Saat menginjak lapangan, Zhou Yi menoleh mengamati pemain muda Borussia Dortmund satu per satu, mencocokkan mereka dengan tim dalam mimpinya.
Akhirnya pandangannya tertuju pada Mario Götze.
Götze yang berwajah babyface mengenakan ban kapten, menimbulkan kesan kontras yang sulit dijelaskan.
Yang Muge yang melihat Zhou Yi terus menatap pemain Borussia Dortmund, mengira dia gugup, lalu menghiburnya: "Zhou Yi tenang, nanti aku akan melindungimu. Kamu bisa fokus mengoper, mengontrol bola, dan mengatur serangan."
Setelah berlatih bersama sekian lama, Yang Muge paham betul gaya permainan dan kemampuan Zhou Yi. Menurutnya, visi operan Zhou Yi sangat unik - bisa melihat celah yang tak terlihat orang lain. Namun kelemahannya jelas: fisiknya lemah. Meski sudah latihan kekuatan dan stamina dua bulan selama TC di dalam negeri, itu belum cukup untuk pertandingan Eropa.
Meski bisa memberikan umpan brilian, dia juga bisa kehilangan bola saat berbenturan fisik dengan lawan.
Maka tugasnya adalah merebut kembali bola untuknya, lalu mengoper balik agar Zhou Yi bisa terus mengatur serangan.
"Terima kasih, Yang Muge. Tapi kurasa kamu harus lebih waspada pada orang itu." Zhou Yi menyentakkan dagu ke arah Götze.
"Götze?" Yang Muge melirik.
"Ya, dia jantungnya Dortmund. Kecepatannya biasa saja, tapi dribelnya tajam. Hati-hati. Dia suka menusuk pertahanan lalu membagi bola saat dijepit." Zhou Yi membagikan pengamatannya saat bertarung melawan Götze dalam sistem.
“Apa kamu sangat mengenalnya?” Yang Muge terlihat heran. Menurutnya, Zhou Yi tidak mungkin pernah menonton pertandingan Götze sebelumnya, dan seharusnya ini pertama kalinya dia mendengar nama Götze?
“Uh... tidak, ini hasil observasiku...” Zhou Yi buru-buru mencari alasan, dia memang kesulitan menjelaskan hal ini kepada Yang Muge.
“Apa kamu pernah melihatnya bermain sebelumnya?” Yang Muge semakin penasaran.
“Tidak, ini berdasarkan pengamatan fisiknya.”
“Fisik? Bagaimana bisa menilai gaya bermainnya dari fisik?” Alis Yang Muge berkerut.
“Begini, lihat wajah Götze yang cukup bulat, kan?” Zhou Yi mulai serius mengarang cerita.
“Iya.” Yang Muge mengangguk.
“Wajahnya bulat menandakan dia bukan tipe pemain cepat. Pemain cepat biasanya berwajah panjang. Coba lihat Liu Xiang, wajahnya panjang kan? Lalu Bolt, juga tidak berwajah bulat. Selain itu, lihat dadanya yang besar. Dada besar meningkatkan hambatan udara, pasti larinya lambat! Lihatlah pelari sprint wanita, bukankah dada mereka rata seperti bandara?”
Yang Muge benar-benar merenungkan hubungan antara bentuk wajah, ukuran dada, dan kecepatan. Jika Sun Pan mendengar omongan Zhou Yi ini, pasti akan memberikan tatapan sinis.
Saat Yang Muge mulai berpikir, Zhou Yi segera minggat. Dia tidak berani lagi berdiri di dekat Yang Muge, khawatir ditanya: “Lalu Lao Guo? Wajahnya bulat tapi larinya juga cepat...”
Masa iya dia harus bilang itu karena tubuh Lao Guo pendek dan langkahnya cepat sehingga larinya kencang?
……
Saat pemain kedua tim sudah berdiri di lapangan dan siap memulai pertandingan, Liang Qiqi dan Yang Fei juga duduk di bangku cadangan. Mereka menyilangkan tangan di dada, bersandar di sandaran kursi, duduk dengan sikap percaya diri, menunjukkan ekspresi seperti sedang menanti pertunjukan menarik.
Wasit meniup peluit, pertandingan dimulai.
Götze segera menunjukkan kemampuan yang melampaui semua pemain di sekitarnya dalam serangan. Dia bergerak di sisi lapangan, menggiring bola lalu tiba-tiba memotong ke dalam, menghadapi gelandang bertahan Tim China Yang Muge. Dengan gerakan tipuan indah, dia berhasil menggeser keseimbangan Yang Muge.
Setelah melewati Yang Muge, Götze terus menggiring bola menuju area penalti.
Di tepi kotak penalti, dia melakukan gerakan tipuan seolah akan menendang, membuat Guo Nu yang baru masuk sebagai starter tergelincir melakukan sliding tackle.
Tapi itu hanya tipuan. Dia menarik bola melewati Guo Nu dan menerobos ke kotak penalti.
Namun tarikan bolanya agak terlalu keras. Bola yang ditariknya berhasil dijangkau oleh bek tengah lainnya Liu Nian yang tepat waktu datang, kemudian ditendang keras keluar lapangan.
"Huh!" Di bangku pelatih Tim China, asisten pelatih Xu Yang menghela napas lega - Seandainya Liu Nian lebih lambat sedikit, mungkin Götze sudah merebut kembali bola...
Dari pertahanan ini terlihat penyesuaian yang dilakukan cukup efektif, menghindari celah di belakang Guo Nu setelah pressingnya dimanfaatkan lawan.
Tapi di sisi pemain cadangan, tidak ada perasaan lolos dari maut seperti ini.
"Lihat, kan sudah kubilang!" Liang Qiqi mendengus. "Anjing gila itu cuma tahu menekan, pakai gocek sederhana saja sudah cukup! Tenang, Yang Fei, dia tak akan lama lagi sombong di lapangan. Entah dikartumerah karena sliding tackle atau digantikan olehmu."
Yang Fei tersenyum.
Adegan seperti inilah yang diharapkannya.
Xu Yang menghela napas lalu geleng-geleng ke Hao Dong: "Guo Nu terlalu gegabah..."
"Bukannya dari awal kita memang memanfaatkan itu?" Ekspresi Hao Dong masih tenang. "Kita bertaruh pada momentum pressing-nya. Ledakan tenaganya memang yang terbaik di tim."
"Tapi risikonya tidak terlalu besar?" Xu Yang agak khawatir.
"Tidak apa, lagian kita sudah tidak punya apa-apa lagi untuk dikalahkan," Hao Dong membuka tangan.
Taktik pressing agresif Guo Nu, halusnya disebut memaksimalkan keunggulan individu, kasarannya seperti mengobati kuda lumpuh. Hao Dong pun tidak yakin apakah Guo Nu bisa menjalankan taktik ini. Tapi sekalipun gagal, paling-paling kalah 0-9 lagi.
……
Guo Nu terbaring, menoleh melihat Liu Nian menendang bola jauh-jauh. Baru ia lega, tapi jantungnya masih berdebar kencang - bayangkan jika kesalahan di awal pertandingan menyebabkan kebobolan, mungkin ia sudah diganti sebelum babak pertama selesai?
"Lao Guo!" Zhou Yi berbalik melihat Guo Nu masih terkapar sambil menatap ke belakang, segera meneriakkan namanya.
Tapi setelah berteriak beberapa kali, Guo Nu tetap tidak bergerak, dia pun terpaksa berlari mendekat dan menarik Guo Nu bangun.
"Apa yang kamu lakukan?" tanyanya.
"Eh, Zhou, Zhou Yi..."
"Tadi kamu tampil bagus sekali." Zhou Yi buru-buru menghibur melihat keadaannya.
"Ta-tapi... aku membiarkannya lewat." Guo Nu menatap Götze.
"Tidak apa-apa. Mustahil kamu bisa 100% sukses bertahan. Kalau bisa, kamu sudah tidak di tim ini. Lagipula tugas pelatih memang menyuruhmu pressing, Liu Nian yang bertugas membersihkan kekacauanmu. Tidak perlu khawatir! Kamu bagus, teruskan seperti ini! Pasti bisa!"
Zhou Yi menggenggam bahu Guo Nu, membombardirnya dengan kata-kata, lalu melepaskannya dan berlari ke posisinya.
Guo Nu masih terdiam.
Aku bagus?
"Guo Nu, bertahan!" Penjaga gawang Sun Pan berteriak dari depan gawang, membuatnya tersentak dan buru-buru berlari ke posisi bertahan.
Tim muda Borussia Dortmund melempar bola ke dalam. Yang melempar adalah bek sayap mereka, pemuda berambut pirang bertubuh tinggi.
Dia memegang bola tidak langsung melempar, melainkan mengelap tangannya dengan kaos terlebih dahulu, lalu mundur 3-4 langkah sambil memeluk bola.
"Lemparan jauh! Waspada umpan lambung!"
Sun Pan langsung berteriak melihat situasi ini, sambil sendiri bergeser sedikit ke depan.
Begitu kata-katanya selesai, tim muda Borussia Dortmund langsung melempar bola. Benar-benar lemparan ke dalam ala "granat", bola dilempar keras oleh pemain ke area kotak penalti, meluncur langsung ke depan gawang.
Sebuah lemparan ke dalam berubah menjadi tendangan sudut.
……
Götze tidak ikut berebut sundulan karena bukan keahliannya. Tinggi 174 cm memang tidak punya keunggulan di antara para pemain jangkung di kotak penalti. Dia menunggu di luar garis kotak penalti untuk mengantisipasi bola kedua. Jika striker tim, Schneider, gagal menyundul dengan baik, dia bisa mengancam gawang lagi dengan menguasai bola kedua.
Tapi dia yakin itu tidak akan terjadi - Schneider yang setinggi 186 cm memang ahli menyundul. Makanya tim muda Borussia Dortmund menggunakan taktik lemparan "granat" ini.
Liu Nian dan striker nomor 9 tim muda Borussia Dortmund berlompat untuk menyundul. Namun sejak awal lompatan, dia sudah ditekan oleh orang itu. Mustahil baginya mencapai bola, dia hanya bisa mencoba menekan tubuhnya ke tubuh lawan untuk mengganggu.
Tapi rasanya seperti menabrak tembok, orang itu tidak bergerak sama sekali.
Ini akan buruk...
Liu Nian berpikir dengan putus asa.
Tapi tepat di saat itu, dia merasakan angin menerpa belakang kepalanya.
Disusul suara "brak" yang berat.
Tembok yang dia sandari itu goyah.
Dia menduga ada sesuatu terjadi di atas kepalanya, tapi sayangnya dia tidak bisa melihat karena kepalanya tertunduk ditekan.
Liu Nian meski tidak bisa melihat, ada yang bisa melihat.
Götze yang bersiap merebut bola mati kedua di depan garis kotak penalti melihatnya, Sun Pan yang membuka kedua tangan di depan gawang siap menyambut bola juga melihatnya, Zhou Yi dan Yang Muge melihatnya, He Ying yang menunggu peluang serangan balik di lingkaran tengah melihatnya, Yang Fei dan Liang Qiqi yang duduk di bangku cadangan siap menyaksikan pertunjukan ternganga... Semua orang di lapangan maupun di luar melihatnya.
Tepat ketika Schneider menekan Liu Nian untuk menyundul bola, tiba-tiba seseorang muncul dari udara, menyambar bola lebih dulu sebelum Schneider!
Tubuhnya yang tak bisa mengerem langsung menubruk Schneider, membuat Schneider kehilangan keseimbangan. Orang itu menindihnya dari udara dan menjatuhkannya!
Guo Nu!
Dia bukan melompat untuk menyundul, tapi terbang untuk merebut bola!
Hao Dong bangkit berdiri dari kursi pelatih.
……
Setelah menyundul bola, Guo Nu juga kehilangan keseimbangan. Dia menindih Schneider yang menindih Liu Nian. Bertiga mereka jatuh bertumpuk seperti pagoda dari udara ke tanah.
Saat dua orang lainnya belum bangun, Guo Nu sudah menepuk tangan dan mendorong kaki, melompat kembali dari tanah.
Dia mendongak ke langit dan meraung: "Ah——!"
Teriakan ini mengeluarkan semua kekesalan yang terpendam di dadanya.
Bola yang disundulnya tidak meluncur ke arah Götze, tapi sedikit melenceng ke arah diagonal belakang Götze.
Di sana, terdapat sebuah ruang dengan diameter sekitar enam meter.
Di dalam ruang ini, hanya ada satu orang - Zhou Yi.
Zhou Yi mengontrol bola yang diumpan Guo Nu dengan dada, kemudian tanpa berbalik badan, ia menginjak bola sejenak sebelum membelakangi arah serangan dan mengoper ke Yang Muge yang berada tak jauh di sampingnya.
Setelah mengoper, ia cepat-cepat berbalik dan berlari menyerong ke depan sambil berteriak ke Yang Muge: "Oper ke sini!"
Yang Muge tanpa ragu langsung mengirimkan bola yang baru saja diterimanya.
Zhou Yi telah meninggalkan ruang kosong sebelumnya - yang kini sudah tertutup - dan berpindah ke ruang kosong baru yang tercipta karena pemain Borussia Dortmund U-19 mengisi posisinya yang lama.
Ia kembali menerima bola.
Hao Dong di pinggir lapangan menggenggam erat kepalanya.
……
Zhou Yi menguasai bola. Salah satu penyerang, Zhang Tao, sedang berlari kencang ke tengah sambil mengangkat tangan memberi isyarat agar Zhou Yi mengoper kepadanya - ini situasi serangan balik!
Tapi Zhou Yi meliriknya sebentar, lalu menendang bola ke sisi lain menuju ruang sempit berjarak sekitar sepuluh meter darinya.
Di sana, He Ying tiba-tiba muncul, menerima umpan Zhou Yi, lalu membawa bola dengan cepat menuju kotak penalti Borussia Dortmund U-19!
Zhou Yi tidak melanjutkan lari setelah mengoper. Dari jarak tendangan pertama dan kecepatan He Ying mengejar bola, Zhou Yi merasa percuma ikut maju - sebelum ia sampai, He Ying pasti sudah menembak.
“Benar, tak lama kemudian He Ying melakukan potongan ke dalam kotak penalti, menghadapi kiper yang keluar dia memilih untuk melakukan tendangan melengkung.”
Bola melayang di udara membentuk garis lengkung, melewati jangkauan kiper Borussia Dortmund U-19, menuju sudut belakang gawang.
Pada detik itu, jantung banyak orang hampir berhenti berdetak...
Sampai akhirnya bola menyelinap keluar melewati tiang gawang.
“Ah!!!” Teriakan kecewa asisten pelatih Xu Yang menggema.
Di sampingnya, Hao Dong menghela napas panjang.
Tidak masuk... Sayang sekali!
Tapi Hao Dong melihat sesuatu yang berbeda dari serangan ini.
Sesuatu yang sangat langka bahkan tidak pernah terlihat dalam lima pertandingan sebelumnya.
Mungkin pertandingan ini benar-benar akan berbeda dengan lima laga sebelumnya?
