Kali ini Zhou Yi yang memegang bola di sisi lapangan tidak mengoper. Ia menggiring bola maju menyusur garis tepi.
Namun tak lama kemudian di sisi lapangan ia dihadang pemain Tim Biru, seorang pemain bernomor 7 menghalangi jalannya.
Menghadapi blokade, Zhou Yi tidak memilih untuk melewati dengan kecepatan atau gerakan tipu, melainkan langsung mengoper bola ke rekan setim di garis dalam. Sambil melingkari pemain nomor tujuh Tim Biru dari sisi luar, ia berteriak ke arah rekan yang menerima bola: "Oper ke aku!"
Entah karena nada suara Zhou Yi yang tegas dan meyakinkan, atau mungkin performa gemilangnya saat memindahkan bola dari lini belakang ke depan dengan lancar yang membuat rekan setim mempercayainya.
Yang pasti, rekan ini langsung mengoper bola tanpa ragu setelah mendengar teriakan Zhou Yi.
Zhou Jianliang mendengar suara "Aduh!" penuh kekecewaan dari seseorang di dekatnya. Tampaknya itu orang tua si pengoper yang kesal melihat anaknya terlalu mudah menyerahkan bola.
Di final ini, bukan hanya pemain muda di lapangan yang ingin menunjukkan kemampuan, orang tua di pinggir lapangan juga berharap anak-anak mereka lebih "egois".
Setelah melewati bek, Zhou Yi menerima umpan balik dari rekan setimnya - kombinasi one-two yang indah.
"Umpan bagus!" Xiao Wang di tribun utama tak kuasa menahan decak kagum.
Hao Dong di sebelahnya tak segembira itu, tapi senyum puas tetap mengembang di wajahnya.
Untuk pertama kalinya ia melihat apa yang selama ini dinantikannya.
Kini rasa penasarannya semakin membara. Ia ingin terus menyaksikan bagaimana serangan ini akan berakhir.
……
Zhou Yi terus menggiring bola menyusur sisi lapangan, sementara Tim Biru memusatkan pertahanan di wilayah tersebut.
Namun, saat semua orang mengira Zhou Yi akan terus menerobos ke garis akhir lalu melakukan umpan silang, di saat baru memasuki area 30 meter, Zhou Yi justru menghentak bola dengan kaki kanannya ke arah tengah, sekaligus mengelabui pemain bertahan tim biru yang mendekat.
Saat melakukan dribel ke dalam, Zhou Yi sempat menoleh ke atas sejenak. Hanya sekejap, namun di benaknya telah tergambar peta udara wilayah kotak penalti.
Ia bisa melihat jelas area mana yang kosong, posisi rekan setim, dan konsentrasi pemain bertahan tim biru.
Ia menemukan celah di sayap kiri kotak penalti. Area ini kosong karena serangan sayapnya telah menarik konsentrasi pertahanan tim biru ke sisi ini, membuat sisi seberang menjadi lemah.
Peluang ini akan berlalu secepat kilat. Begitu ia melakukan dribel horizontal, pertahanan lawan akan segera bergeser kembali.
Memikirkan ini, Zhou Yi tiba-tiba mengayunkan kaki kanannya saat masih mengontrol bola, menyundul bola ke udara.
Bola melambung melewati kepala pemain merah dan biru di depannya, menukik ke area kosong di belakang mereka!
Pada saat itu, penyerang nomor sembilan tim merah Huang Zhihua muncul di lokasi tersebut, lalu mengontrol bola hasil umpan Zhou Yi dengan sempurna!
Sebagai orang dengan total skor tertinggi dalam seleksi nasional, dasar yang paling solid di antara 23 orang ini membuat Zhou Yi menaklukkan umpan lambungnya dengan indah, menghentikan bola dengan stabil di depan kakinya.
"Gol bagus!" Xiao Wang tak kuasa menahan diri dan berdiri dari kursinya.
Sorakan riuh terdengar dari tribun, ada yang bersorak gembira, ada pula yang berteriak kaget.
Di tengah keriuhan, Huang Zhihua mengayunkan kaki kirinya dan melepaskan tendangan langsung dari sudut kotak penalti besar!
Mungkin terlalu fokus mencari sudut, bola akhirnya melenceng dari tiang jauh dan keluar garis lapangan.
"Aduh, sayang sekali!" Xiao Wang memegangi kepalanya, menyesal seolah dirinya yang gagal mencetak gol.
Hao Dong di sebelahnya tak terlalu kecewa, karena pandangannya tertuju pada Zhou Yi.
"Xiao Wang, kalau tidak salah, pemain cadangan itu namanya Zhou Yi?"
"Ah? Iya, benar, Zhou Yi." Xiao Wang terkejut dengan pertanyaan mendadak Hao Dong.
"Hmm..." Hao Dong menunduk membuka berkata 23 pemain, menemukan nama Zhou Yi di halaman terakhir.
Data menunjukkan posisi sebelumnya Zhou Yi adalah penyerang, tanpa pengalaman di akademi klub profesional atau pelatihan khusus. Namun ia tetap menjadi striker utama di tim sekolah dari SD-SMP-SMA. Kabarnya efisiensi golnya sangat tinggi.
Namun di kolom kelemahan tertulis "kecepatan biasa, bukan pemain tipe cepat", "tubuh agak kurus, kemampuan bertarung kurang", "Dia bukan pemain yang bisa lari dari menit pertama sampai akhir pertandingan, sebagai penyerang area pergerakannya juga tidak luas, terutama fokus di area depan khususnya depan gawang lawan"...
Intinya kelemahan ini berarti kecepatan, stamina, dan kekuatan bukanlah keunggulannya, secara fisik penampilannya biasa saja.
Tapi mengapa pemain dengan banyak kekurangan ini memiliki efisiensi gol dan jumlah gol yang tinggi, hingga bisa menjadi penyerang utama tim?
Hao Dong tidak meremehkan sepakbola sekolah, karena di generasinya dan generasi setelahnya, banyak pemain yang di SD bermain di sekolah. Sekolah mungkin tidak bisa mencetak pemain level tinggi, tapi mungkin ada bibit potensial.
Bibit potensial ini setelah masuk akademi klub profesional dan mendapat latihan resmi, bakatnya akan terasah. Dengan pembinaan tepat, akhirnya bisa menjadi pemain profesional berkualitas.
Zhou Yi tidak pernah mendapat pelatihan profesional tapi punya kemampuan mencetak gol yang bagus, mengapa?
Dengan apa dia mencetak gol?
Kenapa dia bisa mencetak begitu banyak gol?
Hao Dong semakin tertarik dengan pemain pengganti ini.
……
Saat Hao Dong masih bingung dengan Zhou Yi, di lapangan, Huang Zhihua masih menyesali peluang emas yang terlepas. Setelah tenang usai menendang, barulah ia sadar seharusnya tidak langsung menembak setelah mengontrol bola. Saat itu celah begitu lebar, tak ada pemain tim biru di sekitar, ia punya cukup waktu untuk mengontrol, menyesuaikan posisi, bahkan membawa bola lebih dekat untuk mencari kesempatan tembakan yang lebih baik...
Namun sayang, di momen secepat kilat itu, otaknya hanya terpikir satu hal: menembak.
Pikiran yang muncul sekarang sama sekali tidak ada dalam benaknya saat itu.
Menyadari hal ini, ia pun tersadar siapa yang menciptakan peluang tersebut. Huang Zhihua menoleh ke Zhou Yi dan mengacungkan jempol.
Ini etika paling dasar di lapangan sepakbola - ketika rekan memberi umpan bagus, sudah seharusnya kita berterima kasih.
Apalagi di pertandingan seperti ini, sulit menemukan pemain yang mau memberi umpan untuk menciptakan peluang gol. Jika tidak berterima kasih, bisa-bisa lain kali mereka enggan lagi memberi umpan.
Huang Zhihua juga tidak bodoh. Sebagai striker, ia tahu betul ketergantungannya pada umpan rekan setim.
……
Zhou Yi telah membuktikan kemampuan melalui performanya. Pengakuan dari rekan tim, terutama jempol Huang Zhihua, menjadi bukti nyata. Jika bahkan Huang Zhihua memujinya, apa alasan rekan lain untuk meragukan?
Setelah pertandingan dimulai kembali, semakin banyak pemain tim merah yang cenderung mengoper bola ke Zhou Yi setiap kali menguasai bola.
Zhou Yi tidak perlu lagi berteriak "oper bola ke saya!" setiap kali selesai mengoper, khawatir bola tidak akan kembali...
Seiring operan-operannya di lini tengah, tim merah perlahan mulai unggul dalam permainan!
Beberapa orang bingung, banyak operan Zhou Yi terlihat biasa, bukan umpan terobosan tajam seperti sebelumnya. Mengapa performa tim merah membaik?
Bagi yang paham, setiap operannya layak dikaji.
Di tribun, mata Hao Dong semakin berbinar – awalnya hanya formalitas, tapi mungkin benar-benar menemukan permata...
……
Dengan dominasi yang meningkat, serangan tim merah semakin sering. Di bawah distribusi bola Zhou Yi, peluang mencetak gol lebih banyak dibanding saat bermain individual.
Mereka bukan bodoh, tahu pentingnya kerja tim. Tapi sebelumnya tak ada yang mau jadi 'pembantu' bagi orang lain.
Kini Zhou Yi sukarela mengambil peran itu, mereka pun dengan senang hati berkolaborasi.
Akhirnya tim biru terkepung.
Tapi saat tim biru bertahan rapat, tim merah kesulitan mencetak gol karena peluang bagus semakin langka.
Sebagai gelandang dadakan, meski tampil baik, Zhou Yi kurang pengalaman. Hadapi pertahanan rapat, dia hanya bisa mengoper bolak-balik tanpa ide brilian.
Situasi pun terjebak dalam kebuntuan, dari babak pertama hingga babak kedua, skor tetap 0:0, tak satu pun tim berhasil mencetak gol.
Namun Hao Dong yang duduk di tribun ketua tidak merasa pertandingan ini membosankan meski tak ada gol. Di matanya, pertandingan ini baru bisa disebut normal sekarang...
Dan semua ini karena sosok bernama Zhou Yi.
Sebagian besar waktu, pandangan Hao Dong terkunci pada Zhou Yi.
Dia mengamatinya dengan cermat, tak satu detail pun terlewat.
Dia menyadari Zhou Yi selalu menggelengkan kepala bolak-balik sebelum menerima bola, jelas sedang mengamati situasi sekitar, bahkan sudut matanya di belakang tak luput.
Melalui observasi, Hao Dong mulai paham mengapa data Zhou Yi menyebut efisiensi golnya tinggi. Dengan terus mengamati sekitar, dia lebih mudah menemukan celah, sehingga mendapat kesempatan menendang dalam kondisi relatif santai...
Karena itu, saat tiba-tiba dialihkan jadi gelandang, Zhou Yi bisa cepat mengambil alih tugas mengatur serangan dan menghubungkan tim. Pemahamannya akan posisi rekan dan lawan melalui observasi terus-menerus membuatnya tahu harus mengoper ke mana.
Inilah kemampuan sejatinya.
Namun yang lebih menarik perhatian Hao Dong adalah kualitas yang ditunjukkan Zhou Yi melalui kemampuan ini - semangat kerja tim. Dia rela melayani tim dan orang lain dalam situasi di mana setiap orang hanya ingin menonjolkan diri sendiri; Pikiran dingin. Kemampuan individu Huang Zhihua tampak menonjol, namun dari caranya menyia-nyiakan peluang mencetak gol berulang kali terlihat bahwa pikirannya tidak cukup jernih saat menghadapi peluang, atau kurang tenang. Sedangkan Zhou Yi mampu mengatur serangan tim dengan rapi, menunjukkan pikirannya sangat jelas. Dia tahu apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya.
Dalam hati Hao Dong sebenarnya sudah menentukan kandidat terakhir, tapi dia belum 100% yakin dengan Zhou Yi karena masih ingin melihat sejauh apa Zhou Yi bisa tampil. Atau mungkin Zhou Yi membutuhkan sesuatu yang mencolok untuk membuktikan dirinya.
Hao Dong tidak menyadari bahwa tanpa disadari dia telah meningkatkan ekspektasi terhadap Zhou Yi. Sebelumnya, dia merasa cukup jika ada yang menunjukkan kesadaran kerja tim. Tapi sekarang dia berharap Zhou Yi bisa menunjukkan performa yang lebih baik...
