Ketika Zhou Yi dan rekan-rekannya menginjakkan kaki di Barcelona Spanyol, perekaman acara reality show TV ini resmi dimulai.
Sejak mereka menunggu bagasi di carousel, beberapa unit kamera sudah mengelilingi dari berbagai sudut, merekam setiap detik perjalanan mereka.
Awalnya para pemain muda ini masih canggung, sering melirik ke lensa dan tersenyum malu-malu saat sadar sedang difilm.
Kamerawan harus mengingatkan: "Santai saja, lakukan apa yang biasa kalian lakukan. Anggap saja aku tidak ada!"
Pemain lain segera mengalihkan pandangan, kecuali Zhou Yi yang terus menatap lekat-lekat ke lensa seolah jiwanya tersedot, membuat kamerawan jadi tidak enak mengarahkan kamera.
Saat kamerawan hendak menggeser lensa, Zhou Yi tiba-tiba bertanya: "Kalau... kalian akan terus mengikuti kami untuk syuting?"
"Tentu," jawab kamerawan.
"Ke mana-mana ikut mengambil gambar?"
"Betul."
Mendengar ini, Zhou Yi menunjukkan ekspresi yang serba salah.
Kameramen mengira dia tidak terbiasa diikuti kamera seperti pemain lain, lalu menghiburnya: "Tenang, kamu akan cepat terbiasa, kalau sudah terbiasa tidak masalah..."
Ekspresi Zhou Yi malah semakin canggung: "Bukan... Ini, ada yang merekam saat ke toilet atau mandi... Sungguh tidak bisa terbiasa..."
Sang kameramen terhuyung-huyung, hampir menjatuhkan peralatannya.
"Mana mungkin!" Ia buru-buru membela diri. "Masa kami akan merekam kalian mandi atau BAB?"
"Benar tidak merekam saat mandi?" Zhou Yi masih ragu.
"Penonton juga tidak mau melihat adegan mandi atau buang hajatmu!" Kameramen itu menjelaskan putus asa.
Barulah Zhou Yi lega—dia juga tidak ingin penonton melihatnya.
……
Para remaja mengambil bagasi lalu berbaris keluar dari pintu kedatangan, di luar sudah ada staf penerima khusus yang menunggu.
Sekelompok besar anak Asia berbaju seragam tiba-tiba muncul di bandara, menarik perhatian para turis asing yang memandangi riuh-rendah anak-anak yang bersemangat ini.
Tapi segera mereka kehilangan mincit—bukankah ini cuma grup turis biasa? Pemandangan seperti ini terlihat puluhan kali setahun di Barcelona yang memang kota wisata.
Para remaja naik ke bus dan segera meninggalkan bandara, menuju tempat penginapan mereka.
Bus besar keluar dari bandara, belok menuju jalan tol, pemandangan sepanjang jalan indah. Anak-anak hampir semua melakukan gerakan yang sama—menoleh ke jendela bus, mengamati dengan penasaran kota dan negara yang sama sekali asing ini.
Hanya He Ying yang terlihat paling santai.
Sebagai pemain utama Tim Junior Nasional yang juga akan menjadi tulang punggung Tim Remaja Nasional di masa depan, dia sering ikut tim ke luar negeri bertanding. Beberapa kali juga pernah ikut pelatihan Tim Junior Nasional ke Eropa. Sudah berpengalaman, tentu penampilannya tidak bisa disamakan dengan rekan setimnya.
Dia berjalan di dalam bus sambil menunduk membaca buku yang dipegangnya—masih buku yang sama yang pernah dilihat Zhou Yi di asrama: buku pelajaran bahasa Katalan.
Bus akhirnya berhenti di tujuan mereka, sebuah hotel di pinggiran kota.
Ini adalah hotel tempat tim menginap selama di Barcelona. Lokasinya tidak jauh dari lapangan latihan, hanya sepuluh menit berkendara. Harganya juga cukup terjangkau untuk anggaran produksi program ini.
Fasilitasnya cukup memadai, semua kebutuhan tersedia.
Penginapan tetap berdua sekamar, pengelompokannya persis sama dengan masa pelatihan di dalam negeri. Artinya dua pemain yang sekamar selama pelatihan di dalam negeri, tetap sekamar di sini.
Maka... Zhou Yi dan He Ying kembali menjadi teman sekamar.
Kali ini Zhou Yi sudah lebih pintar. Melihat He Ying mengeluarkan barang dari koper dan mondar-mandir, dia tidak lagi menawarkan bantuan.
Dia membereskan barang lebih cepat daripada He Ying, karena tidak perlu mengeluarkan barang-barang dan menatanya rapi seperti He Ying. Dia hanya mengambil barang yang sering dipakai dan meletakkannya sembarangan di tempat yang mudah dijangkau, sama sekali tidak memikirkan apakah penataan ini terlihat berantakan.
Di sela-sela membereskan barang, He Ying sesekali mengangkat kepala dan selalu melihat barang-barang Zhou Yi yang berantakan.
Ini membuatnya hanya bisa menghela napas dalam hati.
Di saat seperti ini, terdengar suara ketukan di pintu.
He Ying masih sibuk membereskan barang, Zhou Yi yang pergi membuka pintu.
Begitu pintu terbuka, terlihat kamerawan yang menggendong kamera berdiri di luar. Melihat Zhou Yi, sang kamerawan langsung tersenyum lebar – dialah orang yang berulang kali ditanya Zhou Yi di bandara apakah akan merekamnya mandi atau ke toilet.
"Halo, kami mau mengambil gambar He Ying," katanya.
He Ying adalah bintang paling top di tim ini, tentu layak dapat banyak sorotan kamera.
Zhou Yi awalnya ingin mengizinkan mereka masuk, tapi tiba-tiba teringat kasurnya yang berantakan. Dengan panik dia meminta maaf dan langsung membanting pintu.
Kemudian dia berbalik cepat ke tempat tidurnya dan mulai membereskan barang dengan tergesa-gesa.
He Ying yang melihat Zhou Yi tiba-tiba giat membereskan barang tentu tahu alasannya, karena dia mendengar percakapan dengan kamerawan tadi. Dia menggelengkan kepala, si bocah ini...
Tapi dia harus berterima kasih pada Zhou Yi, karena dirinya sendiri juga belum selesai membereskan. Kalau kamerawan masuk dan merekamnya sedang membereskan koper, pasti akan memalukan...
Melihat Zhou Yi sedang sibuk membereskan barang-barang dengan cepat, dia juga mempercepat langkahnya. Jika Zhou Yi selesai membereskan sebelum dia siap, dia yakin Zhou Yi tidak akan menunggunya.
……
Kamerawan di luar yang hampir tertimpa pintu sambil membawa peralatan tampak bingung, tidak mengerti mengapa anak ini tiba-tiba berubah sikap...
Jangan-jangan dia tidak akur dengan He Ying, tidak ingin melihatku merekam He Ying, tidak ingin He Ying mencuri perhatian?
Tepat ketika sang kamerawan sudah mulai membayangkan drama konflik internal antar rekan setim - latihan yang ricuh, perselisihan dalam pertandingan hingga tim kalah telak dari Barcelona U-18 - pintu kamar tiba-tiba terbuka.
Zhou Yi berdiri di ambang pintu dengan senyum lebar: "Silakan masuk!"
……
Saat kamerawan masuk, He Ying sedang membaca buku. Dia menoleh sebentar lalu kembali fokus ke bacaannya.
Zhou Yi hanya duduk di tempat tidurnya tanpa bersuara.
Tiba-tiba kamar itu diselimuti keheningan.
Keheningan yang canggung. Kamerawan mengira mereka grogi dengan kehadiran dirinya dan teknisi lampu, sehingga bingung harus berbuat apa.
Dia menyeringai ke arah Zhou Yi, memintanya bersikap normal.
Zhou Yi hanya menatap kosong.
Setelah beberapa kali isyarat mata tidak digubris, kamerawan pasrah mengarahkan kameranya: "Eh, kalian bisa bersikap wajar saja? Lakukan aktivitas seperti biasa, jangan diubah karena kami. Ini untuk memperlihatkan rutinitas kalian kepada penonton..."
Setelah menyelesaikan perkataannya, dia mengangkat kembali kamera dan berkata kepada keduanya: "Kita bisa mulai."
Zhou Yi menatapnya, membuka telapak tangan dengan wajah polos: "Tapi... kami biasanya memang seperti ini."
"Ha?" Kamerawan tak mengerti, apa maksudnya 'biasanya seperti ini'? "Kalian sehari-hari... begini? Dia baca bukunya, kamu melamun, tidak komunikasi tidak ngobrol?"
"Hampir tidak pernah," jawab Zhou Yi.
"Kalian... waktu pelatnas di dalam negeri benar sekamar?" Kamerawan semakin heran.
"Iya."
"Lalu kalian..." Kamerawan ragu sejenak, bertanya pelan: "Kalian sehari-hari benar-benar tidak bermusuhan?"
He Ying tak tahan lagi, mengangkat kepala dan berkata: "Kami memang biasa seperti ini, dan kami tidak bermusuhan."
Kamerawan terdiam.
Ini bagaimana caranya merekam sih!
Mengambil gambar suasana sunyi yang aneh? Dua orang sekamar tapi saling mengabaikan? Tanpa interaksi. Siapa yang akan percaya hubungan mereka normal?
Tapi harus tetap direkam, semua adegan terkait He Ying adalah materi penting.
Kamerawan pun mengangkat kamera, memaksakan diri mulai merekam. Lensa menyapu seluruh ruangan, bertahan sekitar satu detik di Zhou Yi sebelum cepat beralih, akhirnya fokus pada He Ying. Zoom in close-up, zoom out, berikan shot dekat, medium, jauh.
Sepanjang proses, ruangan ini benar-benar sunyi kecuali suara lembaran buku yang dibalik.
Yang mengejutkan kameramen, ternyata teman sekamar He Ying juga benar-benar tidak mengeluarkan suara, hanya duduk di tempat tidur melamun—dia sekarang bingung apakah Zhou Yi biasanya juga suka melamun seperti ini, atau karena kedatangannya membuat Zhou Yi agak grogi.
Demikianlah, kameramen merekam adegan yang sangat aneh, lalu pergi bersama penata cahaya.
Di perjalanan pulang, mereka berbisik-bisik dan menyimpulkan satu kesepakatan—pasti ada konflik antara He Ying dan Zhou Yi! Hanya saja di depan kami, mereka tidak mau mengakuinya!
……
Ketika pemain muda ekspedisi barat China tiba di Barcelona, hari sudah sore. Karena kelelahan perjalanan dan efek jet lag, tim pelatih tidak mengatur latihan apa pun hari itu, dan memerintahkan semua orang harus tidur sebelum pukul sembilan malam untuk menyesuaikan waktu.
Jadi meskipun para pemain muda sangat antusias berada di negeri asing, mereka tetap menahan kegembiraan dan patuh pada peraturan tim pelatih, tidur lebih awal.
Tapi sulit dikatakan apakah ini karena kedisiplinan para pemain yang tinggi, atau mungkin ada alasan penting lainnya.
Yakni, di hotel ada beberapa kelompok kameramen yang mondar-mandir dengan kamera. Jika tidak tidur dan terlihat berkeliaran, bukan hanya dimarahi pelatih... Bagaimana jika masuk ke dalam dokumenter? Maka pelanggaran disiplin mereka akan diketahui seluruh penonton di negeri ini!
Itu benar-benar memalukan...
Sebagai anak-anak yang memiliki semangat kompetitif, tidak ada yang mau menjadi contoh buruk yang memalukan.
Bahkan Sun Pan yang biasanya periang pun tidak mengajak Zhou Yi jalan-jalan.
Zhou Yi tidak keberatan tidur lebih awal, malah senang karena bisa masuk ke sistem untuk berlatih lebih cepat.
Sebenarnya di pesawat, Zhou Yi juga menggunakan waktu tidurnya untuk berlatih di sistem, tapi meningkatkan kemampuan diri tidak pernah ada ruginya.
Tapi kali ini, saat Zhou Yi masuk ke sistem, dia menemukan beberapa perubahan.
