Pemain Tim China merayakan gol ketiga mereka. Dari cara perayaan mereka, orang takkan menyangka mereka sebenarnya tim yang tertinggal skor. Adegan ini lebih mirip situasi imbang atau balik unggul.
Pemain Borussia Dortmund U-20 yang melihat ini menunjukkan ekspresi meremehkan.
“Cuma masuk satu gol kebetulan, perlu seneng apa? Mereka tetap kalah!”
“Iya, iya, ini baru namanya hoki beneran...”
“Anak itu jelas mau crossing, tapi tendangannya melenceng jadi shooting, benar-benar hoki kotoran anjing!”
Saat semua meremehkan, Götze tiba-tiba berkata: "Tapi kalian tidak merasa kesal?"
Perkataan ini membuat semua terdiam.
Ya, mereka memang kesal. Justru karena kesal, mereka mencari alasan dengan meremehkan untuk menutupi perasaan sebenarnya.
Götze menoleh ke arah Tim China yang sudah selesai merayakan dan sedang berlari kembali, mengerumuni pemain nomor 16 yang mencetak gol.
Dirinya sudah mencetak hattrick dalam pertandingan ini plus satu assist, tapi kenapa tetap merasa pemain nomor 16 itu yang paling mencuri perhatian?
……
"Dua assist, satu gol! Cukup mengejutkan?" Xu Yang bersemangat bertanya pada Hao Dong.
"Penampilannya melebihi ekspektasi siapa pun!" Hao Dong juga senang. "Aku punya ide, Pelatih Xu. Mulai pertandingan ini, jadikan Zhou Yi sebagai inti tim, bukan He Ying. Tim harus berputar di sekitar Zhou Yi, dia yang mengendalikan permainan. Dia punya kemampuan itu!"
Xu Yang yang sedang bersemangat tidak keberatan, mengangguk: "Dengan performa seperti ini, dia sudah punya kredibilitas dan pengaruh sebagai inti tim!"
Liang Qiqi duduk terpaku di kursi. Rekan-rekan substitusi di sekitarnya berdiri bersorak menyambut gol, sementara dia tetap membeku seperti patung kayu.
Awalnya dia mengira setelah stamina Zhou Yi habis, performanya akan merosot drastis dan akhirnya gagal memikul tugas, sehingga digantikan oleh dirinya.
Tak disangka, bocah ini malah mencetak gol dalam kondisi seperti itu! Membuat penampilannya semakin meningkat!
Dengan performa seperti ini, bahkan Liang Qiqi sendiri tidak berani mengatakan bisa merebut posisi starter kembali dari tangan Zhou Yi...
Bukankah anak ini pemain amatir?
Bukankah dia yang paling lemah di tim kami?
Mengapa?
Mengapa begitu menonjol begitu masuk lapangan?
Klopp menggosok-gosokkan tangannya dengan bersemangat, cahaya emas memantul dari kacamata yang menutupi sorot matanya.
Ya, dia telah menemukan emas mentah. Meski belum sempurna, masa depannya menjanjikan.
Pada momen ini, Klopp telah mengambil keputusan.
……
Setelah pertandingan berlanjut, Borussia Dortmund melancarkan serangan gencar ke gawang Tim China. Mereka ingin menambah gol sebelum laga berakhir. Gol Zhou Yi mengubah skor menjadi 5-3: Skor yang tidak memuaskan bagi pemain muda Dortmund.
Sementara Tim China bermain bertahan total. Guo Nu, Yang Muge, dan Sun Pan aktif dalam lini belakang. Terutama Guo Nu, dengan fisik luar biasa, mampu bersaing setara dengan pemain Dortmund.
Pada saat ini, orang-orang baru menyadari bahwa Guo Nu selama ini telah terhambat oleh kekurangan karakternya. Sebenarnya, kemampuan fisiknya mungkin termasuk yang terbaik di Tim China ini. Meski tinggi badannya tidak begitu besar, lompatannya sangat luar biasa. Tubuhnya pendek dengan titik gravitasi rendah, sehingga kokoh dan sulit ditembus. Daya ledaknya kuat, kecepatan berputar tubuhnya tinggi.
Orang seperti ini yang bermain sebagai bek tengah cadangan, kinerjanya bahkan lebih baik daripada bek tengah utama...
Zhou Yi benar-benar kehabisan tenaga untuk berlari. Dia hanya berada di sekitar kotak penalti tim, melakukan pekerjaan pertahanan yang bersifat simbolis.
Yang Muge tahu kondisi Zhou Yi, jadi dia berlari lebih aktif untuk membantu menutupi area kosong Zhou Yi.
Bahkan He Ying pun menarik diri kembali untuk membantu pertahanan.
Di bawah pertahanan mati-matian yang kompak dari Tim China, sampai pertandingan berakhir, mereka berhasil mencegah Borussia Dortmund U-19 mencetak gol lagi!
Akhirnya para pemuda China kalah 3-5 melawan Borussia Dortmund U-19 di basis pelatihan Borussia Dortmund.
……
Meski kalah, saat pertandingan berakhir, para pemain dan pelatih Tim China, bahkan termasuk kru produksi, semuanya terlihat senang.
Setelah mengalami empat kekalahan beruntun tanpa mencetak satu gol pun, makna pertandingan ini sudah tidak bisa lagi diukur dengan sekadar menang atau kalah.
Bagi mereka, mencetak gol dan penampilan yang bagus di lapangan sudah merupakan kemajuan.
Percayalah, siapa pun yang menonton pertandingan ini seharusnya tidak akan lagi mengumpat dengan kata-kata kasar.
Kami kalah karena kemampuan kami memang tidak sebanding dengan lawan.
Tapi kekalahan bisa terjadi dengan berbagai cara, dan cara tim remaja China kalah dalam pertandingan hari ini justru membangkitkan semangat dan memberikan harapan.
Yang lebih penting dari hasil kemenangan atau kekalahan adalah semangat yang ditunjukkan. Kekalahan seperti empat pertandingan sebelumnya sama sekali tidak meninggalkan harapan.
Saat para pemain muda turun lapangan, asisten pelatih Xu Yang berdiri di pinggir lapangan, bertepuk tangan dengan mereka satu per satu: "Main bagus!" "Hebat!" "Penampilan bagus!" "Ada peningkatan!"
Dia memberikan dorongan dan penghiburan kepada anak-anak ini satu per satu.
Namun, wajah para remaja yang dihibur ini menunjukkan senyuman, sangat berbeda dengan ekspresi setelah pertandingan-pertandingan sebelumnya.
Ketika tiba giliran Zhou Yi, Xu Yang tidak hanya sekadar tepuk tangan, tapi langsung memeluknya.
"Dasar kau!" Dia bahkan mengacak-acak rambut Zhou Yi dengan mesra sampai berantakan.
Zhou Yi yang bersandar di pelukan Xu Yang sudah tak punya tenaga untuk melawan, membiarkan pelatihnya mengacak-acak gaya rambutnya.
Prinsip seperti "Kepala bisa patah, darah bisa tumpah, tapi gaya rambut harus tetap rapi" sudah tak perlu dipedulikan.
Di sisi lain, pelatih kepala Hao Dong sedang berjabat tangan dengan Ricken, kepala pelatih akademi Borussia Dortmund.
Rauball selaku ketua klub yang sibuk hanya menonton babak pertama lalu pergi.
"Jujur, saya terkejut, Hao. Level tim kalian melebihi perkiraan kami. Tiga gol itu sangat indah." Puji Ricken tulus.
Kali ini Hao Dong tidak memilih sikap rendah hati ala orang China: "Mereka adalah pemain terbaik kelompok usia 17 tahun di China saat ini!"
“Melihat mereka, saya yakin sepakbola negara kalian punya harapan di masa depan.” Kalimat Ricken ini tidak tahu apakah sekadar pujian basa-basi atau ucapan tulus karena termakan omong kosong Hao Dong.
Tapi yang pasti, kata-kata ini membuat pihak China senang semua.
……
Berbanding terbalik dengan kegembiraan anak-anak China yang kalah, penampilan pemain muda Borussia Dortmund setelah pertandingan justru sebaliknya.
Meski menang, mereka semua tidak terlihat bahagia.
Terutama di babak akhir pertandingan, setelah Tim China mencetak gol lagi, mereka mati-matian ingin memperbesar skor tapi tak kunjung berhasil. Rasanya seperti mereka yang kalah.
Bandingkan dengan pikiran mereka sebelum pertandingan yang mengira bisa menang dengan selisih dua digit.
Siapa sangka hanya mencetak lima gol, malah kebobolan tiga gol! Dua kali tertinggal dalam pertandingan, merekalah yang pertama kebobolan.
Ini benar-benar memalukan.
Jadi meski secara teknis menang, ekspresi wajah mereka semua tidak enak dilihat.
Götze juga tidak merayakan kemenangan setelah pertandingan. Baginya, ini bukan kemenangan, lebih tepat disebut kekalahan.
Matanya beralih ke pemain China yang kalah.
Dia melihat pemain nomor sepuluh yang mencetak gol berdiri di depan kamera, seorang kameramen China sedang mewawancarainya.
Sebagai pemain China yang mencetak dua gol dalam pertandingan ini, perlakuan seperti itu wajar saja.
Tapi Götze segera mengalihkan pandangannya ke orang lain, nomor enam belas Tim China.
Orang itu sedang ditopang kiper mereka, duduk di rumput tepi lapangan latihan dengan beberapa orang mengelilinginya.
Mereka sedang mengobrol, dia tertawa lelah namun tetap tersenyum.
Sebagai seorang Gelandang, Mario Götze memiliki kesan mendalam terhadap pemain nomor 16 ini selama pertandingan.
Memikirkan ini, tiba-tiba ia berjalan menghampiri nomor 16.
……
"Posisi pilar utama sudah aman!" Sun Pan mengurut otot paha Zhou Yi sambil berkata, "Liang Qiqi itu biar saja nempel di bangku cadangan! Ha!"
Zhou Yi tersenyum tanpa bicara. Bukan ingin pamer, tapi benar-benar kehabisan tenaga. Sebagai pemain pelajar, ia belum pernah mengalami pertandingan menit intensif selama 90 menit ini. Baik di liga sepakbola kampus, final audisi acara realitas, maupun latihan internal tim, tak ada yang sebanding.
Pertama kalinya bermain full 90 menit, benar-benar ujian berat bagi stamina pemain baru.
Ia kini memahami alasan pelatih kepala Hao Dong memaksanya latihan fisik dua minggu sebelum bergabung.
Andai dulu tak serius berlatih, pasti sudah diganti di babak pertama.
Ini baru level tim muda, belum liga profesional sebenarnya.
Target menjadi pemain profesional masih panjang. Banyak hal harus dilakukan untuk meningkatkan level pertandingan profesional.
Yang Muge sedang memijat otot kaki Yang Muge yang lain, juga memuji penampilan Zhou Yi: "Ya, dengan Zhou Yi di lapangan, permainanku jadi lebih tenang. Setidaknya tidak perlu baru saja maju menyerang, lalu harus segera mundur bertahan..."
Guo Nu berjongkok di sebelah Zhou Yi, berkata: "Te-terima kasih, Zhou Yi."
Meskipun tim kebobolan lima gol dalam pertandingan ini, Guo Nu melakukan kesalahan yang menyebabkan gol maupun yang tidak, dan sempat kehilangan emosi selama pertandingan. Namun setiap kali Zhou Yi langsung berteriak memanggilnya, membuatnya tetap tenang. Jika bukan karena Zhou Yi, dia tidak mungkin bisa bertahan di lapangan sampai pertandingan berakhir.
Zhou Yi akhirnya mulai pulih, menoleh ke Guo Nu sambil tersenyum: "Malam ini kita lanjutkan lagi, Lao Guo..."
"Apa? Masih mau?!" Sun Pan terkejut, "Uh, pertandingan baru saja berakhir. Lihat dirimu sudah kelelahan, menurutku malam ini kita istirahat saja, Zhou Yi?"
"Aku cuma duduk dan ngomong-ngomong, kenapa harus capek? Lao Guo, kamu capek?" Zhou Yi menoleh ke Guo Nu bertanya.
"Tidak capek!" Guo Nu spontan menjawab, lalu melihat tatapan membunuh dari Sun Pan yang mengarah padanya.
Dia mengkerutkan leher, tapi tidak mengubah pendiriannya.
Tiba-tiba seseorang muncul di samping mereka.
"Hai!" Dia menyapa dalam bahasa Jerman.
Ketika empat orang itu melihat siapa yang datang, mereka semua terkejut.
……
Bukan hanya Zhou Yi dan ketiga temannya yang terkejut, semua orang yang hadir juga terheran-heran. Saat Götze tiba-tiba mendekati Zhou Yi, seluruh perhatian tertuju ke area tersebut.
Mereka penasaran apa tujuan Götze mendatangi pemain Tim China tiba-tiba.
Bahkan Sebastian Ricken yang sedang berbicara dengan Hao Dong terlihat terkejut.
"Hello," Zhou Yi menyapa Götze dalam bahasa Inggris. Dia tidak asing dengan pemain ini karena dalam sistem virtual, dia sudah bertanding 32 kali melawannya.
Götze yang mendapat respons langsung dari Zhou Yi langsung dengan gesit melepas jersey Borussia Dortmund-nya dan mengulurkannya ke Zhou Yi.
Meski bahasa mereka berbeda, gerakan ini dimengerti semua orang – ini permintaan bertukar kaos!
"Gile, keren banget!" Sun Pan berkomentar takjub di samping.
Selain pertandingan ini, para pemain muda China sudah bermain 4 laga di Eropa. Dalam keempat pertandingan itu, tidak satu pun anggota Tim China berhasil bertukar kaos – karena lawan biasanya langsung pergi setelah jabat tangan usai pertandingan.
Tak disangka pertukaran kaos pertama justru terjadi pada Zhou Yi, dan... itu pun inisiatif dari pihak lawan!
Melakukan gerakan Götze, Zhou Yi buru-buru bangkit dari tanah. Dia paham maksud pemain Jerman itu.
Dengan cepat dia juga melepas kaosnya yang basah kuyup oleh keringat dan menyerahkannya ke Götze.
Saat menerima kaos tersebut, Götze berjabat tangan dengan Zhou Yi lalu memberi acungan jempol.
Meski tak mengucapkan sepatah kata pun, rangkaian gerakan ini jelas maknanya bahkan untuk orang paling bodoh sekalipun.
Jelas, dari begitu banyak pemain Tim China, hanya Zhou Yi yang mendapat pengakuan dan apresiasi dari bintang utama tim junior Borussia Dortmund.
He Ying yang sedang diwawancarai dan difilmkan kamera juga menoleh melihat Zhou Yi.
Kameramen pun mengarahkan lensanya ke sana.
Dia melihat Götze sedang bertukar jersey dengan Zhou Yi. Gerakan He Ying yang menoleh membuatnya mengira He Ying kecewa, padahal dalam pertandingan ini He Ying mencetak dua gol. Secara logika, seharusnya Götze yang mencari He Ying untuk bertukar jersey.
Maka dia menghibur: "Mungkin Götze melihatmu sedang diwawancarai, jadi dia memilih..."
Tak disangka He Ying menoleh kembali dan memotongnya: "Tidak, itu memang layak didapat Zhou Yi."
Senyum tipis namun tulus menghiasi wajahnya.
