Usai latihan, saat makan malam di hotel, keempat orang itu kembali duduk semeja.
"Baiklah, pertama-tama selamat kepada Zhou Yi yang mendapat posisi starter!" Sun Pan mengangkat gelas jus jeruknya.
"Benar, selamat Zhou Yi!" Yang Muge mengangkat gelasnya.
"Selamat." Guo Nu juga mengangkat gelas.
"Terima kasih, terima kasih semua! Juga selamat untuk Lao Guo yang pertama kali starter! Ayo, bersulang!" Zhou Yi mengangkat gelasnya dengan riang.
Empat gelas kristal bertabrakan, mengeluarkan suara jernih seperti tawa remaja.
Adegan ini terlihat oleh beberapa orang, membuat mereka tidak enak hati.
"Tenang saja, Liang Ge. Pasti sebelum pertandingan selesai, si bocah itu sudah diganti olehmu!" Yang Fei berkata pada Liang Qiqi yang sedang melirik Zhou Yi.
"Kata Fei Ge benar, pengaturan serangan tim kita tetap harus mengandalkanmu!" Striker Zhang Tao menyambung. "Tanpamu, He Ying pun tidak bisa berbuat apa-apa!"
Dihibur seperti ini, perasaan Liang Qiqi agak membaik. Dia balik menghibur Yang Fei: "Kamu juga tenang saja, si anjing gila itu mungkin belum setengah pertandingan sudah dikartumerah. Kita lihat saja mereka jadi bahan tertawaan dari bangku cadangan!"
……
Saat makan, Zhou Yi menyatakan ingin berlatih khusus lagi. Sun Pan agak terkejut: "Bukannya kamu sudah jadi pemain utama? Lebih baik istirahat saja..."
"Pertandingan masih lama. Buat apa istirahat sekarang? Justru harus lebih giat latihan. Karena Guo Nu sudah jadi pemain utama, kalau performanya buruk, usaha kita sia-sia dong?" Zhou Yi langsung menebak niat Sun Pan, "Sun Pan, jangan-jangan kamu khawatir dengan barang-barang di kamarmu?"
"B-becanda! Siapa yang khawatir? Dengan kelincahanku, sampai sekarang belum ada satupun barang yang rusak kena tendangannya!" Sun Pan buru-buru membela diri, gagap karena gugup.
"Guo Nu meniru gaya kamu!" Skill provokasi Zhou Yi langsung keluar dengan lancar.
Wajah Guo Nu memerah.
Tapi Sun Pan tidak termakan: "Aku meniru dia? Rasanya mustahil!"
Namun Guo Nu malah termakan, wajahnya semakin merah...
Yang Muge segera melerai: "Sudah-sudah, ayo kita cepat selesaikan makan..."
Setelah makan, keempatnya kembali ke kamar Sun Pan dan Yang Muge untuk latihan. Karena Zhou Yi sudah menghabiskan kopi gratis di kamarnya siang tadi, Guo Nu membawa kopi instan gratis dari kamarnya sendiri sebagai ucapan terima kasih.
Begitulah keseharian Zhou Yi. Sementara orang lain penasaran dengan kehidupan di negeri asing, di sela-sela latihan resmi, dia justru mengurung diri di kamar untuk berlatih khusus bersama teman-temannya.
Selama periode ini, mereka juga pernah bertemu dengan kru syuting yang datang untuk mengambil gambar, tetapi dihalau oleh Sun Pan dengan alasan – pelatihan khusus seperti ini tentu tidak boleh muncul di televisi...
……
Hari demi hari berlalu, jarak pertandingan melawan Borussia Dortmund semakin dekat.
Pada malam terakhir sebelum pertandingan, Zhou Yi dan yang lain melakukan latihan khusus seperti biasa.
Tapi kali ini, Guo Nu yang sebelumnya performanya semakin membaik justru sering melakukan kesalahan.
"Lao Guo, kamu gugup?" tanya Zhou Yi setelah Guo Nu dengan lancar "gugup-gugup".
"T-tidak." Guo Nu menyangkal.
"Mengakui kegugupanmu tidak memalukan. Aku tahu ini pertandingan yang menentukan nasibmu, jadi wajar jika gugup sebelum bertanding." Zhou Yi membimbing. "Tapi cara utama mengatasi masalah psikologismu adalah belajar menghadapi perasaanmu sendiri. Jika gugup, akui saja dengan lapang dada. Usiamu yang sudah..."
"Aku lebih muda darimu!" Guo Nu segera membantah, seolah otaknya dipasangi filter kata kunci yang langsung bereaksi saat mendengar kata tertentu.
"Penampilanmu yang lebih tua, gagapmu, tinggi badanmu yang tidak ideal – semua ini bisa dihadapi dengan lapang dada. Saat kamu melakukan itu, tak ada yang bisa mengejekmu lagi atau menyakitimu dengan hal-hal ini. Ini semua bagian darimu. Menyangkal pun tak akan menghilangkannya. Buat apa melawan diri sendiri?"
"Pidato yang bagus!" Sun Pan yang selama ini mendengarkan tiba-tiba bertepuk tangan. "Kalau aku yang bicara, pasti tidak bisa sefasih ini, pantaslah anak SMA!"
“Kalau kamu, bakal bilang apa?” Yang Muge bertanya.
“Hmm…” Sun Pan berpikir sejenak, lalu berkata: “Kalau ada yang ngejekin lu, berusahalah jadi tai anjing! Begitu gak ada yang mau nginjek lu lagi!”
“……” Ekspresi Yang Muge menunjukkan kekecewaan, tapi ucapan seperti ini memang khas Sun Pan...
Ekspresi Guo Nu juga terlihat tidak nyaman.
Zhou Yi tiba-tiba menepuk bahu: “Bahasa kasarnya masih mengandung kebenaran! Ini sebenernya bentuk self-deprecating!”
Sun Pan mengacungkan jempol ke Zhou Yi: “Gue salut! Emang cocok jadi soulmate gue!”
“Haha! Gue emang jago nemuin kelebihan orang!”
Yang Muge membalas: “Kalau gitu, apa artinya kalau ada yang mau mukulin Lao Guo, dia harus mukulin diri sendiri dulu?”
Saling puji antara Zhou Yi dan Sun Pan tiba-tiba terhenti, senyum di wajah mereka membeku.
Setelah keheningan beberapa detik, Zhou Yi pura-pura tertawa: “Ayo, Lao Guo, kita lanjut latihan!”
……
Setelah latihan khusus sepanjang malam, mereka pun berpamitan pulang.
Di pintu, Yang Muge tiba-tiba bertanya pada Zhou Yi yang hendak pergi: “Zhou Yi, besok juga pertandingan pertamamu. Kamu gak grogi?”
Zhou Yi tersenyum: “Di kamus gue gak ada kata ‘grogi’!”
Setelah berkata begitu, dia meninggalkan bayangan gagah untuk Yang Muge sambil berbalik pergi.
Kembali ke kamarnya sendiri, He Ying sudah tidur. Zhou Yi dengan hati-hati menyelesaikan persiapan tidur, melepas pakaian, dan segera terlelap. Seperti yang dikatakannya, dia sudah kebal terhadap kafein. Berapa pun kopi yang diminum, tetap bisa tidur dalam lima menit.
Masuk ke alam mimpi berarti memasuki lapangan latihan FIFAOL3.
"Chu Ling, kali ini atur pertandingan melawan tim junior Borussia Dortmund untukku."
Chu Ling terkejut: "Bukannya kamu bersumpah akan mengalahkan tim junior Barcelona?"
"Itu tujuan jangka panjang. Sekarang ada target jangka pendek yang mendesak," jelas Zhou Yi. "Aku dapat hak starter melawan tim junior Dortmund. Ingin mempelajari lawanku."
"Oh begitu," Chu Ling mengangguk paham. "Pilihan yang tepat."
Sekejap mata, Zhou Yi sudah berada di lapangan. Tapi dia tidak langsung memulai pertandingan. Dengan kesadarannya, dia membuka panel pengaturan di udara, mencari kolom tim tamu, lalu mengecek data pemain tim junior Dortmund satu per satu.
Mengenal diri dan lawan, seratus pertempuran takkan gagal.
Kebijaksanaan leluhur tetap relevan hingga kini.
Untuk bermain bagus di pertandingan, perlu persiapan spesifik yang membutuhkan pemahaman akan lawan.
Tanpa tahu kekuatan, karakteristik teknik, dan gaya bermain lawan, di lapangan hanya akan bermain secara insting tanpa arah.
“Zhou Yi tidak percaya instingnya bisa mengubahnya menjadi pemain kelas dunia dalam sekejap, karena insting fisik juga perlu ditingkatkan dan diperkuat melalui latihan intensif.”
Setelah melihat sekilas, pandangan Zhou Yi tertahan pada data seorang pemuda.
Meski usianya sedikit lebih muda, lahir tahun 1992, setahun lebih muda darinya, tapi statistik atributnya adalah yang terbaik di seluruh tim muda Borussia Dortmund.
“Orang ini luar biasa...” gumam Zhou Yi takjub.
Ia khusus mencatat nama orang tersebut: Mario Götze.
Tapi sebagai gelandang serang, posisinya tidak berhadapan langsung dengan Götze, juga tidak perlu menandanginya. Namun ia turut merasakan sakit kepala Yang Muge. Berhadapan dengan pemain ini di pertandingan benar-benar bukan hal mudah...
Setelah meninjau semua data pemain muda Borussia Dortmund, Zhou Yi menutup panel virtual lalu berkata pada Chu Ling: “Pertandingan bisa dimulai.”
Peluit berbunyi, pertandingan dimulai!
