Karena latihan fisik dan kekuatan sudah selesai, Zhou Yi bisa kembali ke tim dan berlatih bersama pemain lain. Malam itu di kantin, Sun Pan, Yang Muge dan Zhou Yi merayakannya kecil-kecilan.
Meski selama dua minggu Zhou Yi hanya bersama rekan setim saat pemanasan, berkat mulut cerewet Sun Pan, sebenarnya dia cukup paham kondisi tim.
Setiap kejadian di lapangan latihan akan diceritakan Sun Pan dengan sangat hidup saat makan malam.
Dua minggu ini tim terus melatih taktik serangan dan pertahanan. Di lini serangan tentu berpusat pada He Ying, rekan setim Zhou Yi, karena kemampuan individu He Ying adalah yang terkuat di tim ini.
Sun Pan memang tidak suka sifat sombong He Ying dan popularitasnya, tapi soal kemampuan He Ying, dia hanya bisa mendengus dan diam.
Setelah dua minggu latihan, starting line-up tim sudah mulai stabil. Sekarang fokus pada pengoptimalan kerja sama line-up utama agar bisa menghasilkan sinergi 1+1>2.
He Ying pasti menjadi pemain starter utama, Sun Pan juga kiper starter. Meski baru mengenal sepak bola empat tahun lalu, bakat atletik Sun Pan sangat menonjol. Sebagai kiper, kecepatan reaksinya sangat cepat, seringkali bisa menyelamatkan tembakan-temabakan sulit.
Tentu saja bukan tanpa kelemahan. Kelemahannya adalah kadang dia justru gagal menangkap tembakan yang biasa-biasa saja. Ini karena dasar-dasar tekniknya kurang, mengingat dibandingkan yang lain, dia hanya berlatih sebagai kiper selama empat tahun.
Yang Muge juga ada dalam starting line-up. Dia berposisi sebagai gelandang bertahan yang khusus bertugas defensif.
Sejujurnya, saat Zhou Yi pertama kali mendengar posisi Yang Muge di lapangan, dia sangat terkejut - Sulit baginya membayangkan anak laki-laki yang lembut dan tampan seperti Yang Muge justru berperan sebagai "kuli lapangan" yang melakukan tugas kotor dan melelahkan...
Kemudian dalam sistem virtual, selama fase latihan bersama, dia pernah bertanding melawan pemain virtual yang memetakan Yang Muge, sehingga dia cukup memahami gaya bermain Yang Muge.
Sebagai gelandang bertahan, Yang Muge tidak seperti pemain bertubuh besar dengan gerakan kasar. Dia lebih mengandalkan positioning dan interception. Meski hanya dua malam latihan bersama, Zhou Yi bisa melihat posisi bertahan Yang Muge sangat baik. Terutama setelah Zhou Yi beralih ke posisi gelandang serang, bisa dibilang mereka langsung berhadapan.
Banyak umpan Zhou Yi langsung dipotong oleh Yang Muge di jalur umpan. Seolah dia bisa membaca niat umpan Zhou Yi, lalu bergerak lebih dulu ke jalur umpan, sehingga umpan Zhou Yi masuk ke jebakan sendiri.
Jangkauan lari Yang Muge sangat luas, stamina-nya bagus, dan posisioning-nya akurat. Kalau ada kelemahan... Zhou Yi merasa sifat Yang Muge agak lembut. Dalam kehidupan sehari-hari, karakter seperti ini mungkin disukai karena tidak suka bersaing.
Tapi di lapangan, karakter seperti ini pada seorang gelandang bertahan terasa agak aneh.
Singkatnya, gerakannya kurang keras. Di saat-saat seharusnya melakukan pelanggaran, dia malah membiarkan lawan lewat.
Gaya bermain ini sesuai dengan kepribadiannya, tapi sebagai gelandang bertahan... kadang perlu lebih agresif.
Sementara orang lain yang dikenal Zhou Yi justru terlalu kasar...
Guo Nu.
Orang ini pernah hampir berkelahi dengan Zhou Yi sejak pertama masuk tim. Sejak itu, hampir tidak ada interaksi antara mereka. Zhou Yi berlatih di gym, sementara Guo Nu di lapangan. Asrama mereka pun berbeda lantai. Zhou Yi selalu bersama Sun Pan dan Yang Muge, jadi tidak pernah bertemu Guo Nu.
Tapi dia masih melihatnya di kantin.
Di kantin besar markas latihan, selalu ada dua orang yang makan sendirian.
Satu adalah He Ying, satunya lagi Guo Nu.
Namun situasi kedua orang ini berbeda. Meskipun He Ying selalu makan sendirian, bukan berarti tidak ada yang ingin duduk bersamanya di meja yang sama, berbincang santai sambil makan seperti Zhou Yi, Sun Pan, dan Yang Muge. Sayangnya, tak ada yang bisa menembus "AT Field" yang sedingin es di sekitar He Ying.
Guo Nu yang makan sendirian benar-benar karena tak ada yang mau makan bersamanya.
Tak ada yang mau latihan bersamanya. Sun Pan telah berkali-kali dengan semangat menceritakan pada Zhou Yi betapa menderitanya rekan setim yang kebagian latihan bersama Guo Nu.
Tak ada yang mau bermain dengannya, tak ada yang mau menjadi temannya, termasuk rekan sekamarnya. Rekamannya Liang Qiqi, gelandang serang utama tim, tapi Liang Qiqi tak pernah berbicara atau berinteraksi dengannya, seolah Guo Nu adalah udara.
Mengapa bisa demikian?
Karena Guo Nu langsung memukul rekan setim begitu masuk ke tim.
Karena wajah Guo Nu jelek.
Karena logat Mandarinnya yang kental seperti orang desa, plus gagap.
Zhou Yi berkali-kali mendengar orang berbisik membicarakan Guo Nu di kantin atau depan kamar asrama, isinya selalu sama: mengejek penampilannya, kegagapannya, atau asalnya dari desa terpencil.
Tapi tak seorang pun berani mengatakannya langsung di hadapan Guo Nu, karena takut dipukulnya.
Mereka diam-diam memberikan julukan kepada Guo Nu di belakangnya, dan biasanya menggunakan julukan ini untuk menyebut Guo Nu — "Anjing Gila".
Di mata mereka, Guo Nu seperti anjing gila yang tak ada orang mau digigit. Siapa yang mau disuntik vaksin rabies? Hal yang tak ada untungnya sama sekali.
Jadi di depan dan belakang Guo Nu, mereka punya dua wajah. Di hadapannya, meski meremehkan, mereka tak berani tunjukkan, hanya menjauh karena takut.
Setelah menjauh, mereka meludah ke tanah: "Cih! Anjing gila!"
Guo Nu tidak hanya berwatak kasar, gaya bermainnya di lapangan juga ganas. Bertahan dengan brutal, gerakannya kasar dan ekstrem. Setiap kali menerjang pemain lawan, selalu terkesan seperti akan menendang dada lawan.
Sebenarnya bertahan dengan ganas bukan hal buruk. Banyak bek tangguh di sepakbola profesional seperti ini, contohnya Gennaro Gattuso, gelandang AC Milan.
Tapi keganasan Gattuso masih terkendali, sementara keganasan Guo Nu... sama sekali tidak terkendali.
Ditambah di posisi gelandang bertahan yang ditempati Guo Nu, sudah ada Yang Muge dan pemain lain. Jadi tak ada tempat baginya.
Karena itu Guo Nu menjadi pemain cadangan.
……
Zhou Yi bukan pertama kali berlatih bersama tim. Di sistem virtual, dia sudah sering berlatih bersama, meski setiap kali selalu dihancurkan.
Jadi sebenarnya dia sudah memahami kemampuan rekan-rekan setimnya.
Tapi untuk latihan bersama di dunia nyata yang pertama kalinya, dia tetap dipenuhi harapan dan kerinduan.
Momen itu akhirnya tiba.
Setelah menyelesaikan latihan pemanasan bersama tim, asisten pelatih Xu Yang tidak menyuruhnya pergi ke gym mencari pelatih kebugaran. Pelatih kebugaran Li Haorui justru berada di lapangan latihan, bukan menunggu di gym.
Mengingat mereka masih pemain remaja, latihan dasar masih menempati porsi cukup besar dalam sesi latihan. Setiap hari minimal setengah hari diisi latihan fundamental seperti menembak dan operan.
Latihan taktik baru dilakukan sore hari.
Ini justru menguntungkan Zhou Yi. Dia bisa tetap mengikuti latihan dasar sekaligus berpartisipasi dalam latihan taktik bersama rekan setim.
Menurut Chu Ling, hal ini sangat membantu peningkatan kemampuan dirinya.
Setelah pemanasan hari ini, dilanjutkan latihan operan sederhana berpasangan, kemudian latihan rondo dalam kelompok lima orang.
Jadi tim pelatih akan memulai dengan pembagian kelompok terlebih dahulu, latihan operan berpasangan.
Saat itu Zhou Yi memperhatikan raut wajah rekan-rekan di sekitarnya yang tiba-tiba berubah serius, seolah sangat memperhatikan pembagian kelompok. Rasanya seperti menunggu pengundian lotere.
Zhou Yi menyenggol Sun Pan di sebelahnya pelan-pelan: "Ada apa?"
"Tidak ada yang ingin satu kelompok dengan Guo Nu..." Sun Pan berbisik sambil menunduk.
"Pembagian kelompoknya acak?"
“Bukan begitu? Kalau sudah tetap, orang yang sekelompok dengan Guo Nu pasti bakal bunuh diri?” Ekspresi Sun Pan justru terlihat santai.
“Lalu kenapa kamu tidak khawatir?” Zhou Yi yang melihat Sun Pan tampak menikmati situasi ini merasa heran.
“Apa yang perlu kukhawatirkan? Aku kiper. Baik latihan passing maupun latihan lain, aku selalu satu kelompok dengan Lai Cong.”
Lai Cong yang disebut Sun Pan adalah kiper lain, sekarang sebagai cadangannya.
“Lagipula... sekalipun dikelompokkan dengan si bocah itu, aku juga tidak khawatir. Aku bukan pengecut yang cuma berani membicarakan orang di belakang! Aku tidak takut dengan 'anjing gila'...”
Saat Zhou Yi dan Sun Pan berbisik-bisik, asisten pelatih Xu Yang mulai melakukan pengelompokan.
Ia benar-benar acak karena tidak membawa kertas daftar nama untuk dibacakan.
Ia hanya menatap ke arah barisan, matanya melompat-lompat sembari mengucapkan nama-nama secara serampangan.
“He Ying, Yang Muge.” Dua orang yang dikenali Zhou Yi masuk dalam satu kelompok.
“Liu Nian, Liang Qiqi.”
Liang Qiqi menghela nafas lega saat namanya disebut—mungkin dialah yang paling tidak ingin sekelompok dengan Guo Nu. Ia dipukul karena di hari pertama latihan sudah sekelompok dengan Guo Nu.
Xu Yang terus membacakan nama satu per satu. Setiap yang namanya disebut dan tidak sekelompok dengan Guo Nu, langsung bersukacita.
Kemudian Xu Yang membaca: “Zhou Yi.”
“Ya ada!” Zhou Yi menjawab secara refleks, membuat Xu Yang tak bisa tidak menoleh ke belakang, sementara rekan satu tim di sekitarnya meledak dalam tawa——pasti anak ini sedang melamun, mengira sedang dipanggil nama.
Di tengah gelak tawa semua orang, Zhou Yi menggaruk-garuk kepalanya.
Xu Yang hanya melirik Zhou Yi sebentar, lalu memalingkan pandangannya. Kemudian dia meneriakkan: “Guo Nu!”
“Wah!” Kali ini bukan tawa lagi, melainkan suara-suara tak jelas. Semua orang memandangi kedua sosok ini, Zhou Yi dan Guo Nu.
Bahkan Guo Nu sendiri ekspresinya berubah saat mendengar dirinya ditempatkan satu grup dengan Zhou Yi. Ia menyeringai, mengerutkan kening, tak puas dengan pengelompokan ini. Tapi dia tak mau kalah, menoleh ke belakang dan melototi Zhou Yi yang berdiri di belakangnya.
Mendengar Zhou Yi dan Guo Nu ditempatkan satu grup, Sun Pan juga terkejut dan khawatir, mengingat kisah di antara mereka. Tapi setelah melihat sorot mata Guo Nu, dia langsung menunjuk Guo Nu: “Apa yang kau lihat?!”
“Sun Pan!” Xu Yang membentak keras.
Tangan Sun Pan turun, tapi matanya masih menatap Guo Nu penuh provokasi. Maksudnya jelas——kalau berani, hadapi aku!
Temannya akan diintimidasi Guo Nu, tentu dia tak akan diam saja.
Jika dikatakan "Anjing Gila" tak punya penangkal, tampaknya keliru. Contohnya saat ini, ketika Sun Pan melototi Guo Nu, Guo Nu segera memalingkan pandangan dan menoleh ke depan. Ia tak melanjutkan dialog ikonik dengan Sun Pan:
"Liat apa?"
"Liat lagi nanti!"
"Coba liat sekali lagi!"
"Coba ya coba!"
……
Ini benar-benar menyedihkan.
Guo Nu memalingkan kepala, Xu Yang melanjutkan membacakan nama kelompok, sementara Sun Pan berkata ke Zhou Yi: "Jangan takut, kalau dia berani ganggu, gua habisin dia!"
Zhou Yi tersenyum: "Santai, gapapa!"
