Seperti Spanyol, Jerman juga negara yang sangat memprioritaskan pelatihan pemain muda. Namun sebenarnya sebelumnya sepakbola Jerman tidak terlalu fokus pada pembinaan bibit. Meski menjadi kekuatan sepakbola dunia, mereka pernah menghadapi krisis regenerasi pemain. Kemenangan di Euro 1996 di Inggris seolah membuat mereka lengah. Pada Piala Dunia 1998 di Prancis, ketuaan Panzer Jerman sudah sangat terlihat. Di Euro 2000 yang digelar di Belanda dan Belgia, sebagai juara bertahan mereka masuk grup kematian namun tersingkir di fase grup - sebuah aib dalam sejarah turnamen besar.
Kekalahan memalukan inilah yang akhirnya menyadarkan DFB (Asosiasi Sepak Bola Jerman). Setelah satu dekade kejayaan, mereka harus membenahi sistem pelatihan sepakbola remaja Jerman. Dengan tekad bulat, mereka memulai reformasi besar dalam sejarah sepakbola Jerman.
Ketua Asosiasi Sepak Bola Jerman saat itu, Gerhard, meyakini bahwa sepak bola Jerman sudah waktunya untuk direkonstruksi. Untuk itu DFB meluncurkan "Program Pengembangan Bakat", namun kondisi sepak bola saat itu tidak memungkinkan dan fasilitas lapangan tidak memenuhi standar, sehingga Gerhard harus menunggu dengan sabar.
Tak disangka, dia tidak perlu menunggu lama. Pada Piala Dunia 2002, tim Jerman yang awalnya tidak diunggulkan justru berhasil melaju ke final. Meski akhirnya hanya meraih juara kedua, rakyat Jerman tetap menyambut pahlawan mereka di bandara dengan antusias. Bagaimanapun sebelum Piala Dunia, mereka adalah salah satu dari dua tim kuat dunia yang tidak diunggulkan - satunya lagi adalah Brasil - semangat sepak bola nasional langsung menyala, membuat Gerhard menyadari kesempatan reformasi telah tiba.
Tak lama setelah Piala Dunia Korea-Jepang, DFB segera mengorganisir tenaga dan melaksanakan program pelatihan bakat muda ini. Program ini terus berlanjut hingga hari ini dan akan tetap dilanjutkan.
Sejak tahun 2000, DFB telah merancang ulang sekitar 390 basis pelatihan sepak bola di seluruh negeri. Lebih dari 22.000 pemain berbakat usia 11 hingga 17 tahun (putra dan putri) dikumpulkan, berlatih di bawah bimbingan 1.200 lebih pelatih muda. Pelatih profesional ini mengajarkan teknik dasar sepak bola modern dan taktik permainan sejak usia dini.
Pada saat yang sama, Asosiasi Sepak Bola Jerman (DFB) menetapkan peraturan ketat: setiap klub Bundesliga dan 2. Bundesliga wajib memiliki pusat pelatihan pemuda sendiri. DFB sendiri bersama 48 klub sepak bola profesional mengeluarkan total sekitar 48 juta euro setiap tahun untuk program ini, dan biaya ini terus meningkat seiring waktu.
Dari sistem pelatihan pemuda sepak bola Jerman, sebenarnya ini adalah sistem nasional yang khas - mustahil merealisasikan program pelatihan sebesar ini hanya mengandalkan kekuatan klub. Tanpa kepemimpinan DFB yang memobilisasi kekuatan negara, reformasi besar ini hanya akan menjadi tulisan di atas kertas.
Misalnya, karena perbedaan fasilitas dan kualitas pelatih di berbagai klub, banyak bakat sepak bola mungkin terabaikan karena tidak mendapat pelatihan yang baik. DFB telah menyiapkan penataan khusus untuk ini.
Mereka mendistribusikan 390 basis pelatihan sepak bola secara merata di seluruh wilayah Jerman, memastikan setiap basis dapat melayani sekitar 70 klub. Tata letak ini memudahkan klub sekaligus menjamin pencarian bakat terbaik dalam waktu singkat, sambil memastikan pelatihan yang sistematis dan efisien untuk pemain muda. Menurut statistik ahli sepak bola Jerman, dari 30.000 anak yang mengikuti pelatihan efektif, 10.000 akan menonjol.
Kamp pelatihan ini bukan milik klub tertentu, melainkan menjadi aset DFB.
Selain melatih pemain muda, Asosiasi Sepak Bola Jerman juga secara rutin melatih pelatih sepak bola remaja, menuntut para pelatih untuk memberikan pengajaran one-on-one sebanyak mungkin. Asosiasi akan menyusun jadwal khusus untuk setiap pelatih yang mencakup sesi latihan, materi video, dan waktu pelatihan di pusat latihan. Mereka juga membangun arsip internal dengan metode ilmiah untuk membantu para pelatih membimbing anak-anak secara lebih sistematis.
Ini bukanlah hal yang bisa dicapai hanya dengan mengandalkan kekuatan klub-klub sepak bola.
Dari reformasi pembinaan sepak bola Jerman ini, kita mungkin bisa melihat sisi lain sepak bola Tiongkok - terlalu membanggakan profesionalisasi sementara menolak mentah-mentah sistem negara terpusat mungkin menjadi salah satu alasan kemunduran sepak bola Tiongkok bertahun-tahun ini. Bagaimanapun, para pemain Tim Nasional Tiongkok yang pernah menjadi kelas satu Asia itu justru lahir dari era sistem negara terpusat, dibina oleh tim kerja olahraga negara, bukan klub sepak bola profesional.
Asosiasi Sepak Bola Tiongkok selama bertahun-tahun hanya fokus pada tim nasional, tapi sama sekali tidak memiliki konsep untuk sistem pembinaan sepak bola remaja nasional. Inilah faktor utama kemunduran sepak bola Tiongkok. Tentu ini wajar, dalam birokrasi yang berorientasi pada jabatan, prestasi politiklah yang paling penting. Hasil tim nasional adalah cara tercepat menunjukan prestasi, sehingga kita melihat liga dihentikan untuk Olimpiade, atau sistem promosi-degradasi liga dihapus demi mengejar Piala Dunia.
Sepak bola remaja justru sebaliknya, ini adalah pekerjaan jangka panjang yang membutuhkan investasi berkelanjutan dari beberapa generasi kepemimpinan asosiasi sepak bola. Para penggagas pekerjaan ini mungkin tidak akan menikmati sedikitpun keuntungan dari pembinaan sepak bola remaja sampai mereka meninggalkan posisi kerja, dan buah kemenangan akhir mungkin akan dipetik oleh orang lain.
Tapi inilah hukum objektif sepak bola, sama objektifnya seperti kekalahan pemuda China dari tim junior B La Masia. Hukum objektif ini tidak dapat diubah oleh kehendak subjektif.
Tidak mengikuti hukum ini akan berakibat fatal dalam dunia sepak bola.
Jerman pernah mengalami kegagalan fatal, membuat mereka menyadari pentingnya hukum ini.
Oleh karena itu, poin terpenting dalam proposal reformasi Gerhard adalah merevisi cakupan wewenang ketua asosiasi sepak bola, menuntut "kelanjutan kebijakan" di mana setiap ketua asosiasi harus loyal menjalankan program pelatihan bakat ini tanpa terputus, atau semua upaya akan sia-sia.
Namun sampai sekarang, Asosiasi Sepak Bola China masih belum benar-benar memprioritaskan pentingnya sepak bola remaja.
Jika tidak, acara TV "Penerus Lapangan Hijau" yang bertujuan meningkatkan perhatian publik terhadap sepak bola remaja, tidak akan mengalami situasi memalukan dimana pemain yang direkrut hanyalah anggota pinggiran tim muda klub-klub.
Kritik netizen China terhadap acara ini memang beralasan. Gelar "terkuat di dalam negeri" benar-benar klaim berlebihan produser acara, yang terbaik sebenarnya tidak datang, hanya He Ying yang berjuang sendirian bagai telapak tangan tunggal.
Saat para remaja tiba di München, program TV "Pewaris Lapangan Hijau" telah tayang sebanyak tiga episode.
Tiga pertandingan di Spanyol telah ditayangkan seluruhnya, dan di internet masih dipenuhi kritikan. Opini publik sepenuhnya merugikan kru program dan tim sepak bola.
Beberapa orang mulai menyindir konsep inti program "Menantang Akademi Sepak Bola Elite Eropa" sebagai "versi sepak bola dari Pemburu dan Beruang", mengejek bahwa pemuda sepak bola Tiongkok ini bukan datang untuk menantang melainkan untuk "mencari masalah"...
Kru program tentu menyadari opini-opini ini. Tekanan yang mereka rasakan sangat besar. Bagi mereka, terus-menerus dikritik setiap episode seperti bertanding dalam serangkaian pertandingan yang sudah dipastikan kalah.
Bahkan beberapa sponsor program telah menyampaikan keprihatinan mereka.
Sponsor adalah garis hidup program. Jika mereka menghentikan dukungan, program ini pasti akan kolaps.
Oleh karena itu, pendapat sponsor sangat krusial. Ketidakpuasan sponsor akan berdampak pada semua pihak.
Kekalahan demi kekalahan memalukan... Dengan kondisi seperti ini, sutradara utama Xu Tao pun tidak tahu berapa episode lagi reality show ini bisa bertahan. Ia telah berusaha maksimal untuk meminimalkan dampak kekalahan dalam penyuntingan program, sambil menonjolkan nilai-nilai positif. Namun kekalahan 0-12 dari tim muda La Masia B telah membekas terlalu dalam di benak penonton, membuat semua upaya penyuntingan sia-sia - di mata publik hanya ada "kekalahan telak".
Di antara mereka yang mencaci, ada fans sejati yang benar-benar kecewa dengan sepak bola Tiongkok. Mereka telah terluka hati oleh sepak bola Tiongkok hingga menjadi seperti burung gereja yang ketakutan. Begitu mendengar kabar kekalahan timnas, tanpa peduli penyebabnya, mereka terlebih dahulu menyalahkan.
Sebagian lain sebenarnya sama sekali tidak peduli sepak bola Tiongkok. Mereka ikut mencaci hanya untuk meluapkan emosi negatif, mencari kesempatan "legal" untuk menumpahkan energi negatif - Jika Anda memaki orang lain, Anda dianggap tidak beradab. Tapi jika Anda mencaci sepak bola Tiongkok, sekeras apapun makiannya, banyak yang akan menyoraki. Mereka menganggap sepak bola Tiongkok sebagai bak sampah. Mereka tidak peduli nasib sepak bola Tiongkok, bahkan tidak ingin sepak bola Tiongkok membaik. Karena jika sepak bola Tiongkok sukses, mereka kehilangan "tempat sampah" untuk meludah.
Justru dalam situasi seperti ini, hal yang paling tidak diharapkan semua pihak akhirnya terjadi.
Dua hari sebelum pertandingan melawan tim junior Bayern Munich, bek tengah utama Huang Chao mengalami cedera cukup parah saat latihan. Bukan jenis cedera yang bisa pulih dalam satu dua minggu.
Ekspedisi ke Eropa ini hanya membawa 16 pemain. Selain 11 starter, hanya ada 5 cadangan - sama dengan aturan daftar pemain Liga Premier. Setiap pemain FM pasti kesal dengan aturan 5 cadangan ini, karena terasa tidak aman. Bagaimana jika ada pemain cedera atau situasi darurat?
Kini, Hao Dong menghadapi masalah persis seperti itu.
Karena daftar pemain hanya berisi 16 orang, pemilihan posisi pemain cadangan membuatnya pusing tujuh keliling.
Akhirnya, di posisi bek, dia membawa enam orang. Selain empat pemain utama, hanya ada dua cadangan: satu cadangan bek tengah dan satu cadangan bek sayap.
Enam orang di lini tengah, empat starter dan dua cadangan - Zhou Yi dan Guo Nu.
Dua penyerang utama tanpa cadangan.
Kiper dua orang: kiper utama Sun Pan dan kiper cadangan Lai Cong.
Kini bek tengah utama Huang Chao cedera, cadangan bek tengah Yang Fei otomatis naik kelas. Tapi jika ada masalah lagi di lini pertahanan, jumlah pemain akan sangat terbatas.
Kekalahan beruntun ditambah cedera rekan tim, menciptakan suasana muram di tim remaja China sebelum pertandingan melawan Bayern München.
Babak 30: Berkah atau Kutukan?
Dalam pertandingan melawan tim muda Bayern München, Zhou Yi dan Guo Nu tetap menjadi "duo emas" tak tergantikan di bangku cadangan.
Setelah pertandingan dimulai, tim muda Bayern München langsung mendominasi dengan kemampuan superior mereka. Tim China bahkan kesulitan melewati garis tengah.
Di menit ke-21, tim muda Bayern München membuka keunggulan. Tim China kembali tertinggal tanpa perlawanan berarti.
Di bangku cadangan, kekalahan sepertinya sudah menjadi hal biasa. Saat Bayern Munich mencetak gol, sebagian besar pemain cadangan tidak bereaksi sama sekali — lagipula gol kebobolan pasti datang cepat atau lambat, tidak perlu heran.
Hanya Guo Nu yang tampak masih marah dengan ketertinggalan timnya, sama seperti di pertandingan pertama.
Tapi selain menggertakkan tinju dan menggeram di pinggir lapangan, dia tidak bisa berbuat apa-apa untuk membalikkan keadaan. Bagaimanapun dia pemain cadangan, sama sekali tidak terlihat tanda-tanda akan dimainkan.
Di menit ke-60 pertandingan, Yang Fei — bek tengah pengganti Huang Chao yang menjadi starter — mendapat kartu kuning keduanya karena tackle kasar, dan dikeluarkan dari lapangan!
Ini adalah kartu merah pertama untuk Timnas China dalam empat pertandingan...
Pengusiran bek tengah ini membuat lini belakang China yang sudah kekurangan personel semakin kacau.
Untuk mempertahankan formasi pertahanan, Hao Dong terpaksa menurunkan penyerang Zhang Tao dan memasukkan bek sayap cadangan Zeng Junjie sebagai bek tengah darurat.
Zeng Junjie adalah pemain serba bisa di lini belakang. Dengan tinggi 1,83 meter, dia bisa bermain sebagai bek sayap maupun bek tengah. Hao Dong memilihnya ke Eropa karena fleksibilitasnya — hal yang krusial untuk skuad China yang hanya berisi 16 pemain.
Tapi kehadiran Zeng Junjie pun tidak mengubah apa-apa, karena saat itu skor sudah 0-6 untuk China.
Ekspresi Guo Nu dari awal sampai akhir penuh dengan kemarahan, benar-benar sesuai dengan namanya, amarah hampir menjadi ciri khasnya.
Melihat rekan setimnya di lapangan perlahan kehilangan semangat, dia sangat ingin menunjukkan kemampuannya, tapi pelatih kepala tak pernah memberinya kesempatan.
Dalam 17 tahun hidupnya, keberuntungan sepertinya tak pernah berpihak padanya. Penampilan dan tinggi badannya selalu menjadi bahan ejedukan, sampai sekarang pun belum punya pacar, di tim muda klub juga sering diasingkan. Bergabung dengan tim ini dan ikut ke Eropa, dia ingin melihat apakah bisa mendapat perhatian di Eropa.
Tapi empat pertandingan berturut-turut hanya jadi cadangan, realitas kejam kembali mengingatkannya untuk berhenti berkhayal.
Tapi hari ini, takdir sepertinya ingin memberikan perhatian pada si pemarah malang ini.
Lima menit setelah Zeng Junjie masuk, bek sayap yang jadi pengganti ini juga cedera!
Itu pun cedera yang tidak memungkinkannya melanjutkan pertandingan.
"Sial!" Hao Dong menggerutu dengan suara rendah sambil menunduk dan menggigit gigi.
Kenapa nasib selalu sial seperti ini!
Semua bek sudah dimainkan, siapa lagi yang bisa diganti?
Dia menoleh melihat bangku cadangan.
Yang Fei yang terkena kartu merah karena dua kartu kuning duduk lesu di bangku cadangan, Huang Chao yang cedera tampak gelisah. Keduanya jelas tidak mungkin dimainkan. Siapa yang bisa dia ganti?
Penjaga gawang cadangan Lai Cong, gelandang bertahan cadangan Guo Nu, gelandang serang cadangan Zhou Yi.
Ini adalah semua kartu yang tersisa di tangan Hao Dong.
Zhou Yi menyentuh Guo Nu yang masih marah: "Guo Nu, pergi pemanasan!"
Guo Nu tertegun, ekspresi wajahnya berubah dari marah menjadi terkejut.
Zhou Yi menyikutnya dengan siku: "Hei, Lao Guo, kesempatanmu datang!"
Dia merasa sedikit iri - siapa yang tidak ingin bermain di pertandingan?
Guo Nu yang sudah sadar buru-buru berdiri untuk pemanasan, Zhou Yi benar, kesempatanku datang!
……
Tak lama kemudian, Guo Nu masuk ke lapangan di bawah pandangan iri Zhou Yi.
Tapi kenyataan pasti berbeda dengan skenario yang pernah dibayangkan Guo Nu.
Baru tiga menit bermain, Guo Nu melakukan pelanggaran di tepat di depan kotak penalti, memberikan tendangan bebas untuk tim junior Bayern München.
Pelanggaran ini sebenarnya tidak perlu.
Yang Muge membuat gerakan tangan putus asa ke Guo Nu setelah pelanggaran: artinya "Aku sudah kembali bertahan, cukup jaga jarak jangan sembarangan tackle".
Guo Nu juga menyadari pelanggarannya tergesa-gesa, tapi tidak melihat isyarat Yang Muge. Matanya mengawasi erat bola, telinganya berdenging - gugup. Pemuda yang ingin menunjukkan kemampuan di Eropa ini merasakan kegugupan tak tertahankan.
Operan cepat antar pemain junior Bayern München membuatnya tak sempat berpikir, hanya bisa mengandalkan insting... insting seorang gelandang bertahan.
Sebagai gelandang bertahan, pelanggaran yang dilakukannya sebenarnya tidak masalah, tapi kalau sebagai bek tengah, lokasi pelanggaran tidak akan sedekat ini dengan gawang. Sekarang dia memberikan tendangan bebas langsung yang sangat menguntungkan kepada lawan.
Bayern Munich tidak menyia-nyiakan "kebaikan" Guo Nu ini. Mereka justru memanfaatkan tendangan bebas ini untuk mencetak gol ketujuh mereka dalam pertandingan ini.
Sun Pan melempar bola keluar dari gawang dengan kasar lalu berteriak ke Guo Nu: "Jangan asal melakukan pelanggaran, bangsat! Sekarang kamu bek tengah, defender!"
Melihat punggung Guo Nu yang membeku seperti patung, tidak jelas apakah dia benar-benar mendengarkan atau tidak.
Yang pasti, dalam sisa pertandingan, penampilan Guo Nu terus membuat deg-degan.
Menjadi bek tengah dadakan yang bukan posisi naturalnya, ditambah tekanan besar yang dihadapi.
Pemain Bayern Munich Youth sepertinya juga menyadari bahwa bek tengah pendek yang baru masuk ini adalah titik lemah yang bisa ditembus, sehingga semua serangan diarahkan ke Guo Nu.
Seketika, Guo Nu berada di bawah tekanan berat yang membuatnya kalang kabut.
Menjelang akhir pertandingan, Bayern Munich Youth mencetak dua gol lagi, skor akhir terkunci di 9-0.
Tiga gol terakhir ini semuanya berasal dari sisi pertahanan Guo Nu.
Guo Nu juga menerima kartu kuning karena melakukan tekel yang terlalu keras di pertahanan. Menit-menit terakhir ini benar-benar membuat hati berdebar-debar, di satu sisi khawatir dengan performa bertahan Guo Nu yang bermasalah, di sisi lain takut Guo Nu mendapat kartu kuning kedua dan dikeluarkan dari lapangan...
Tapi... kalau dipikir-pikir, mungkin lebih baik bagi pertahanan Timnas Tiongkok jika dia benar-benar diusir?
……
Pertandingan berakhir. Alih-alih melototi pemain lawan dengan geram, Guo Nu kini menunduk lesu. Posturnya yang memang tidak tinggi, ditambah sikapnya yang membungkuk dan menutup diri, hampir tak terlihat di kerumunan orang.
Tapi ini juga keinginannya. Ia sangat ingin menyembunyikan diri, menjauh dari pandangan siapa pun.
Ia tahu performanya buruk. Ia juga yakin pasti ada yang akan mengejeknya. Karena tak ingin diejek, ia memilih untuk mengisolasi diri.
Tapi bagaimana mungkin ada orang yang membiarkannya begitu saja?
"Hei." Sebelum para pemain turun dari lapangan, Liang Qiqi langsung menghampiri Guo Nu dan menghadangnya. "Kau sebenarnya mata-mata yang dikirim lawan, ya?"
Kehadiran Liang Qiqi yang tiba-tiba disertai ucapan mengejutkan itu membuat orang-orang di sekitarnya terpana.
Mendengar tuduhan itu, Guo Nu tidak meledak marah seperti biasanya atau mencoba memukul Liang Qiqi. Ia masih terpaku oleh performa buruknya sendiri—mungkin tidak mendengar kata-kata Liang Qiqi, atau mungkin... ia terlalu malu untuk membela diri.
"Kalau kamu tidak turun lapangan, kami hanya kebobolan enam gol. Saat kamu turun, kami kebobolan sembilan gol. Kalau kamu masuk lebih awal lagi, jumlah kebobolan kami pasti sudah mencapai dua digit! Kamu sengaja mau menghancurkan kami ya?" Liang Qiqi menuding kepala Guo Nu yang tertunduk, merasakan kepuasan karena tubuhnya lebih tinggi dari Guo Nu.
Popularitas Guo Nu di tim memang buruk. Tak ada yang membelanya saat dituduh seperti ini oleh Liang Qiqi. Mungkin beberapa pemain juga kecewa dengan performanya di pertandingan dan ingin memarahinya, tapi malu untuk mengakui.
Tapi tiba-tiba, seseorang menepuk bahu Liang Qiqi.
"Maaf, saya punya pertanyaan..."
Zhou Yi muncul di samping Liang Qiqi, mengernyitkan alis dengan ekspresi bingung. "Dari ucapanmu tadi, sepertimu puas dengan kebobolan enam gol. Aku perhatikan kamu menggunakan kata 'hanya', seolah-olah menurutmu kebobolan enam gol itu sedikit. Apa pemahamanku benar?"
Liang Qiqi tertegun melihat Zhou Yi yang tiba-tiba muncul, belum menyadari maksud Zhou Yi.
Pemain lain juga memandang Zhou Yi, tidak mengerti apa yang akan dilakukannya.
"Memang Manager Hao bilang kita harus menghadapi kekalahan, tapi maksudnya bukan untuk menerimanya secara membabi buta dan merasa senang karena tidak kebobolan banyak. Menuduh Lao Guo seperti itu keterlaluan. Lao Guo juga tidak ingin kebobolan dan kalah telak. Menurutku menang atau kalah adalah tanggung jawab tim. Menyalahkan rekan setim seperti ini tidak baik."
Zhou Yi dengan sikap netral dan objektif, mengkritik Liang Qiqi dengan serius.
Liang Qiqi akhirnya tersadar saat ini—orang ini datang untuk mencari masalah!
Sejak hari pertama Zhou Yi bergabung dengan tim, Liang Qiqi sudah memandang rendah dirinya. Setelah kalah dalam pertandingan pertama di Barcelona, keduanya kembali berkonfrontasi langsung. Liang Qiqi tentu sangat membenci Zhou Yi, tingkat kebenciannya hanya di bawah kebenciannya terhadap Guo Nu.
Awalnya dia tidak menggubris Zhou Yi karena merasa telah memberi muka. Tak disangka Zhou Yi tidak tahu terima kasih, malah mendekatinya sendiri. Liang Qiqi pun berkata dengan nada tajam: "Caraku bertindak bukan urusanmu! Bagaimanapun juga aku masih lebih baik daripada orang numpang seperti kau yang bahkan tidak bisa main!"
Begitu kata-katanya meluncur, teriakan Sun Pan menggema: "Beraninya kau mengulanginya lagi! Liang Qiqi! Siapa yang cuma numpang?! Ah! Kau cari perkelahian ya?!"
Saat Liang Qiqi mengejek Guo Nu sebelumnya, dia diam saja. Tapi sekarang alarm di kepalanya telah berbunyi.
Dia melangkah keluar dari kerumunan, berdiri di sebelah kanan Zhou Yi, menatap Liang Qiqi dengan mata berapi.
Yang Muge juga maju dari sisi lain, berdiri di sebelah kiri Zhou Yi. Meski diam, gerakannya telah menunjukkan sikapnya.
Zhou Yi menatap Liang Qiqi dan berkata: "Kesempatan ke Eropa ini kudapatkan dengan usaha sendiri, menang dari semua peserta seleksi nasional. Aku tidak merasa cuma jadi pelengkap. Selain itu…"
Dia mengulurkan tangan menekan bahu Guo Nu: "Kau harus minta maaf kepada Lao Guo! Memang semua kesal kalah, tapi menyalahkan rekan setim itu salah! Sekalipun performa Lao Guo jelek, bukan urusanmu untuk mencela. Kau bukan pelatih. Cepat minta maaf!"
Liang Qiqi melihat Zhou Yi didukung dua orang, bagaimana dengan pihaknya?
Rekan-rekan lain hanya menonton, tak ada yang berpihak padanya. Jelas posisinya lemah.
Akhirnya dia memutuskan tak perlu berdebat dengan Zhou Yi.
"Oke, kau banyak kawan, kau hebat…" Katanya sambil berbalik ingin pergi.
Tapi langkahnya terhenti karena baju nya ditarik oleh tangan Zhou Yi yang lain.
"Tidak dengar kataku? Minta maaf!"
Zhou Yi menatapnya dengan wajah serius, tak berniat melepas Liang Qiqi pergi begitu saja.
Liang Qiqi terkejut saat bajunya ditarik Zhou Yi – tak disangka Zhou Yi benar-benar nekat! Dikira hanya omong kosong, mengalah sudah cukup sopan.
TakZhou Yi malah menolak 'permukaan' ini!
Sialan! Gila apa orang ini? Apa hubungannya dengan Guo Nu si gila, sampai segininya membelanya?!
Liang Qiqi diam membeku, genggaman Zhou Yi tak kendur.
Kedua pihak pun terjebak dalam kebuntuan.
Sebagai kapten, He Ying pernah menghentikan eskalasi konflik pertama yang dipicu oleh Liang Qiqi dan Zhou Yi. Namun kali ini, dia memilih diam tanpa berniat membela pihak manapun.
Saat situasi alot berlangsung, Hao Dong akhirnya menyadari keanehan di situ. Ia mendekat dan bertanya keras: "Ada apa?"
Liang Qiqi hendak melapor duluan tentang Zhou Yi. Tapi Yang Muge yang selama ini diam tiba-tiba bicara lebih dulu: "Pelatih, usai pertandingan tadi Liang Qiqi memaki Guo Nu sebagai mata-mata lawan yang sengaja diturunkan agar kami kalah lebih parah. Zhou Yi tidak terima dan minta Liang Qiqi minta maaf. Liang Qiqi malah mengejeknya sebagai cadangan yang tidak layak main."
Penjelasannya singkat namun runtut. Disampaikan dengan tenang tanpa teriakan, justru membuatnya terdengar sangat meyakinkan.
Meski meyakinkan, Hao Dong tidak langsung percaya sepihak. Semua tahu hubungan dekat Yang Muge dengan Zhou Yi.
Tentu Hao Dong juga tidak bertanya ke Liang Qiqi yang pasti akan membela diri. Dia tidak bodoh.
Pandangannya beralih ke kapten He Ying.
"Yang Muge benar." Jawaban He Ying singkat dan tegas. Hanya itu, tidak ada tambahan penjelasan.
Hao Dong yang paham karakter He Ying mengangguk mantap. Wajahnya berubah gelap saat menatap Liang Qiqi: "Minta maaf!"
Suaranya tidak tinggi, dalam, tapi tidak bisa dibantah.
Pelatih kepala sudah bilang begitu, Liang Qiqi meski tidak rela akhirnya terpaksa bergumam pelan: "Maaf..."
Tapi Zhou Yi tidak puas: "Kamu minta maaf ke siapa, harus sebut nama dong? Kalau cuma bilang maaf ke udara kan percuma."
Liang Qiqi menatap Zhou Yi, pandangannya seakan bisa membunuh Zhou Yi.
Tapi Zhou Yi tidak mundur, tetap bersikukuh pada pendapatnya.
Hao Dong juga berkata: "Ulangi."
Liang Qiqi terpaksa dengan perasaan terhina meminta maaf kepada Guo Nu di depan seluruh pemain tim: "Maaf, Guo Nu."
Guo Nu berdiri kaku di depannya, seolah belum percaya dengan semua ini.
Dalam 17 tahun hidupnya, sepertinya... ini pertama kalinya ada yang meminta maaf padanya setelah diejek dan dihina...
Dulu dia selalu menggunakan tinju untuk membela diri, tapi yang didapat hanya tatapan benci lawan. Permintaan maaf yang tulus? Tidak pernah sekalipun.
