berarti menghina kami.”
“Terima kasih atas dukungan kalian, tapi aku benar-benar tidak bisa minum lagi.”
“Kakak Feng tidak bisa minum lagi, apakah kau tidak suka kualitas arak ini? Pelayan, kemarilah, berikan kami arak terbaik!”
Suara semakin keras, jelas terlihat beberapa pemburu itu sudah mabuk berat.
Pelayan segera bergegas mendekat: "Para kakak, arak terbaik memang ada, tapi harganya agak mahal."
“Apa? Takut kami tidak bisa bayar?!” Mendengar ini, beberapa pemburu langsung berdiri menatap tajam pelayan itu. Postur tubuh mereka ada yang besar kekar, ada juga yang hitam kurus tapi berotot, memancarkan aura garang khas penduduk pegunungan.
Pelayan itu segera merunduk dan berkata: “Hamba mana berani meremehkan para pahlawan dan kesatria, tapi arak ini benar-benar mahal, satu guci harganya dua Yuan Shi!”
Para pemburu tertegun.
Dua Yuan Shi bukanlah harga murah, setara dengan biaya hidup dua bulan keluarga biasa. Meski pemburu mendapat penghasilan lebih tinggi dari rakyat jelata – kadang seekor babi hutan berkulit hitam bisa bernilai setengah Yuan Shi – tapi berburu juga penuh risiko, terkadang mereka sendiri bisa menjadi mangsa.
Mengeluarkan dua Yuan Shi hanya untuk satu guci arak, bagi pemburu jelas tidak worth it.
“Benarkah ada arak semahal ini?”
“Hei anak muda, kau tidak sedang menipu kami kan?”
Para pemburu berteriak-teriak, tapi suara mereka mulai kehilangan keyakinan, terperangkap dalam rasa malu yang sulit diatasi.
Pelayan itu terus-menerus menyangkal ketidaksopanannya.
"Saudara-saudara, jangan lagi mengeluarkan biaya. Hari ini sudah tak bisa minum lagi, arak ini biarlah kita minum lain hari."
"Ah, Kakak bicara apa sih!"
"Ini mana bisa..."
Para pemburu lainnya masih berseru, namun suara mereka semakin melemah, satu per satu kembali duduk di tempat masing-masing.
Pelayan itu juga orang yang lihai, melihat situasi ini, paham bisnis tak akan jadi.
Tapi keadaan seperti ini sudah biasa ia lihat. Baru hendak mundur, tiba-tiba dari sudut ruangan terdengar suara pemuda: "Hah, lucu sekali, koar-koar tak karuan. Tak mampu beli arak, diam saja di pojok!"
Mendengar ini, salah seorang pemburu langsung terpancing: "Siapa bilang kami tak mampu? Nak, bawa naik gentong arak itu! Gua kasih batu yuan, cuma dua keping kan?!"
"Siap, Tuan! Segera!" Pelayan tak menyangka situasi berubah, langsung menyambut lalu berbalik mengambil gentong arak.
Gentong ini hanya setengah ukuran biasa, tapi begitu segelnya dibuka, harum segar dan murni langsung menyebar memenuhi ruangan.
Kakek tua yang sedang minum sendiri di dekat jendela pun menoleh, tatapannya tertuju pada gentong arak tersebut.
Benar-benar arak berkualitas.
"Para tamu, bukan aku bermulut besar. Ini arak bambu hijau kualitas terbaik, cuma ada di penginapan kami satu-satunya di seluruh pegunungan. Coba hirup aroma alkoholnya!" Pelayan itu menarik napas dalam-dalam, wajahnya penuh kepuasan.
Fang Yuan tersentak, perkataan pelayan itu memang bukan omong kosong.
Di Bukit Gu Yue** ada tiga kedai minuman yang menjual arak ketan biasa dan arak keruh, jenisnya hampir sama. Fang Yuan membeli arak selama tujuh hari berturut-turut untuk menarik cacing arak keluar, tentu paham situasi pasarnya.
Beberapa pemburu memandang gentong arak di depan mereka, hidung mereka berkedut-kedut jakun bergerak menelan ludah.
Pemburu yang terburu-buru membeli arak itu wajahnya semakin pucat, terlihat jelas penyesalannya.
Gentong arak ini harganya dua keping batu Yuan!
"Aku terlanjur beli karena emosi. Pelayannya licik sekali, langsung membuka segel gentong. Sekarang segel sudah terbuka, mau mengembalikan pun tidak bisa."
Semakin dipikir, semakin sakit hati. Ingin mengembalikan, tapi malu untuk mengakuinya.
Akhirnya ia menepuk meja dan memaksakan tawa: "Bangsat, araknya enak! Kakak-kakak, minum sepuasnya! Hari ini aku yang traktir!"
Tiba-tiba pemuda di sudut itu kembali mengejek: "Cuma segini araknya, mana cukup untuk enam orang? Kalau jantan beli beberapa gentong lagi dong."
"Anak kelinci kurang ajar, banyak sekali mulutmu. Ayo, maju ke depan, mari berlatih dengan Kakak!" teriak pemburu itu, urat lehernya menonjol marah, bangkit mendadak dengan muka merah padam, mata melotot ke arah pemuda yang berbicara.
"Oh? Kalau begitu aku benar-benar akan maju." Pemuda itu terdengar, benar-benar bangkit dari bayangan sudut dengan senyum sinis.
Tubuhnya tinggi kurus, kulit pucat, mengenakan seragam latihan biru tua yang rapi.
Di kepalanya terikat ikat kepala biru langit, baju pendek memperlihatkan bahu kurus. Celana panjang dan sandal bambu, dengan perban di betis.
Yang paling mencolok adalah sabuk kain biru di pinggangnya. Di tengah sabuk terpasang lempengan tembaga mengkilap bertuliskan karakter hitam "".
"Gushi Yizhuan?!" Pemburu itu langsung paham arti pakaian itu. Ia menarik napas tajam, kemarahan di wajahnya berubah jadi ketakutan.
Tak disangka, ia malah menghina seorang Gushi!
"Bukannya kau ingin berlatih denganku? Ayo, seranglah." Gushi muda itu melangkah mendekat dengan senyum mengejek.
Tapi pemburu yang tadi menantang itu kini membeku seperti patung.
"Atau kalian semua menyerang bersama, juga boleh." Gushi muda itu berjalan santai ke meja pemburu sambil berkata.
Wajah para pemburu berubah pucat. Mereka yang sebelumnya memerah karena mabuk, seketika wajahnya menjadi putih pucat. Keringat dingin mengalir deras dari dahi mereka, gelisah tak bisa duduk tenang, bahkan tak berani menarik napas dalam-dalam.
Pemuda Gu Master mengulurkan tangan, mengangkat kendi arak bambu hijau ke hidungnya. Setelah mencium aromanya, ia tersenyum: "Sungguh harum ya..."
"Jika Tuan Gu Master menyukainya, silakan ambil dan minum. Anggap saja sebagai permintaan maafku yang telah lancang menantang Tuan," kata pemburu yang sebelumnya menantang itu sambil memberi hormat dengan tangan tergabung, wajahnya dipenuhi senyum palsu.
Namun tiba-tiba wajah pemuda Gu Master berubah drastis. Dengan suara keras, ia melemparkan kendi arak ke lantai.
Wajah Gu Master membeku seperti es, tatapannya tajam bagai pedang. Suara geramnya menggema rendah: "Siapa kau berani meminta maaf padaku? Kalian para pemburu ini sungguh kaya raya! Lebih kaya dari aku sampai berani membeli arak dengan dua Yuan Shi?! Tak tahukah kalian aku sedang kesulitan Yuan Shi?! Berani-beraninya pamer kekayaan dihadapanku saat seperti ini! Manusia rendahan macam kalian pantaskah?!"
"Tidak berani, tidak berani!"
"Kami pantas mati seribu kali karena telah melanggar Tuan!"
"Kami benar-benar tidak sengaja melanggar. Ini Yuan Shi yang kami punya, mohon diterima Tuan Gu Master."
Para pemburu berdiri serentak seperti tersengat listrik. Dari dalam baju mereka mengeluarkan Yuan Shi. Tapi rakyat jelata mana punya harta? Yuan Shi yang dikeluarkan hanya serpihan-serpihan kecil, yang terbesar pun tak melebihi seperempat ukuran.
"Pemuda Gu Master tidak mengambil batu Yuan tersebut, hanya terus mencemooh, menyapu seluruh ruang makan dengan tatapan tajam seperti elang.
Pemburu yang terkena tatapannya satu per satu menundukkan kepala. Para tua di dekat jendela yang menonton keributan segera memalingkan muka, menghindari tatapan Gu Master.
Hanya Fang Yuan yang memandang tenang tanpa rasa takut.
Pakaian resmi yang dikenakan pemuda Gu Master ini hanya boleh dipakai oleh Gu Master bersertifikat, bahkan Fang Yuan pun belum berhak. Baru setelah lulus dari akademi, Fang Yuan bisa mendapatkannya dari keluarga.
Huruf "" di sabuk tembaganya menunjukkan statusnya sebagai Gu Master Tingkat Satu.
Namun usianya sudah lewat dua puluh tahun, dan aura Zhen Yuan yang terpancar menunjukkan tingkat tinggi Tingkat Satu.
Mulai latihan di usia 15 tahun namun masih Tingkat Satu di usia dua puluhan, membuktikan bakatnya hanya kelas Ding, lebih rendah dari Fang Yuan. Kemungkinan besar hanya Gu Master logistik, bukan petarung.
Tapi sekalipun demikian, melawan enam pemburu tetap mudah baginya.
Inilah jurang kekuatan antara Gu Master dan manusia biasa.
"Dengan kekuatan, kau bisa berada di atas, inilah hakikat dunia ini. Tidak, semua dunia sama, ikan besar makan ikan kecil. Hanya saja dunia ini menunjukkannya lebih **telanjang." Fang Yuan dalam hati berfilsafat.
“Sudah cukup Jiang Ya, beri pelajaran secukupnya, jangan menyusahkan orang-orang biasa ini. Kalau tersiar kabar, tak hanya kau yang malu, aku pun ikut malu.” Pemuda lain yang duduk di sudut ruangan akhirnya angkat bicara.
Orang-orang baru menyadari bahwa pemuda ini adalah perempuan setelah mendengar suaranya.
Jiang Ya, sang pemuda Gu Master, merasa tersinggung oleh teguran rekannya. Ia menghentikan cibirannya, bahkan tak melirik sekeping pun batu Yuan yang dipersembahkan para pemburu. Total batu Yuan itu tak sampai dua keping, tentu tak menarik minatnya.
Dengan gerakan lengan yang dramatis, ia berbalik menuju tempat duduknya sambil melontarkan ancaman: "Kalau kalian berani, teruslah minum! Minumlah arak Bambu Hijau ini. Aku ingin lihat siapa yang masih berani menyentuhnya!"
Para pemburu menundukkan kepala bagai enam cucu yang sedang dimarahi.
Aroma alkohol pekat memenuhi ruang makan. Pemburu yang membeli arak itu mengendus-aroma harumnya sambil mengernyitkan wajah menahan sakit hati.
Arak ini dibelinya dengan dua keping batu Yuan, tapi tak seteguk pun sempat ia cicipi!
Fang Yuan meletakkan sumpitnya. Perutnya sudah kenyang. Mencium aroma arak itu, matanya berkedip-kedip. Tiba-tiba ia mengeluarkan dua keping batu Yuan dan meletakkannya di meja: "Pelayan, bawakan aku satu gentong Arak Bambu Hijau."
Seluruh ruangan membeku.
Jiang Ya si Gu Master langsung berhenti melangkah. Pipinya berkedut sambil menarik napas dalam. Baru saja ia melontarkan ancaman, Fang Yuan langsung memesan arak itu. Bukankah ini jelas-jabar meruntuhkan wibawanya dan menampar mukanya?
Ia berbalik badan, menyipitkan mata, memancarkan tatapan dingin ke arah Fang Yuan.
Fang Yuan menatapnya dengan tenang, wajahnya datar tanpa sedikit pun ketakutan.
Cahaya kilat muncul di mata Jiang Ya, aura dinginnya berangsur memudar. Ia merasakan getaran energi sejati dari tubuh Fang Yuan.
Begitu mengetahui identitas Fang Yuan, ia segera tersenyum ramah bagai sinar mentari musim semi: "Oh, ternyata adik kelas."
Ekspresi orang-orang sekitar berubah seketika, tatapan mereka pada Fang Yuan mulai berbeda.
Pantas saja remaja ini tidak takut pada Gu Shi, ternyata dia sendiri juga seorang Gu Shi. Meski masih bersekolah, esensinya sudah berbeda.
"Tuan Gu Shi, anggur Anda!" Pelayan berlari tergopoh-gopoh dengan senyum menjilat.
Fang Yuan mengangguk pada Gu Shi muda Jiang Ya, mengangkat gentong anggur itu, lalu melangkah keluar dari penginapan.
BAB13: Hutan Bambu di Bawah Bulan, Butiran Salju Mutiara
;
Sekitar tiga ratus tahun silam, muncul seorang jenius di Klan Gu Yue...
Di usia muda, bakatnya sudah bersinar. Latihannya mencapai level Gu Shi lima transformasi, bahkan berpotensi lebih tinggi. Namanya termasyhur di Gunung Qingmao, dipenuhi harapan dan tanggung jawab besar dari klan.
Dialah Ketua Klan generasi keempat yang paling termasyhur dalam sejarah Klan Gu Yue.
Sayangnya, demi melindungi anggota klan, dia harus bertarung melawan siluman Hua Jiu Xing Zhe yang juga Gu Shi lima transformasi. Meski berhasil mengalahkannya dalam pertempuran sengit dan membuat siluman itu bersimpuh minta ampun...
Tapi akhirnya, Ketua Klan generasi keempat lengah dan terkena serangan licik Hua Jiu Xing Zhe.
“Generasi Keempat marah membunuh Pejalan Anggur Bunga, namun dirinya sendiri terluka parah hingga tak bisa pulih, meninggal di usia muda.”
Kisah penuh tragedi ini terus diturunkan hingga kini, dikenang luas oleh suku Gu Yue.
Tapi Fang Yuan paham, cerita ini tak bisa dipercaya sepenuhnya. Karena ada celah besar dalam ceritanya sendiri.
Sebulan kemudian di kehidupan sebelumnya, seorang ahli gu yang mabuk karena patah hati terbaring mabuk berat di luar pemukiman, aroma anggurnya yang menyebar justru secara tak sengaja menarik serangga anggur.
Ahli gu itu mengejar serangga ini, menemukan jenazah Pejalan Anggur Bunga di sebuah ** bawah tanah beserta warisan yang dibawanya.
Ahli gu segera kembali ke keluarga, melaporkan hal ini sehingga menimbulkan kegemparan besar.
Setelah keributan mereda, dia mendapat manfaat berupa serangga anggur, tingkat kultivasinya meningkat, mantan pacarnya yang dulu meninggalkannya justru kembali mengejarnya, menjadikannya figur terkenal di pemukiman saat itu.
Cerita yang diturunkan dari generasi ke generasi wajar jika berubah dari aslinya. Tapi dalam ingatan Fang Yuan, meski klaim ahli gu tentang penemuan peninggalan itu sangat meyakinkan, dia curiga ada kebenaran lain yang tersembunyi.
“Awalnya tak menyadari, tapi belakangan ini sambil menjelajah aku menganalisis, menemukan kejadian ini ada keanehan.” Senja semakin pekat, Fang Yuan berjalan di hutan bambu sekitar pemukiman sambil mengulas dan menyusun semua petunjuk yang diketahui.
“Coba bayangkan dirimu di posisi sang master Gu, menemukan warisan Hua Jiu Xingzhe, mengapa tidak menghabisi sendiri melainkan melaporkan ke keluarga? Jangan bicara soal kehormatan keluarga, manusia punya keserakahan. Apa yang membuat master Gu itu melawan ** dalam hatinya, rela mengorbankan semua keuntungan, dan melaporkan penemuan ini ke manajemen keluarga?"
Kebenaran selalu tersembunyi dalam kabut sejarah, Fang Yuan berpikir keras tapi tak mendapat jawaban.
Lagipula terlalu sedikit petunjuk. Dua petunjuk yang ada pun mengandung kebenaran dan kepalsuan, tak bisa dipercaya sepenuhnya.
Fang Yuan tak bisa menahan diri membayangkan kondisi sendiri: "Bagaimanapun, setelah membeli arak bambu ini, aku hanya punya dua Yuan Shi tersisa. Jika warisan tak ditemukan, ini akan bermasalah. Langkah hari ini benar-benar pertaruhan terakhir!"
Tapi, Yuan Shi-nya sendiri tidak cukup untuk memproses Gu. Lebih baik diinvestasikan pada arak ini untuk meningkatkan peluang keberhasilan.
Kebanyakan orang pasti akan menabung Yuan Shi secara bertahap.
Tapi bagi Fang Yuan, cara itu terlalu lambat. Ia lebih memilih mengambil risiko.
Orang jalur iblis memang suka petualangan.
Saat ini.
Malam semakin pekat, bulan musim semi melengkung seperti busur.
Awan menutupi cahaya bulan, seolah memberi kerudung tipis pada sabit bulan.
Hujan deras selama tiga hari tiga malam telah menyapu semua kekeruhan pegunungan, hanya menyisakan kesegaran murni.
"Udara segar seperti ini, murni bagai kertas putih, sangat mendukung penyebaran aroma alkohol." Ini salah satu alasan Fang Yuan merasa percaya diri malam ini.
"Hanya tersisa area ini yang belum dijelajahi." Saat tiba di sebuah hutan bambu, ia berhenti melangkah.
Eksplorasi selama tujuh hari sebelumnya tidak sia-sia. Setidaknya telah membuktikan bahwa Hua Jiu Xing Zhe tidak mati di tempat-tempat itu.
Ini alasan kedua kepercayaan diri Fang Yuan.
Di antara rumpun bambu, rerumputan basah membentang, bunga putih bertebaran, batang bambu hijau tegak lurus bagai tiang-tiang giok.
Fang Yuan membuka segel lumpur pada guci kecil, aroma alkohol pekat langsung menyergap hidung.
Arak Bambu Hijau bisa dibilang merupakan minuman terbaik di Perkampungan Guyue. Ini alasan ketiga keyakinan Fang Yuan malam ini.
"Tiga alasan besar ini terkumpul, jika ingin sukses, pasti malam ini!" Fang Yuan menyemangati diri sambil perlahan memiringkan guci, menuangkan aliran kecil arak ke atas batu.
Seandainya pemburu-pemburu itu melihatnya, pasti akan merasa sakit hati. Arak ini bernilai dua Yuan Shi...
Tapi Fang Yuan tetap tak bergeming.
Aroma alkohol yang harum cepat menyebar, dalam kelam malam, angin sepoi-sepoi membawa wewangian samar yang meresap ke seluruh hutan bambu.
Fang Yuan tetap di tempatnya, menghirup aroma alkohol, menunggu beberapa saat, namun tak ada tanda-tanda aktivitas.
Hanya terdengar suara burung seperti nightingale berkicau tak jauh, suaranya bagai gemerincing lonceng perak.
Tatapannya tenang, tidak terkejut. Ia menggeser langkah, berbalik dan pergi ke lokasi berikutnya beberapa ratus meter jauhnya.
Di tempat ini, ia mengulangi metode yang sama. Menuangkan aliran anggur lagi, lalu berdiri menunggu sejenak.
Demikian tiga hingga lima kali, berpindah ke beberapa posisi, menuangkan anggur beberapa kali. Anggur Qingzhu dalam guci sudah hampir habis.
"Terakhir kalinya." Fang Yuan menghela napas dalam hati. Membalikkan guci anggur sepenuhnya, dasarnya menghadap langit, menuangkan sisa aliran anggur terakhir.
Aliran anggur membasahi semak-semak. Rumput hijau bergoyang, bunga liar yang terkena embun anggur sedikit menunduk.
Fang Yuan berdiri di tempat, memandang sekeliling dengan harapan terakhir.
Malam sudah sangat larut saat ini.
Sekawanan awan tebal menutupi cahaya bulan di sini.
Bayangan gelap seperti tirai hitam menyelimuti hutan bambu ini.
Sunyi senyap di sekeliling. Batang-batang bambu Qingmao berdiri sepi, meninggalkan siluet vertikal di pupil mata Fang Yuan.
Ia diam berdiri, mendengar napasnya sendiri yang sangat jelas. Lalu merasakan sisa harapan terakhir di dadanya perlahan memudar, hingga habis.
"Masih gagal juga?" bisik hatinya. "Tiga keunggulan terkumpul malam ini, tetap tidak berhasil menemukan jejak serangga anggur. Artinya tingkat keberhasilan ke depan akan lebih rendah. Sekarang aku hanya punya dua Yuan Shi tersisa, masih harus memurnikan Moonlight Gu. Tak bisa mengambil risiko lagi."
Hasil dari petualangan seringkali tidak ideal. Tapi begitu hasilnya ideal, keuntungan pasti luar biasa.
Fang Yuan menyukai petualangan, tapi ia bukan penjudi yang kecanduan. Ia bukan tipe penjudi yang mata merah karena kalah dan terus ingin balik modal.
Ia punya batasan sendiri. Ia paham betul modal yang dimilikinya.
Sekarang, pengalaman hidup lima ratus tahun memberitahunya: sudah waktunya berhenti.
Terkadang hidup memang seperti ini: selalu ada tujuan yang begitu indah, penuh daya tarik. Tampak dekat di depan mata, tapi setelah berjuang mati-matian, tetap tak tercapai. Membuat orang gelisah tak karuan, terbayang-bayang siang dan malam.
"Inilah ketidakberdayaan hidup, sekaligus pesona hidup itu sendiri, Ah." Fang Yuan menggeleng pahit lalu berbalik pergi.
Tepat di saat itu.
Seembus angin berhembus, bagai lengan lembut yang mengusap perlawanan awan di langit malam.
Awan tipis berlalu perlahan, menyingkap bulan sabit yang selama ini tertutupi.
Bulan sabit melengkung menggantung di langit, bagai cawan giok putih yang menuangkan cahaya bulan jernih bak air.
Cahaya bulan tumpah membasahi hutan bambu hijau, menyirami bebatuan, mengaliri sungai kecil di lereng gunung, dan membasahi tubuh Fang Yuan.
Fang Yuan mengenakan pakaian sederhana. Wajah mudanya yang disentuh lembut cahaya bulan tampak semakin pucat.
Kegelapan seakan sirna seketika, digantikan hamparan cahaya keperakan bagai salju.
Sepertinya terpengaruh oleh cahaya bulan, burung bulbul yang sebelumnya diam mulai berkicau kembali. Kali ini bukan hanya satu, melainkan beberapa ekor, tersebar di hutan bambu ini, saling bersahutan.
Bersamaan dengan itu, jangkrik naga gunung yang aktif di bawah sinar bulan juga mulai menyanyikan lagu kehidupan mereka yang gemerisik.
Mereka adalah serangga yang hanya keluar pada malam hari, tubuhnya memancarkan cahaya merah. Saat ini mereka melompat keluar secara berkelompok, masing-masing memancarkan kilau seperti batu akik merah.
Sekilas Fang Yuan melihat, kawanan jangkrik naga ini bagaikan aliran air merah yang melompat-lompat, menginjak rumput dan bunga liar, meloncat-loncat di antara hutan bambu yang diterangi bulan.
Hutan bambu tampak jernih bagaikan genangan air, batang bambu hijau giok memancarkan kilau lembut seperti mutiara di bawah sinar bulan.
Di balik kesuraman muncul keindahan, alam semesta pada momen ini memperlihatkan kecantikannya yang murni pada Fang Yuan.
Tanpa sadar Fang Yuan berhenti melangkah, merasa seolah berada di negeri dongeng.
Ia yang sudah hendak berpaling, kini secara refleks menoleh kembali.
Semak bunga liar yang tadi ditumpahi arak bambu hijau itu masih bergoyang lemah dalam angin, tetap kosong tak berpenghuni.
Fang Yuan tersenyum sinis pada dirinya sendiri, menarik kembali pandangannya.
Namun.
Tak disangka, dalam proses mengangkat pandangan ini, ia melihat bayangan putih bagaikan salju.
Bayangan salju itu menempel pada batang bambu hijau di kejauhan, di bawah sinar bulan tampak seperti mutiara giok bulat sempurna yang tergantung.
Fang Yuan kedua pupil matanya melebar tiba-tiba, tubuh kekarnya bergetar halus, jantungnya berdegup kencang kemudian semakin cepat.
Itu Cacing Anggur!
BABKeempat Belas: Rahasia Tersembunyi di Celah Gunung
;
Cacing Anggur berbentuk seperti ulat sutera, seluruh tubuhnya memancarkan cahaya putih mutiara, agak gemuk dengan penampilan yang menggemaskan.：..
Ia meminum arak sebagai makanan, mampu terbang di udara. Saat terbang, tubuhnya akan menggulung menjadi bola dengan kecepatan tinggi.
Meskipun termasuk golongan Gu Serangga tingkat satu, nilainya melebihi beberapa Gu Serangga tingkat dua.
Jika digunakan sebagai Gu Jiwa, jauh lebih baik dibandingkan Gu Bulan.
Saat ini, seekor Cacing Anggur tersebut menempel pada batang bambu hijau yang hanya berjarak 50-60 langkah dari Fang Yuan.
Fang Yuan menahan napas, tidak gegabah mendekat, melainkan mundur perlahan.
Ia tahu meski jaraknya dekat, menangkap langsung Cacing Anggur bagi seorang Guru Gu pemula seperti dirinya hampir mustahil, atau bahkan tidak ada harapan sukses.
Meski penglihatan Fang Yuan belum cukup tajam untuk melihat detail Cacing Anggur, ia merasakan kewaspadaan makhluk itu terhadap dirinya.
Fang Yuan mundur dengan sangat pelan dan lembut, berusaha tidak mengganggu Cacing Anggur.
Ia tahu, jika serangga anggur terbang pergi, dengan kecepatannya saat ini mustahil mengejar. Hanya saat serangga itu mabuk setelah menghirup anggur dan terbang lebih lambat, barulah ada kesempatan menangkapnya.
Melihat Fang Yuan semakin menjauh, tubuh serangga anggur yang merangkak di batang bambu mulai gelisah.
Aroma anggur yang kuat di depan menggoda dan memikatnya, membuat pikirannya terus terobsesi. Andai ia memiliki air liur, pasti sudah mengucur deras membentuk genangan.
Namun kewaspadaan serangga anggur tetap tinggi. Fang Yuan terus mundur hingga 200 langkah, barulah makhluk itu melentingkan tubuh kekarnya dan melompat ke udara.
Saat melayang di angkasa, tubuhnya menggulung membentuk bulatan, persis seperti bakso kecil berwarna putih.
Bakso itu meluncur di udara membentuk garis lengkung sempurna, lalu mendarat di semak tempat Fang Yuan meneteskan Anggur Bambu Hijau.
Makanan lezat sudah di depan mata. Serangga anggur melepaskan separuh kewaspadaannya, lalu merangkak panik menuju kuncup bunga berisi anggur. Kepalanya menyelup masuk, hanya menyisakan ekor gemuknya di luar.
Kelaparannya dan kelezatan Anggur Bambu Hijau membuatnya menghisap dengan rakus. Segera ia tenggelam dalam kenikmatan makanan, melupakan keberadaan Fang Yuan.
Barulah saat itu Fang Yuan mulai mendekati dengan hati-hati dan diam-diam.
Ia melihat ekor cacing arak di luar kuncup bunga. Ekor ini seperti ekor ulat sutra, gemuk dan bulat, memancarkan aura yang mengingatkan pada Mutiara Giok.
Awalnya ekornya tergantung di luar, tak bergerak sama sekali.
Tak lama kemudian, ekor itu mulai bergerak-gerak naik turun, jelas menunjukkan cacing arak itu sedang menikmati minumannya.
Saat Fang Yuan sudah mendekat hingga sepuluh langkah, ekornya mulai berayun ke kiri-kanan dengan ritme riang, bergoyang-goyang penuh kesenangan.
Benar-benar mabuk hura-hura!
Melihat pemandangan ini, Fang Yuan hampir tak bisa menahan tawa.
Ia tak melanjutkan langkah, melainkan menunggu dengan sabar. Jika langsung menerkam sekarang, peluang menangkap cacing arak cukup besar. Tapi Fang Yuan ingin makhluk ini memandunya ke lokasi jenazah Hua Jiu Xingzhe.
Tak lama kemudian, cacing arak keluar dari kuncup bunga. Tubuhnya membesar, kepalanya limbung seperti pemabuk, sama sekali tak menyadari kehadiran Fang Yuan.
Ia merangkak ke bunga liar kekuningan lain, bersembunyi di dalam bunga, melahap embun arak.
Setelah kali ini, akhirnya ia merasa kenyang. Tubuhnya mengerut perlahan di kelopak bunga, lalu terbang perlahan hingga ketinggian 1,5 meter, baru melayang masuk ke kedalaman hutan bambu.
Fang Yuan segera berlari mengekorinya.
Serangga anggur sudah mabuk, kecepatan terbangnya turun hingga setengah dari biasanya. Tapi meski begitu, Fang Yuan harus berlari sekuat tenaga untuk bisa mengikuti bayangannya.
Malam yang jernih, remaja itu melesat cepat di antara rumpun bambu, mengejar titik putih mutiara yang tak jauh di depannya.
Cahaya bulan lembut, angin sepoi-sepoi. Hutan bambu bagai genangan air yang bening, batang-batang bambu hijau bagai tombak muncul dan menghilang cepat di depan mata Fang Yuan, lalu tertinggal di belakangnya.
Di tanah, hamparan rumput hijau lebat bertabur bunga-bunga liar.
Juga bebatuan kecil berlumut dan tunas bambu muda yang masih kuning.
Bayangan samar Fang Yuan pun melesat cepat di atas tanah, melompati garis-garis hitam lurus bayangan bambu yang terproyeksikan.
Ia menatap tajam bayangan putih itu, sambil menghirup dalam-dalam udara segar pegunungan di antara aroma samar anggur, menggerakkan kedua kaki mengikuti dari belakang.
Karena kecepatan tinggi, cahaya bulan di bawah mata yang bergerak cepat bagai air beriak, seolah sedang berlari di dalam air yang dipenuhi ganggang.
Serangga anggur terbang keluar dari hutan bambu, Fang Yuan pun menerobos keluar. Hamparan bunga putih berkilauan dengan inti bunga kekuningan di dekat kakinya, kelopak-kelopak beterbangan diterpa angin kencang.
Kawanan jangkrik naga bagai puisi mengalir tepat berada di depan, Fang Yuan menerjang langsung, tiba-tiba suara "hua!" terdengar, awan merah merekah di depan mata, berpencar bagai kunang-kunang bintang merah.
Sebuah sungai gunung yang mengalir tenang, dipenuhi batu kerikil, permukaan air yang gemericik memantulkan bulan musim semi di langit malam. Beberapa kali suara 'plak' terdengar saat Fang Yuan menginjak air, menghancurkan pantulan bulan menjadi ribuan riak keperakan.
Sayangnya pemandangan angin dan bulan di sungai ini, terinjak-injak bagai giok yang pecah.
Fang Yuan terus memburu tanpa henti, mengikuti jejak Cacing Arak dengan ketat.
Menelusuri sungai gunung ke hulu, suara gemuruh air terjun mulai samar terdengar. Setelah melewati hutan kecil yang jarang, terlihat Cacing Arak terbang masuk ke celah sempit sebuah batu raksasa.
Tiba-tiba pandangan Fang Yuan diterangi cahaya terang, membuatnya segera berhenti.
"Rupanya di sini tempatnya." Ia menarik napas berat, jantung berdebar kencang. Begitu berhenti, keringat mengucur deras membasahi tubuh. Hawa panas mengalir deras bersama darah yang memacu, menggemetarkan hasrat ke seluruh tubuh.
Memandang sekeliling, ternyata ini adalah area tepi sungai yang dangkal.
Batu-batu kerikil berbagai ukuran memenuhi tanah, permukaan air hanya setinggi satu jari di atas batu. Ada juga bongkahan batu besar keabu-abuan yang tersebar acak.
Di belakang Gunung Qingmao terdapat air terjun besar.
Aliran air terjun ini berubah sesuai cuaca, terjun bebas membentuk kolam dalam. Di samping kolam tersebut berdiri Perkampungan Keluarga Bai yang megah, kekuatannya sebanding bahkan mungkin melebihi Perkampungan Guyue.
Air terjun ini memiliki beberapa cabang, dan yang dihadapi Fang Yuan jelas merupakan cabang dari salah satu cabang tersebut.
Area tepi sungai ini biasanya kering. Tapi setelah hujan deras baru-baru ini yang turun selama tiga hari tiga malam, terkumpullah aliran air dangkal di sini.
Sumber aliran air itu adalah batu besar tempat cacing ajaak masuk.
Batu besar itu bersandar pada tebing vertikal. Air terjun ramping yang bercabang dari air terjun utama, seperti ular perak raksasa yang menempel di tebing, terus-menerus menghantam batu besar hingga membentuk celah di tengahnya selama bertahun-tahun.
Saat ini air terjun mengalir deras dengan gemuruh halus. Seperti tirai putih yang sepenuhnya menutupi celah batu besar itu.
Sambil mengamati, napas Fang Yuan mulai stabil. Matanya berkilat penuh tekad saat ia mendekati batu besar, menarik napas dalam-dalam, lalu menyelam masuk.
Celah batu besar itu cukup luas untuk dua orang dewasa berjalan berdampingan. Apalagi tubuh Fang Yuan hanya remaja 15 tahun.
Begitu masuk, arus deras langsung menekan tubuh kekarnya ke bawah. Air dingin seketika membasahi seluruh tubuhnya.
Fang Yuan melawan tekanan air, berjalan cepat puluhan langkah hingga tekanan air perlahan berkurang.
Tapi celah semakin sempit, memaksanya berjalan dengan tubuh miring.
Gemuruh air memekakkan telinga, langit-langit batu memantulkan cahaya putih, sementara kegelapan menyelimuti bagian dalam batu yang lebih dalam.
Apa yang tersembunyi dalam kegelapan itu?
“Mungkin seekor ular berbisa yang licin, mungkin tokek beracun, mungkin jebakan mekanis dari Hua Jiu Xing si iblis, atau mungkin tak ada apa-apa sama sekali.”
Fang Yuan menyamping perlahan, merayap masuk ke dalam kegelapan.
Aliran air di atas kepala sudah menghilang. Dinding batu dipenuhi lumut yang menggesek kulit tubuh kekarnya, terasa sangat licin.
Fang Yuan sepenuhnya ditelan kegelapan. Celah batu semakin sempit, perlahan membuat kepalanya tak bisa leluasa bergerak.
Fang Yuan mengatupkan gigi, terus melangkah maju.
Setelah berjalan dua puluh langkah lebih, ia melihat bayangan kemerahan dalam gelap.
Awalnya dikira halusinasi, tapi setelah dikedipkan dan difokuskan matanya, barulah yakin itu benar-benar cahaya!
Penemuan ini menyegarkan semangatnya.
Lima puluh langkah berikutnya, cahaya merah kian terang, di retina matanya membesar menjadi celah vertikal panjang.
Lengan kiri yang terulur tiba-tiba merasakan dinding batu di depan kosong, lalu menekuk.
Fang Yuan girang bukan main, tahu batu raksasa ini memang berongga. Beberapa langkah cepat, akhirnya ia menyusup ke celah cahaya.
Pandangan tiba-tiba terbuka. Ruang seluas 80 meter persegi terhampar di hadapannya.
"Aku sudah melewati batu raksasa, sekarang pasti di dalam gunung," gumamnya sambil meregangkan anggota badan, menelisik ruang rahasia ini.
Seluruh ruangan dipenuhi cahaya merah redup, sumber cahayanya pun tak diketahui asalnya.
Dinding batu di sekeliling sangat lembab, ditumbuhi lumut, namun udara di sini justru kering.
Pada dinding batu ini, menempel sulur-sulur tanaman yang telah mati kering. Ranting-ranting ini saling terbelit dan bersilangan, menyusun sebagian besar permukaan dinding. Di atasnya masih tersisa beberapa tangkai bunga yang layu dan mengering.
Fang Yuan memandangi sisa-sisa tumbuhan ini, merasa mereka terlihat familiar.
"Ini Jiunang Hua Gu, dan Fandai Cao Gu." Tiba-tiba, ia tersadar dan mengenali tangkai bunga serta sulur yang telah mati ini.
Bentuk Gu bermacam-macam. Ada yang menyerupai mineral, seperti Cahaya Bulan Gu yang berbentuk kristal biru. Ada yang mirip serangga, contohnya Cacing Anggur yang seperti ulat sutra. Sedangkan yang berbentuk flora, seperti Jiunang Hua Gu dan Fandai Cao Gu di hadapan Fang Yuan ini.
Kedua Gu ini termasuk Gu alami tingkat satu. Cukup dengan menyalurkan energi sejati, mereka akan tumbuh. Setelah matang, inti bunga akan mengeluarkan **anggur, sedangkan kantung rumput akan menghasilkan nasi harum.
Fang Yuan mengikuti jejak akar sulur, dan benar menemukan gumpalan akar mati yang menggulung di sudut dinding, membentuk tonjolan.
Cacing Anggur itu bersemayam di atas gumpalan akar mati ini, tertidur lelap, sudah dalam jangkauan tangan.
Fang Yuan berjalan mendekat, pertama-tama memasukkan Cacing Arak ke dalam sakunya, lalu berjongkok dan membuka akar mati serta sulur kering. Sebuah tengkorak putih terbungkus di dalamnya terlihat.
"Akhirnya kutemukan kau, Petualang Hua Jiu." Melihat ini, sudut bibirnya mengerut membentuk senyuman tipis.
Tepat ketika hendak merapikan semua sulur kering itu, tiba-tiba!
"Coba kau gerakkan!" Suatu suara penuh ancaman maut tiba-tiba menggema di belakang Fang Yuan.
BABKelima Belas: Sejarah Ditulis oleh Pemenang
;
Di area ** ini, suara orang lain justru muncul dari belakang. ..
Bahkan Fang Yuan merinding, bulu kuduknya berdiri tegak.
Dirinya ternyata diikuti!
Apakah karena sering keluar rumah beberapa hari terakhir, sudah menarik perhatian pihak tertentu?
Atau mungkin orang yang dikirim paman?
Bahkan di benaknya terlintas pemuda bernama Jiang Ya, ahli gu tingkat satu di penginapan itu.
Sekejap, ribuan pikiran dan dugaan berkelebat di hatinya sambil otaknya bekerja keras mencari solusi.
Fang Yuan bisa merasakan ancaman maut yang mendalam dari kalimat singkat itu.
Ini membuatnya mengeluh dalam hati: Dirinya baru tingkat awal satu, bahkan belum punya gu nasib. Bagi ahli gu, kekuatan tempurnya hampir nol. Bagaimana bisa melawan?
"Terlalu lemah, terlalu lemah!" Ia meraung dalam hati.
"Kau sudah terkena gu racun andalanku. Tanpa gu penawar dariku, dalam tujuh hari kau akan meleleh jadi nanah dan darah." Suara dari belakang kembali terdengar.
Fang Yuan menggigit gigi, ekspresinya tenang, suaranya berat: "Kau menginginkan Cacing Anggur? Aku bisa memberikannya."
Ia perlahan bangkit, gerakannya sangat lambat.
Tapi tiba-tiba terdengar suara lain. Suara ini penuh ketakutan, bergetar: "Aku berikan, semua bisa kuberikan, asal kau ampuni nyawaku, Tuan Hua Jiu Xing Zhe!"
"Tunggu, ini..." Alis Fang Yuan berkerut membentuk gundukan, ia berbalik cepat.
Di dinding batu depan, bayangan cahaya berubah, memunculkan gambaran seperti film di Bumi.
Seorang Gu Shi berpenampilan tajam berdiri di puncak gunung, di kakinya seorang Gu Shi lain bersimpuh.
Di sekitar mereka terdapat lubang runtuhan dan batu-batu pecah, jelas baru saja terjadi pertempuran sengit.
Tak jauh dari situ, sekelompok tua-tua pengamat memandang ke arah mereka dengan wajah ketakutan dan kemarahan.
Gu Shi pemenang di tengah lapangan tertawa terbahak: "Hahaha, Gu Yue Hero, sia-sia kau punya kemampuan lima lingkaran di usia muda. Kukira kau orang hebat, ternyata begitu hina. Hmph!"
Gu Shi tertawa ini bermata sipit, mengenakan jubah panjang berwarna pink. Lengan bajunya berkibar-kibar ditiup angin, kerah bajunya terbuka lebar memperlihatkan otot dada putih bak giok.
Yang paling mencolok adalah kepalanya yang botak mengkilap tanpa sehelai rambut pun.
“Hua Jiu Xingzhe!” Fang Yuan langsung mengenali identitas pengendali gu ini.
"Dibandingkan dengan Yang Mulia Hua Jiu, hamba ini tak ada artinya! Hamba sudah kehilangan akal, berani menantang gunung Tai tanpa mengenal batas, menghina Yang Mulia Hua Jiu. Atas dasar jamuan meriah dari klan kami sebelumnya, mohon ampuni nyawa hamba!" Pengendali gu yang bersimpuh di tanah itu tubuh kekarnya gemetar, keringat dingin mengucur, merengek-rengek sambil menangis.
Fang Yuan menyipitkan matanya, mengamati seksama. Pengendali gu ini mengenakan pakaian kebesaran ketua Klan Gu Yue. Dari wajahnya, jelas ini adalah Ketua Klan generasi keempat!
Para pengamat tua di sekitarnya pastilah para tetua klan di era itu.
"Heh-heh, jamuan meriah? Berani kau mengatakannya! Awalnya aku tulus ingin bertransaksi, menukar Yuan Shi dengan Bunga Bulan klanmu dengan harga wajar. Tapi kau licik, pura-pura ramah menjerumuskanku ke perjamuan, hendak meracuni minjamu dengan gu. Kalian meremehkanku! Aku yang menjelajah dunia dengan julukan 'Hua Jiu', mana mungkin tertipu racun?"
Hua Jiu Xingzhe menuding Ketua Klan generasi keempat yang masih bersimpuh, tertawa sinis terus-menerus: "Bekerja sama dengan baik pasti tak berakhir begini. Hasilnya kau ingin mengorbankan kepalaku untuk popularitas? Karma sendiri tak terhindarkan!"
"Yang Mulia, mohon ampuni nyawa hina ini!" Ketua Klan generasi keempat menjerit panik, menggeser lutut di tanah mendekati kaki Hua Jiu Xingzhe, merangkul pangkuannya.
“Tuan, suku kami memiliki mata air spiritual yang menghasilkan Batu Yuan, dan di gua bawah tanah kami menanam ladang luas Bunga Bulan. Hamba rela menelan Gulat Budak Tuan, menjadi budak Tuan, hidup mati ada di tangan Tuan, mengabdi seumur hidup!”
Fang Yuan menggelengkan kepala, ekspresi para tetua klan di layar berubah-ubah.
Hua Jiu Xing Zhe menyipitkan mata, amarahnya telah mereda, sorot mata tajam berkilat: “Hmph, Gulat Budak itu sangat langka, termasuk golongan Gulat lima tingkat. Kau pikir aku punya? Tapi kau sudah kena racun Gulat khasku, hanya aku yang bisa menyembuhkan. Tak perlu takut kau memberontak. Mulai sekarang, sukumu harus menyediakan 30 kati kelopak Bunga Bulan dan 3000 Batu Yuan setiap minggu. Setiap akhir pekan aku akan mengambil barang sekaligus memberi penawar racun untuk mempertahankan nyawamu.”
“Terima kasih Tuan telah mengampuni nyawa hamba! Terima kasih Tuan!” Keluarga keempat terus-menerus berseru, membungkuk-bungkuk hingga dahinya yang terluka mengucurkan darah deras.
“Hmph, berhenti membungkuk! Gua paling muak melihat penjilat sepertimu! Jenius Gulat kuno, Orang kuat lima tingkat? Nama tak sesuai kenyataan. Layani aku baik-baik, ini satu-satunya cara kau... Aaah!” Hua Jiu Xing Zhe tiba-tiba menjerit ketakutan.
Ia menendang kepala suku keempat hingga terpental, tubuhnya goyah mundur beberapa langkah sambil berteriak: “Bagaimana mungkin kau masih punya Gulat?!”
Kepala Suku Generasi Keempat ditendangnya tepat di ulu hati, menyemburkan darah dari mulut. Ia bangkit dengan susah payah, senyum penuh konspirasi mengembang di wajahnya: "Hahaha, anggota aliran iblis pantas dibasmi! Gua ini bernama Yueying, paling ahli menyembunyikan diri. Walau hanya level empat, mampu membatasi energi Yuanhai. Dasar iblis, kau sudah bertarung lama denganku, berapa banyak gua yang tersisa di tubuhmu? Bagaimana bisa menahan Yueying Gu? Menyerahlah patuh padaku, jadi budakku! Bisa kau selamatkan nyawa asal melayaniku dengan baik!"
Hua Jiu Xingzhe meledak marah, meraung: "Pergilah kau!!"
Sebelum suara reda, tubuhnya melesat bagai kilat, tinju menghunjam tepat di dada Kepala Suku.
Kepala Suku tak menyangka Hua Jiu Xingzhe begitu nekat, bahkan ketika Yuanhai-nya terancam. Terhantam kekuatan dahsyat, tubuhnya terlempar bagai karung usang jatuh ke tanah.
Blup.
Darah segar memancar deras dari mulutnya, bercampur serpihan organ dalam.
"Kau gila? Kita bisa berunding baik-baik..." Matanya melotot penuh kebencian, bibirnya bergerak-gerak dengan susah payah. Kalimat terakhir tak sempat tuntas, kedua kakinya menghentak, kepalanya terkulai. Mati.
"Kepala Suku!!"
"Anggota aliran iblis memang semuanya gila."
"Bunuh, bunuh si iblis ini! Balas dendam untuk Kepala Suku!"
"Dia kena Yueying Gu, energi sejati tak bisa dikontrol bebas. Lama-lama Yuanhai-nya sendiri akan terancam."
"Tetua klan yang menyaksikan pertarungan masing-masing mengaum marah, berbondong-bondong maju."
"Hahaha, silakan datang jika ingin mati!" Petal Wine Wanderer mendongak ke langit sambil tertawa terbahak-bahak, menghadapi serbuan para tetua klan langsung dari depan.
Pertarungan sengit pun pecah. Petal Wine Wanderer dengan cepat menguasai situasi. Tak lama kemudian, para tetua klan bergelimpangan di tanah, ada yang tewas ada yang terluka.
Saat ia hendak membunuh sisa tetua klan yang masih hidup, tiba-tiba wajahnya berubah pucat. Tangannya menekan perut bawah: "Sialan!"
"Nanti akan kuhajar kalian semua." Petal Wine Wanderer melototi beberapa tetua klan dengan mata penuh kebencian, lalu tubuhnya melesat bagai kilat menyusup ke hutan dan menghilang tanpa jejak.
BABXVI: Semua Masuk Kantong
;
"Coba kau gerakkan sedikit?"
"Kau sudah terkena racun Gu-ku yang unik. Tanpa penawar khusus dariku, dalam tujuh hari kau akan meleleh menjadi darah nanah.：.."
"Dibandingkan dengan Tuan Petal Wine, hamba ini bagai tai! Hamba benar-benar gila, tidak bisa mengenali gunung Tai, berani menghina Tuan. Tolong ampuni nyawa hamba, Tuan, mengingat jamuan meriah dari klan kami sebelumnya!"
Di tembok, adegan mulai diputar ulang untuk kedua kalinya.
Fang Yuan diam membisu. Saat rekaman mulai diputar untuk ketiga kalinya, barulah ia menghela napas pelan sambil bergumam: "Oh begitu rupanya."
Cara meninggalkan rekaman suara dan gambar di batu ini kemungkinan menggunakan Gu Rekam Bayang dan Suara yang dipasang Petal Wine Wanderer. Gu ini mampu mengukir gambar dan memproyeksikannya.
Gu Rekam Bayangan dan Suara bertahan hidup dengan menghisap cahaya dan suara. Dinding tebing ** ini entah mengapa selalu memancarkan cahaya merah, sementara celah batunya terhubung ke luar sehingga tidak mengisolasi suara dari luar. Di sini, Fang Yuan hanya mendengar gemuruh air terjun kecil di telinganya.
Karena itu, Gu Rekam Bayangan dan Suara dapat bertahan hidup di dalam dinding tebing ** ini.
Baru saja ketika Fang Yuan membuka sulur kering, mungkin ia mengganggu Gu Rekam Bayangan dan Suara yang bersembunyi di dinding batu.
Asal tidak bodoh, dengan sedikit deduksi pasti tahu rekaman ini asli.
Dulu, Ketua Klan Generasi Keempat gagal menjebak Hua Jiu Xingzhe. Setelah kalah, ia menyerang secara licik. Meski berhasil mengusir lawannya, ia sendiri tewas. Sejarah memalukan ini ditutupi dan dipalsukan oleh beberapa sesepur klan yang selamat.
Mereka memutar balikkan peran Ketua Klan Generasi Keempat dan Hua Jiu Xingzhe.
Hua Jiu Xingzhe diubah menjadi penjahat yang kalah dan tewas saat menyerang licik. Sementara Generasi Keempat menjadi pahlawan yang jujur.
Tapi cerita ini memiliki lubang besar.
Jika Hua Jiu Xingzhe benar-benar tewas di tempat, seharusnya jenazahnya masih dikuasai Klan Gu Yue. Lalu mengapa ditemukan kerangka lain?
Di kehidupan sebelumnya, pendeteksi gu master yang menemukan tempat ini pasti merasakan teror setelah menyaksikan rekaman ini.
Para sesepur klan yang selamat sudah lama meninggal. Tapi untuk mencegah Hua Jiu Xingzhe kembali, kebenaran ini mungkin masih dirahasiakan di kalangan manajemen tertinggi keluarga.
“Pendekar Gu itu menyadari, jika ia menimbun sendiri harta warisan, risiko yang dihadapi akan sangat besar. Jika di kemudian hari ketahuan bahwa ia ada hubungan dengan Hua Jiu Xingzhe, manajemen keluarga pasti akan membersihkannya.”
Jadi, setelah mempertimbangkan untung rugi, ia tidak berani menyembunyikan harta warisan ini dan memutuskan untuk melaporkan ke manajemen.
Sikap seperti ini semakin membuktikan loyalitasnya pada keluarga. Kehidupan selanjutnya juga menunjukkan bahwa pilihannya ini sangat bijak.
Tapi tindakannya ini tidak berarti Fang Yuan akan melakukan hal yang sama.
“Harta warisan yang susah payah dijelajahi harus dimakan sendiri, ngapain dibagi ke orang lain? Sekalipun ketahuan, lalu kenapa? Tidak ada risiko, mana bisa dapat untung. Dasar penakut si Pendekar Gu itu.” Fang Yuan tersenyum sinis, tidak lagi memperhatikan gambar yang terus berulang di dinding batu, lalu berbalik dan menarik akar mati dan batang kering dengan sekuat tenaga.
Jasad Hua Jiu Xingzhe yang semula utuh kini terbelah menjadi beberapa bagian berantakan.
Fang Yuan sama sekali tidak peduli, menendang tulang paha yang mengganggu di dekat kakinya, lalu berjongkok kembali mencari harta warisan.
Pertama, ia menemukan sekantong Yuan Stone. Saat dibuka, hanya ada lima belas keping.
“Dasar miskin.” Fang Yuan menggerutu. Penampilan Hua Jiu Xingzhe yang mentereng ternyata menyimpan harta yang begitu sedikit.
Tapi ia segera menyadari alasannya. Setelah bertempur sengit dan terkena Moon Shadow Gu, pasti Hua Jiu Xingzhe menggunakan Yuan Stone untuk pengobatan. Masih tersisa lima belas keping sudah termasuk bagus.
Kemudian, Fang Yuan menemukan beberapa sisa bangkai Gu yang mati. Sebagian besar adalah Gu bunga dan tumbuhan yang sudah benar-benar layu.
Gu juga makhluk hidup yang membutuhkan makanan dan perawatan, dan kebanyakan sangat pemilih. Meski Gu tumbuhan dan bunga memiliki kebutuhan makanan yang minim, area ** ini bahkan tidak memiliki secercah sinar matahari.
Lalu...
Lalu, tidak ada lagi yang tersisa.
Pertama, Hua Jiu Xingzhe bertempur sengit dengan Ketua Klan Generasi Keempat yang setingkat, kemudian melawan hampir sepuluh penatua klan. Gu miliknya sendiri sudah banyak terkuras. Saat tiba di sini, ia keinginan untuk menyembuhkan luka dengan menumbuhkan Gu bunga kantong anggur dan Gu rumahan tas nasi. Namun akhirnya tewas karena terbebani oleh Gu bayangan bulan.
Setelah tiga ratus tahun berlalu, semua Gu yang tersisa di tubuhnya pun telah mati.
Satu-satunya yang tersisa hanyalah Gu rekaman bayangan di dinding batu, serta Gu cacing anggur.
Gu cacing anggur ini mungkin bertahan hidup dengan susah payah mengandalkan Gu bunga kantong anggur. Namun seiring layunya Gu bunga kantong anggur satu per satu, sumber makanannya pun hilang.
Ini memaksanya keluar untuk mencari Gu bunga kantong anggur liar.
Pada malam itu, aroma anggur Qing Zhu yang pekat menariknya hingga muncul di hadapan Fang Yuan.
“Gu Liuying Cun Sheng hanya bisa merekam sekali, termasuk jenis gu yang habis dipakai. Tampaknya Gu Anggur adalah hasil terbesar dalam perjalanan ini, tak heran Master Gu itu melaporkan ke keluarga. Rupanya karena keuntungan terlalu kecil, tidak sepadan dengan risiko besar ini.” Pemahaman jelas muncul di hati Fang Yuan.
Dalam ingatan, Master Gu itu sudah tingkat tiga, sedangkan Gu Anggur hanyalah gu tingkat satu. Bagi Fang Yuan cukup berharga, tapi bagi Master Gu itu bisa ada atau tidak.
Tapi jelas, karena laporan Master Gu, keluarga juga memberinya hadiah yang cukup besar.
“Haruskah aku juga melapor ke keluarga?” Fang Yuan berpikir sejenak, lalu memutuskan pikiran itu.
Warisan Hua Jiu Xing Zhe seolah hanya Gu Anggur dan Batu Yuan, tapi sebenarnya tidak.
Yang benar-benar bernilai adalah tebing batu tempat Gu Liuying Cun Sheng disimpan ini.
Atau lebih tepatnya rekaman gambar yang terus berulang diputar di tebing batu itu.
Rekaman ini bisa dijual ke desa lain. Bukti nyata yang merusak keyakinan keluarga ini pasti sangat menarik bagi manajemen dua desa lain di Gunung Qingmao. Harga yang ditawarkan pasti lebih besar dari hadiah keluarga.
Apa?
Kau bicara tentang rasa kehormatan dan keterikatan pada keluarga?
Maaf, Fang Yuan sama sekali tidak memilikinya.
Lagipula rekaman ini bukan kekuatan tempur penghancur keluarga, tidak bisa menimbulkan kerusakan fisik berarti.
Keluarga yang dingin pun tidak menghargai Fang Yuan. Ia harus berusaha sendiri membuka sumber latihan, di fase awal latihan memanfaatkan kekuatan dari berbagai pihak.
“Berharap pada klan？Heh.” Fang Yuan mencemooh dalam hati,“Bagaimana bisa naif seperti kehidupan sebelumnya?”
Jangan mengandalkan siapa pun, segala sesuatu di dunia ini harus diraih dengan usaha sendiri.
Setelah memastikan area ** ini telah dijarah bersih, Fang Yuan kembali melalui jalan semula.
Mendorong batu raksasa sambil menahan tekanan air, ia kembali ke luar gunung. Memandang batu itu, tiba-tiba ia teringat memori kehidupan sebelumnya tentang kerangka yang ditemukan di ** bawah tanah. Tapi ini jelas di dalam dinding gunung, bukan bawah tanah.
Pantas saja aku kesulitan selama tujuh hari berturut-turut mencarinya.
Tampaknya setelah klan menemukan tempat ini di kehidupan lalu, mereka langsung menghancurkan dinding bayangan dan menyebar kabar palsu untuk menyesatkan anggota klan.
Penemuan malam ini sebagian karena keberuntungan, sebagian karena akumulasi persiapan, tapi faktor terbesar mungkin anggur bambu hijau.
Aroma anggur ini benar-benar kuat, bisa dibilang yang terbaik di Gunung Qingmao.
Mungkin di kehidupan sebelumnya, sang guru Gu yang patah hati itu juga meminum anggur ini.
Tapi semua itu tak penting lagi. Harta warisan Hua Jiu Xingzhe telah dijarah habis oleh Fang Yuan. Meski hasilnya kurang memuaskan, hal ini wajar. Yang terpenting, target utama (cacing anggur) telah didapat, dan benda paling dibutuhkan (batu Yuan) juga telah diperoleh.
"Selanjutnya, fokus sepenuhnya di penginapan untuk memurnikan Gu. Asalkan memiliki Gu Jiwa, bisa kembali ke sekolah, berhak tinggal di asrama murid, dan berlatih dengan sumber daya keluarga. Tinggal sekali dua kali di penginapan masih bisa, tapi kalau terlalu lama, biayanya terlalu besar." Fang Yuan merenung sambil terus berjalan menuju pegunungan.
Awalnya dia punya sisa dua Batu Yuan, sekarang dapat lima belas lagi, total tujuh belas. Tapi bagi seorang Master Gu, apa artinya jumlah segini?
BAB17: Pemurnian Awal Cacing Anggur
;
"Dengan bakat Kelas C-ku, ruang kosong hanya bisa menyimpan maksimal 44% Yuan Hai. Kecepatan Gu menolak Zhen Yuan jauh lebih cepat daripada pemulihan alami. Untuk memurnikan Gu, harus pakai tenaga eksternal, artinya harus konsumsi Batu Yuan."
"Semakin lemah kemauan Gu, semakin kecil perlawanannya, semakin mudah kupurnakan. Tapi semua makhluk punya insting bertahan. Untuk memurnikan Moonlight Gu, minimal butuh lima Batu Yuan, maksimal delapan." Berdasarkan pengalaman, Fang Yuan memperkirakan konsumsi Batu Yuan.
"Sekarang untuk memurnikan Cacing Anggur, minimal butuh sebelas, maksimal enambelas." Meski sama-sama Gu tingkat satu, Cacing Anggur jelas lebih langka dan sulit dimurnikan.
Artinya, meski sekarang punya 17 Batu Yuan, setelah memurnikan Cacing Anggur, paling banyak sisa enam, paling sedikit cuma satu.
Di langit malam, bulan sabit kebiruan memancarkan cahaya bulan yang jernih.
Cahaya bulan bagai tangan lembut dewi, mengelus perlahan Desa Gu Yue. Rumah-rumah bambu di sepanjang jalan berdiri tegak bagai deretan giok.
Angin malam berhembus perlahan.
Fang Yuan berjalan di bawah cahaya bulan ini, kembali ke penginapan.
Pintu penginapan telah tertutup.
Fang Yuan mengetuk pintu dengan suara brak-brak-brak.
"Dengar! Dengar! Siapa ini, mengetuk tengah malam..." pelayan penginapan bergumam sambil membuka pintu, matanya masih sembap.
Namun ketika melihat Fang Yuan di pintu, raut kesal dan malasnya langsung berubah. Ia membungkuk sambil tersenyum menjilat: "Oh Tuan! Hamba merasa terhormat bisa membukakan pintu untuk Tuan."
Fang Yuan mengangguk dingin, lalu masuk ke penginapan.
Ekspresi itu justru membuat senyum pelayan semakin merendah. Dengan sukarela ia bertanya: "Apakah Tuan lapar? Perlukah hamba suruh koki memasak hidangan kecil untuk makanan malam?"
"Tak perlu." Fang Yuan menggeleng. "Siapkan air hangat untuk cuci muka."
"Siap!" Pelayan buru-buru mengangguk. "Tuan bisa naik ke kamar dulu. Hamba jamin air hangat akan segera diantar."
Fang Yuan membalas "Ya", lalu menaiki tangga menuju lantai dua.
Pelayan menatap punggung Fang Yuan, matanya berkilau dalam cahaya lampu dengan ekspresi kagum yang jelas.
"Inilah ahli gu! Andai saja aku punya bakat kultivasi..." Ia mengepal tangan, menghela napas dalam-dalam.
"Kata-kata ini masuk ke telinga Fang Yuan, ia tidak bisa menahan kecut hati dalam diam."
"Pemuja Gu bisa memiliki kekuatan melebihi manusia biasa, menjadi manusia unggulan, tapi harga yang harus dibayar juga sangat mahal."
"Masalah pertama adalah kemampuan finansial."
"Pemuja Gu butuh Yuan Shi untuk latihan, pertempuran, meracik gu, dan transaksi."
"Tanpa Yuan Shi, bagaimana mungkin bisa berlatih?"
"Sebagai pelayan penginapan biasa, mereka takkan mengerti kesulitan ini karena hanya penonton."
"Seperti sore tadi, Pemuja Gu muda Jiang Ya marah-marah ke pemburu sambil melempar kendi: 'Aku saja tak tega pakai Yuan Shi untuk minum Qingzhu Wine, kalian manusia rendahan malah punya uang sisa!'"
"Dari percakapan ini saja sudah terlihat situasi latihan Pemuja Gu."
"Pemuja Gu berpenghasilan besar tapi pengeluaran juga besar. Seringkali setiap Yuan Shi harus dihitung. Terutama pemula kelas rendah."
"Jangan terkecoh penampilan mewah beberapa Pemuja Gu - hidup mereka sebenarnya pas-pasan."
"'Dan semakin tinggi level Pemuja Gu, kebutuhan sumber daya semakin besar. Tanpa dukungan, latihan Pemuja Gu sangat sulit.' Fang Yuan mengingat kehidupan sebelumnya, merasakan ini dalam-dalam."
"Ia kembali ke kamar tamu. Baru menyalakan lentera, pelayan sudah membawakan baskom air hangat."
"Tentu dengan handuk dan perlengkapan mandi lainnya."
Fang Yuan menyuruh pelayan mundur, menutup pintu kamar, mengaitkan palang pintu, membersihkan diri, lalu naik ke ranjang.
Meski tubuh terasa letih, di hatinya masih tersisa kegembiraan: "Akhirnya mendapatkan Cacing Alkohol. Cacing ini lebih berharga dari Guang Yue Gu, dalam arti tertentu, ini adalah Gu yang bisa meningkatkan bakat seorang Master Gu!"
Fang Yuan duduk bersila di atas ranjang, mengeluarkan Cacing Alkohol.
Cacing itu masih terlelap. Ukurannya sedikit lebih besar dari Guang Yue Gu, putih dan gemuk, seperti seekor ulat sutra sayang.
Di bawah sorotan lampu, tubuhnya memancarkan kilau mutiara giok yang lembut. Dua matanya seperti biji wijen hitam, tertanam di kepala gemuknya yang membuatnya tampak menggemaskan.
Saat dipegang, beratnya sekitar setengah berat telur ayam.
Saat dicium, aromanya menyebarkan wangi alkohol samar.
Wangi ini bukan aroma Anggur Bambu Hijau, melainkan aroma alami dari tubuh Cacing Alkohol. Aromanya halus dan misterius. Fang Yuan mengenduskan hidungnya, menghirup wangi ini ke dalam tubuh.
Aroma alkohol itu mengalir turun, memasuki rongga kosong, lalu menyatu dengan lautan Yuan perunggu.
Lautan Yuan bergetar sebentar, lalu menyerap seluruh aroma alkohol tersebut. Satu helai energi murni tercipta.
Yuan Zhen lainnya berwarna hijau cerah, memancarkan kilap logam seperti tembaga.
Tapi sehelai Yuan Zhen ini berwarna hijau pucat, lebih padat daripada Yuan Zhen sebelumnya. Ini adalah Yuan Zhen yang hanya dimiliki oleh Gu Master tingkat menengah satu putaran.
Merasakan sehelai Yuan Perunggu hijau pucat ini, Fang Yuan menunjukkan senyum puas: "Cultivationku saat ini baru tingkat awal satu putaran. Tapi dengan pemadatan Cacing Arak, Yuan Zhen yang dimurnikan bisa mencapai tingkat menengah satu putaran. Keunggulan luar biasa ini tak bisa dijelaskan dalam satu dua kalimat."
Tapi segera ia menahan senyumnya: "Namun saat ini aku belum benar-benar menguasai Cacing Arak. Hanya dengan menyatukannya sepenuhnya menjadi Gu Nasib-ku, barulah aku bisa memanipulasinya dengan bebas, lalu memurnikan Yuan Zhen-ku dengan efisiensi maksimal."
"Memikirkan ini, ia tidak lagi ragu-ragu, menarik sejumlah Yuan Perunggu dari Yuanhai."
Yuan erat membungkus Cacing Arak, membuatnya melayang di hadapan Fang Yuan, mulai menginvasi tubuhnya.
Cacing Arak menyadari bahaya kelangsungan hidup, seketika terbangun. Ia mulai bergulat keras, mengerahkan kekuatannya sendiri untuk mengusir Yuan Fang Yuan.
"Cacing Arak ini punya daya tahan yang luar biasa kuat." Ekspresi Fang Yuan menjadi tegas, merasakan kecepatan konsumsi Yuan bahkan melebihi Gu Cahaya Bulan lebih dari dua kali lipat.
"Apapun yang terjadi, aku pasti akan memurnikan Cacing Arak ini." Kedua matanya menyala dengan keteguhan, terus menarik Yuan untuk membungkus Cacing Arak.
Di dalam kamar penginapan, nyala lilin di atas meja menyala dengan tenang, menerangi bagian tengah kamar dengan terang, sementara sudut-sudut jauh tetap gelap.
Cahaya lilin memantul di wajah Fang Yuan yang telah menutup matanya, berkonsentrasi penuh untuk mengatasi Cacing Anggur.
Energi sejati perunggu yang mengalir tanpa henti, bagaikan kabut, menyebar dari seluruh tubuh Fang Yuan lalu berkumpul, membungkus erat Cacing Anggur.
Cacing Anggur melayang di udara, kurang dari satu chi dari wajah Fang Yuan. Dalam kepungan energi perunggu, ia berjuang keras.
Waktu berlalu dengan diam-diam.
Lilin semakin pendek terbakar, nyalanya semakin redup. Bulan sabit di luar jendela perlahan terbenam, menyambut hari baru.
Sinar matahari pagi menyusup melalui celah jendela, memproyeksikan pola cahaya di dalam kamar, seperti memberi pinggiran cahaya pada jendela.
Fang Yuan membuka matanya, menatap Cacing Anggur di hadapannya.
Pada tubuh putih Cacing Anggur kini terdapat semburat hijau kebiruan - hasil jerih payah Fang Yuan sepanjang separuh malam.
Namun jelas, warna hijau ini volumenya masih kurang dari satu persen tubuh Cacing Anggur.
Ekspresi Fang Yuan tegang. Keinginan kuat Cacing Anggur ini luar biasa, daya tahannya melebihi batas cacing Gulma tingkat satu.
“Gu serangga ini kemungkinan besar adalah Gu Nasib Utama dari Pengelana Minuman Bunga. Pengelana Minuman Bunga adalah petarung lima tingkat, awalnya Gu Serangga Alkohol ini juga berlevel lima. Tapi selama bertahun-tahun ia kekurangan makanan, kenyang sekali kelaparan sekali, sehingga levelnya turun. Sekarang hanya tersisa level satu, tapi tekadnya sekuat batu karang!”
Fang Yuan menebak kebenarannya.
Gu Serangga Alkohol ini sendiri adalah Gu Nasib Utama Pengelana Minuman Bunga, kehendak alamiah aslinya telah disucikan hingga habis oleh sang pengelana, mengiringinya berkelana ke utara-selatan, menjelajahi dunia persilatan.
Setelah kematian Pengelana Minuman Bunga, tekad kuatnya tetap bertahan dalam Gu Serangga Alkohol. Fang Yuan sekarang ingin memurnikan Gu Serangga Alkohol, ini sama saja dengan bertarung melawan tekad sang pengelana.
Ini jauh lebih sulit daripada memurnikan Gu serangga alamiah.
Tekad manusia umumnya lebih kuat daripada Gu serangga alamiah. Manusia di ujung maut bisa meledakkan kekuatan yang tak terbayangkan. Apalagi Pengelana Minuman Bunga adalah petarung aliran iblis, penyendiri yang menjelajahi dunia persilatan. Tekadnya lebih gigih daripada petarung selevel dari aliran resmi.
“Mustahil memurnikan Gu Serangga Alkohol ini dalam satu bulan. Kecuali ada petarung kuat yang menggunakan aura Gu tingkat dua atau tiga, menekan menggentarkan Gu ini hingga tekad dalam tubuhnya tertekan minimal. Dengan bantuan seperti itu, usahaku akan berlipat ganda.” Memikirkan ini, Fang Yuan tak bisa menahan helaan nafas.
“Kedua orang tuanya telah meninggal, paman dan bibinya berkomplot melawannya, sementara ia sendiri tak punya sandaran. Dari mana mencari bantuan luar?”
“Seandainya bakatnya kelas A masih bisa dimaklumi, tapi sekarang bakatnya hanya kelas C. Semua anggota klan tak melihat prospeknya. Siapa yang mau mengeluarkan tenaga besar untuk membantunya?”
“Yang lebih krusial, keberadaan Cacing Anggur tidak boleh terungkap.”
“Di Benteng Kuno Bulan tidak ada Gu seperti Cacing Anggur. Fang Yuan tak bisa menjelaskan asal-usul cacing ini.”
“Jika terungkap, besar kemungkinan manajemen akan mengetahuinya dan menghubungkannya dengan Pengelana Anggur Bunga. Keduanya terlalu mudah dikaitkan.”
“Berdasarkan perhitungan ini, 17 Yuan Shi masih kurang. Minimal perlu 30 Yuan Shi! Sungguh merepotkan. Tapi seberat apapun, aku harus meracik Cacing Anggur ini.” Tekad Fang Yuan sekuat baja, sudah bulat memutuskan untuk meracik Cacing Anggur.
“Cinta Nyawa sangat penting, sangat mempengaruhi arah pelatihan Gu Master di masa depan.”
“Meski Cacing Anggur bukan pilihan ideal untuk Cinta Nyawa di dunia ini, tapi jauh lebih baik dari Gu Bulan. Ini juga tingkat terbaik yang bisa dicapai Fang Yuan dalam kondisi saat ini.”
Guk, guk...
Saat itu, perut Fang Yuan mengeluarkan suara protes.
Semalaman tidak tidur, plus usaha maksimal meracik Cacing Anggur, wajar jika Fang Yuan lapar.
“Lebih baik mengisi perut dulu, baru memikirkan cara mengumpulkan Yuan Shi.” Fang Yuan mengusap perutnya, turun ke lantai bawah.
Sampai di ruang makan lantai satu, memilih tempat di sudut, memesan beberapa hidangan sarapan.
Baru mulai makan, adiknya Gu Yue Fang Zheng tiba-tiba muncul.
“Kak, kenapa kau tinggal di penginapan? Kenapa tidak pulang ke rumah untuk tidur malam?” Suaranya penuh tanya dengan nada menantang.
