Setelah menyelesaikan pertandingan di Barcelona, seluruh tim pindah ke Madrid.
Program reality show tidak direkam sekaligus lalu ditayangkan episode demi episode.
Melainkan direkam sambil ditayangkan, sehingga lebih aktual dan memungkinkan partisipasi lebih banyak penonton.
Sama seperti mengapa novel online tidak ditulis sampai selesai dulu baru diunggah semua?
Karena interaksi dengan pembaca akan terganggu, kehilangan keunggulan utama novel online.
Faktanya banyak serial TV Amerika syuting sambil tayang, disesuaikan dengan masukan penonton, hasilnya luar biasa bagus.
Sebagai program reality show, pengaturan ini memang diperlukan.
Saat tim memulai latihan dan sesi permainan di Madrid, episode pertama "Penerus Hijau" yang telah melalui editing tayang sesuai jadwal di Zhejiang TV, China.
Karena promosi yang gencar sebelumnya, program yang dijuluki "acara reality show sepak bola pertama di dalam negeri" ini mendapatkan banyak perhatian.
Kini, di tengah antusiasme yang tinggi dari publik, program ini akhirnya tayang.
Sejak menit pertama penayangan, rating program langsung meroket.
Interaksi para pemain muda dengan karakter berbeda selama hidup dan latihan bersama memang penuh drama, sedangkan segmen permainan yang dirancang menarik juga memicu banyak tawa.
Terutama ucapan Zhou Yi di Bandara Barcelona: "Ke toilet, mandi juga ada yang nemenin rekam... ini benar-benar nggak bisa terbiasa" yang membuat penonton tergelak di depan TV.
Kemampuan yang ditunjukkan para pemain muda di lapangan latihan juga mengubah persepsi fans, bahwa mungkin mereka tidak seburuk komentar online yang menyebut ini cuma kumpulan pemain tak terpakai dari berbagai klub.
He Ying sebagai bintang paling terkenal di tim punya basis penggemar terbesar. Banyak remaja rela menunggu di depan TV hanya untuk melihat penampilan "si tampan berwajah dingin" kesayangan mereka.
Semua harapan tidak mengecewakan.
Semua highlight yang dijanjikan produser sebelumnya hadir sempurna di layar kaca dengan efek yang memuaskan.
Seandainya episode ini diakhiri dengan kemenangan heroik anak-anak China melawan Tim Junior B La Masia melalui perjuangan keras, mungkin episode ini akan menjadi sempurna.
Sayangnya, di segmen pertandingan yang paling dinantikan, penonton justru disiram air dingin kekecewaan.
Akibat buildup dari promosi dan segmen sebelumnya, penonton sudah sangat penasaran ingin mengetahui hasil akhir pertandingan.
Pseudo-fans atau penonton yang tidak paham sepakbola hanya ingin melihat tontonan, mereka berpikir pasti tim remaja China yang menang. Alasan mereka sederhana - ini reality show TV, intinya program hiburan. Mana mungkin program hiburan menyajikan akhir yang mengecewakan? Jadi hasil pertandingan pasti sudah diatur dalam naskah, 100% China menang! Soal bagaimana caranya membuat tim muda Barcelona yang kuat kalah... itu urusan sponsor dan hubungan masyarakat produser.
Penonton tidak peduli detail itu, mereka hanya ingin menikmati kebahagiaan dari kemenangan.
Sementara para ahli sepakbola berpikir sulit bagi remaja China mengalahkan Barcelona, tapi mungkin hasil seri, atau kalah tidak terlalu banyak. Soalnya harus pertimbangkan efek program, kalah telak kan memalukan?
Tapi semua prediksi itu salah.
Saat skor akhir 0:12 muncul di layar, penonton TV terpaku!
Tim remaja China tidak mencetak satu gol pun, malah kebobolan 12 gol!
Hasil ini benar-benar di luar dugaan semua orang.
Segera setelah tayangan, internet langsung gempar.
Tahun 2008, China belum punya Weibo. Post Bar dan Grup QQ adalah platform komunikasi utama.
Di Post Bar program "Pewaris Lapangan Hijau", banyak muncul postingan menghina, mengejek, dan mengkritik kru program serta pemain muda.
"...Kalah 12 gol! Masih berani bilang diri mereka yang terbaik di kelompok usia 17 tahun... Benar-benar omong kosong!"
"Bener-bener ngakak! Gaya banget ngebombastis! Sekarang lihat gimana tim produksi mau nutupin malu! 0:12 Ah! Dua tangan gak cukup buat ngebandingin!"
"Ya ampun, aib baru sepak bola Tiongkok lahir!"
"Ahli waris lapangan hijau? Mending disebut 'Ahli Waris Aib' aja! Bener-bener mewarisi tradisi buruk sepak bola Tiongkok!"
"Gua juga goblok, masa masih ngarepin sepak bola Tiongkok... Lihat aja performa tim Olimpiade di Olimpiade, harusnya udah bisa nebak karakter acara ini..."
"Biar gua ceritain joke: Sepak bola Tiongkok! Wkwkwkwk!"
"Udahlah, bubar-bubar aja, mandi trus tidur, sepak bola Tiongkok..."
Di berbagai forum online, komentar tentang episode ini semuanya bernada negatif. Bahkan fans He Ying mengunggah post yang kecewa: "Kok bisa performanya payah banget? Kok dia gak bisa jadi pahlawan yang menyelamatkan tim seperti yang kubayangkan?"
Meski tim produksi ada di Spanyol, mereka tetap mengumpulkan feedback dari berbagai channel setelah tayangan. Jadi mereka semua sudah lihat reaksi ini.
Dihujat habis-habisan emang gak enak. Melihat feedback seburuk ini, semangat kru produksi juga pada drop.
Xu Tao pernah tanya Hao Dong: "Bisa gak kita bikin timnas menang di pertandingan berikut?"
Hao Dong langsung ngejawab tegas: "Sampai sekarang aku belum lihat kemungkinan menang. Akademi Real Madrid dan Atletico Madrid juga jago-jago."
Mendengar jawaban dari profesional, sutradara utama Xu Tao menghela napas panjang.
Apa artinya bermain dalam pertandingan yang sudah pasti kalah?
……
Meskipun episode pertama telah menimbulkan kegaduhan besar di internet domestik, para pemain muda seolah hidup di dunia lain, mengabaikan semua berita luar dan fokus total pada sepak bola.
Walau kalah telak di pertandingan pertama, proses syuting program harus terus berjalan. Selain latihan rutin, mereka harus menyelesaikan berbagai tugas dan permainan dari tim produksi. Namun jelas terlihat kekalahan telak itu meninggalkan bekas mendalam di banyak pemain, dengan semangat yang mulai menurun.
Apalagi ketika memikirkan harus menghadapi dua tim berikutnya, semangat mereka semakin turun.
Seperti keluhan Sutradara Xu Tao, siapa pun pasti akan kehilangan semangat menghadapi pertandingan yang sudah pasti kalah.
Di Madrid mereka akan menantang akademi muda dua klub: Real Madrid dan Atletico Madrid.
Di Spanyol, tiga akademi klub diakui memiliki level tertinggi: Salah satunya adalah La Masia Barcelona yang baru saja mereka tantang dan kalah telak.
Yang kedua adalah akademi sepak bola Real Madrid, Castilla. Akademi klub ini memiliki tradisi yang sangat baik, pernah menciptakan "Era Lima Elang" yang legendaris di Real Madrid, di mana kelima pemain "Elang" tersebut semuanya berasal dari sistem pelatihan muda mereka sendiri. Meskipun beberapa tahun terakhir tidak banyak menyumbangkan pemain terkenal untuk tim utama, mereka telah mencetak banyak pemain berkualitas untuk liga La Liga. Pada awal tahun 2007 lalu, media mencatat statistik bahwa dalam sumber pemain La Liga musim 2006-2007, sebanyak 43 pemain berasal dari akademi Real Madrid.
Yang ketiga adalah akademi sepak bola Athletic Bilbao. Klub ini menganut strategi lokalisasi ketat, hanya menerima orang Basque saja, sehingga ketergantungan tim utama pada akademi mereka sangat tinggi. Agar tim utama tidak kekurangan pemain, mereka harus serius mengembangkan akademi muda. Oleh karena itu, akademi Athletic Bilbao menempati peringkat ketiga di seluruh La Liga.
Selanjutnya, akademi sepak bola Sevilla, Villarreal, dan Valencia juga termasuk yang sangat kuat.
Namun ada satu akademi sepakbola yang sering diabaikan, yaitu Atletico Madrid. Meski fasilitas akademi mereka jauh tertinggal dibanding rival sekota Real Madrid, mereka juga telah mencetak banyak pemain berbakat seperti Raul Gonzalez - simbol Real Madrid yang justru berasal dari akademi Atletico Madrid.
Contoh lain adalah Fernando Torres sang wonderkid Atletico Madrid yang juga produk akademi sendiri. Bintang-bintang muda seperti Koke dan David De Gea juga sedang menanjak.
Kini Atletico Madrid juga meningkatkan investasi di sektor akademi. Tingkat pelatihan akademi mereka sebenarnya sangat tinggi.
Akademi Real Madrid dan Atletico Madrid inilah yang menjadi tantangan bagi para remaja China di Madrid.
Meski dari segi kualitas akademi mungkin masih di bawah La Masia.
Tapi bukan berarti para remaja China bisa dengan mudah menemukan kepercayaan diri di sini.
Di Ciudad Real Madrid, tim B junior Real Madrid mengalahkan mereka 9-0. Satu-satunya hiburan adalah skor tidak mencapai dua digit.
Di kompleks pelatihan Majadahonda milik Atletico Madrid, para remaja China bertahan mati-matian tapi akhirnya kebobolan 7 gol tanpa bisa mencetak gol balasan.
Dari 0-12 menjadi 0-7, jika hanya melihat skor mungkin bisa disimpulkan ada peningkatan performa.
Namun, siapa pun yang menyaksikan tiga pertandingan ini mungkin tidak akan memiliki perasaan seperti itu.
Pengurangan jumlah kebobolan bukan karena performa para pemain muda membaik, melainkan karena lawan mereka sengaja menahan kekuatan. Terkadang serangan mereka hanya sekadar formalitas, terutama saat sudah unggul tiga atau empat gol.
Mereka sepertinya juga paham bahwa lawan sedang syuting program TV, jadi tak perlu membuat situasi terlalu memalukan.
Dalam dua pertandingan ini, Zhou Yi tetap menjadi cadangan sepanjang waktu tanpa mendapat kesempatan bermain sedetik pun, sementara dia masih berjuang melawan tim muda B La Masia dalam mimpinya.
Kabar baiknya, meski tim Tiongkok yang dipimpinnya tetap kalah, setidaknya... sudah ada gol yang tercipta.
He Ying virtual berhasil mencetak gol dalam pertandingan melawan tim muda B La Masia.
Setelah He Ying pertama kali mencetak gol, Zhou Yi yang terbangun melihat wajah He Ying yang masih datar itu, ingin menghiburnya bahwa sebenarnya dia sudah mencetak gol melawan La Masia - meski hanya dalam mimpinya sendiri.
Tapi dia takut jika mengatakannya, He Ying akan menganggapnya sebagai sindiran, jadi dia hanya menyimpannya dalam hati.
Setelah menyelesaikan tiga pertandingan di dua kota Spanyol, Zhou Yi dan rekan setimnya bersama kru produksi berangkat meninggalkan Spanyol dari Madrid.
Saat naik ke pesawat, Zhou Yi berdiri di tangga pesawat lalu menoleh ke belakang.
"Lihat apa lagi! Negara jelek ini ada yang bagus buat diliat? Cepetan masuk!" Sun Pan yang terhalang tubuhnya mendesak. Selama tiga minggu di Spanyol, dia sudah memungut bola dari gawang sebanyak 38 kali. Memang susah punya kesan baik sama negara ini... Dia pengen buru-buru cabut dari Spanyol, mending jangan balik lagi.
Zhou Yi mengabaikan desakannya. Matanya menerawang jauh, bibirnya komat-kamit, "Spanyol... Aku akan kembali. Akan kutaklukkan kau!"
Sun Pan melototin dia, "Lu mau dia bersihin badan, bugil terus ngerebahin diri di kasir nunggu ditaklukkan?"
"Jaga mulut! Buku ini target pembacanya semua umur!" Zhou Yi mengingatkan Sun Pan.
Sun Pan menyelinap melewatinya sambil membawa tas: "Sinting..."
Yang Muge menepuk bahu Zhou Yi: "Ayo pergi."
Baru sekarang Zhou Yi mengikuti masuk ke kabin pesawat, menaruh bagasi, mengenakan sabuk pengaman di kursinya, setelah menunggu sebentar, pesawat meluncur ke langit dari landasan pacu, terbang menuju Munich, Jerman.
Itu tujuan berikutnya mereka, Tim junior Bayern München sebagai lawan berikutnya sedang menunggu mereka.
Tapi para pemuda itu tidak lagi seantusias saat di pesawat dari China ke Spanyol.
Setelah mengalami tiga kekalahan parah, perasaan mereka tentang tujuan berikutnya cukup rumit - agak seperti buru-buru diantar ke pintu untuk dihajar.
Mengetahui ada harimau di gunung, tidak pergi boleh tidak?
Zhou Yi tidak memiliki perasaan rumit seperti itu. Ia mengenakan masker mata dan segera tertidur. Dia harus memanfaatkan waktu untuk berlatih dan bertanding di sistem virtual FIFAOL3.
Daripada takut akan masa depan, lebih baik memperbanyak persiapan. Siapa tahu suatu hari nanti, akumulasi persiapan ini akan mencapai titik perubahan kualitatif melalui perubahan kuantitas?
