Untuk pertandingan melawan Arsenal, Liang Qiqi kembali duduk di bangku cadangan.
Sebenarnya ini sudah bukan hal mengejutkan lagi. Sejak Hao Dong mengumumkan Zhou Yi sebagai inti organisasi tim, Liang Qiqi seharusnya paham bahwa posisinya turun jadi cadangan.
Di dalam tim, tidak seperti sebelumnya yang masih banyak orang mengelilinginya, hal ini membuatnya sangat kecewa.
Juga tidak rela menerima kenyataan.
Baginya mustahil menerima realita ini, tapi sekarang dia hanya bisa menunggu kesempatannya, seperti Zhou Yi yang dulu menunggu giliran.
Liang Qiqi tahu stamina Zhou Yi buruk, jadi dalam pertandingan intensif berturut-turut, pasti anak ini tidak akan bertahan.
Performa bagus di lapangan harus didukung stamina. Dia tidak percaya Zhou Yi bisa menunjukkan performa berarti saat bahkan lari saja sudah tidak kuat.
Saat stamina Zhou Yi drop atau performanya menurun, itu saatnya kesempatanku!
Kali ini, aku akan merebut kembali semua yang hilang!
Posisi pilar utama, dan penghargaan orang lain padaku!
……
Tim junior U-17 Arsenal juga sangat tangguh. Di dunia sepakbola Inggris, akademi muda Arsenal selalu terkenal, telah mencetak banyak bintang yang sekarang bersinar di liga profesional.
Arsène Wenger, manajer Arsenal ini juga terkenal karena menekankan pentingnya akademi dan kesediaannya memberikan kesempatan pada pemain muda.
Tim utama Arsenal memiliki banyak pemain muda yang dipromosikan dari akademi.
Beberapa dari pemain muda ini sudah menjadi pilar utama di tim utama, sementara yang lain biasanya berlatih dengan tim utama. Mereka mendapat kesempatan starter atau menjadi Pemain Cadangan di Piala Liga atau pertandingan liga yang kurang penting, namun sebagian besar waktu tetap bermain bersama tim muda.
Jadi sudah tidak tepat lagi menyebut mereka sekadar pemain akademi. Sebenarnya, mereka adalah pemain akademi yang sudah memenuhi kualifikasi untuk tim utama.
Hari ini, para pemain ini juga tampil dalam pertandingan melawan remaja China.
Seperti Gelandang Serang Jack Wilshere, gelandang bertahan Francis Coquelin, dan penyerang Gilles Sunu.
Ketiganya sudah menandatangani kontrak profesional, namun karena tim utama kelebihan pemain, mereka tidak mendapat jaminan waktu bermain reguler. Sebagian besar waktu mereka tetap bermain dengan tim muda.
Coquelin baru-baru ini mendapatkan debut liga profesionalnya saat Arsenal menghadapi Sheffield United di kandang, di mana ia masuk sebagai Pemain Cadangan dan membantu tim meraih kemenangan 6-0 atas Sheffield United.
Sementara Wilshere menjadi starter dalam pertandingan tersebut dan bahkan mencetak satu gol.
Jack Wilshere sudah dianggap sebagai figur inti yang akan memimpin timnas Inggris di masa depan. Bakatnya membuat media dan fans Inggris antusias.
Seseorang membandingkannya dengan Fàbregas. Sekarang sebagai kapten Arsenal, Fàbregas bermain di posisi gelandang. Saat pertama kali tampil untuk tim utama, usianya 16 tahun, sama seperti usia Wilshire.
Fans Arsenal membayangkan masa depan dengan lini tengah Arsenal diisi oleh Fàbregas dan Wilshire - pemandangan yang terlalu indah untuk dibayangkan...
Secara teori, tim muda Arsenal dengan skuat kuat seharusnya langsung menguasai ritme permainan sejak awal, lalu menyelesaikan pertandingan dengan cepat, menjadikan sisa waktu sebagai "waktu sampah".
Berdiri di pinggir lapangan latihan tim muda, Tim Kist dengan topi baseball-nya berpikir demikian.
Ini pertama kalinya dia menyaksikan permainan remaja China ini. Menurut analisisnya dari hasil pertandingan sebelumnya, seharusnya Tim China ini tidak terlalu kuat. Kalah dari Arsenal adalah hal wajar, yang jadi pertanyaan hanya berapa gol selisihnya.
Adapun pertandingan melawan tim muda Borussia Dortmund... Kist memilih untuk melupakannya.
Tapi ketika pertandingan dimulai, Kist menyadari situasinya tidak sesuai dengan bayangannya.
Pasukan muda Arsenal yang dipimpin Wilshire tidak mendominasi secara mutlak saat berhadapan dengan remaja China.
Sebaliknya, di lini tengah, situasinya justru cukup alot...
Kist tidak perlu sengaja mencari Zhou Yi di lapangan - bola akan membimbing pandangannya. Saat Tim China menguasai bola, pemain China lainnya hampir selalu mengoper ke satu orang yang sama.
Pemain yang mengenakan kaus nomor 16 Tim China itu adalah target pengamatan mereka, Zhou Yi.
Sekilas, operan Zhou Yi terlihat biasa saja tanpa variasi yang memukau. Tak ada operan spektakuler seperti menggunakan punggung kaki luar untuk mengirimkan umpan melengkung melewati tiga bek ke kaki rekan setim, atau umpan jarak 40 meter yang menyusur tanah dengan presisi pisau bedah melintasi dua bek yang menyapu, langsung ke kaki penyerang...
Setelah 15 menit pertandingan berjalan, operan semacam itu sama sekali tak terlihat dari kaki Kist.
Dia hanya terus bergerak, menerima bola, mengoper, lalu bergerak lagi, menerima lagi, mengoper lagi.
Banyak operannya merupakan umpan pendek 5-10 meter yang sederhana, hampir tanpa kesulitan teknis.
Tapi Kist, scout berpengalaman, tentu tak langsung menyimpulkan Zhou Yi sebagai pemain kacangan.
Dengan cepat ia menangkap makna tersirat dari operan-operan yang tampak biasa itu.
Matanya menyipit, mengamati setiap pergerakan dan operan Zhou Yi dengan saksama. Ia menemukan bahwa setiap tindakan Zhou Yi di lapangan sama sekali tak sesederhana yang terlihat, apalagi kebetulan.
Setiap langkahnya seolah dihitung matang, selalu tiba di ruang kosong untuk menerima umpan, sehingga hampir tak pernah mendapat gangguan saat mengontrol bola.
Begitu saja dia melakukan pergerakan, menerima bola, dan mengoper, ternyata bisa membuat Tim China bermain imbang di area gelandang melawan Arsenal Youth Team! Sudah 15 menit pertandingan berjalan, Arsenal Youth Team belum juga bisa mencetak gol! Dari sisi gelandang, kedua tim tampak seimbang!
Kist mulai sedikit memahami mengapa Klopp tertarik pada pemuda ini.
Ini adalah pemain bertipe Xavi!
Di Barcelona, Xavi selalu menjadi sosok yang tidak mencolok namun sangat penting. Bagi banyak orang, mungkin dia tidak sepopuler Ronaldinho asal Brasil atau secemerlang Lionel Messi sang jenius Argentina. Tapi mereka yang benar-benar memahami filosofi sepakbola Barcelona akan mengerti peran dan nilai Xavi di tim tersebut.
Pada masa awal pelatihan Rijkaard di Barcelona, posisi Xavi sebagai pilar utama belum stabil. Perannya di tim tidak sepenting Deco atau Ronaldinho.
Namun di akhir era kepelatihan Rijkaard, peran Xavi semakin menonjol.
Kini dengan Pep Guardiola - yang juga produk La Masia - melatih tim utama Barcelona, pentingnya Xavi langsung terasa.
Dia telah menjadi inti gelandang yang tak terbantahkan di tim ini.
Dengan koordinasi Iniesta, Busquets, dan Messi, Xavi berhasil mengorganisir lini tengah Barcelona dengan rapi.
Penemuan ini membuat Kist cukup terkejut.
Berdasarkan pengetahuannya tentang level sepak bola Tiongkok, sungguh tak disangka ada pemain unik seperti ini di antara pemain-pemain China.
Di klub domestik mana dia bermain di China?
……
Yang terkejut bukan hanya Tim Kiste, pencari bakat Borussia Dortmund, tapi juga Liam Brady, kepala pelatih akademi Arsenal yang menyaksikan pertandingan di pinggir lapangan.
Awalnya dia hanya menemani menonton pertandingan demi sopan santun kepada tamu dari China.
Tapi hanya dalam sepuluh menit, fokusnya mulai serius dan intens.
Tentu saja, dia tidak mengamati Wilshire - tentang tim muda Arsenal saat ini, dia sudah sangat paham, termasuk posisi dan karakteristik teknik setiap pemain muda.
Pandangannya tertuju pada nomor 16 Tim China.
Meski dalam sepuluh menit pertandingan, Zhou Yi belum memberikan umpan yang membahayakan gawang Arsenal.
Sebagai pelatih yang telah membina sepak bola remaja selama belasan tahun, ini murni insting sepak bola.
Dari setiap pergerakan Zhou Yi, dia mulai menangkap pola tertentu.
Pertandingan yang awalnya dianggap formal ini ternyata memberi penemuan baru. Tapi Brady tidak langsung mengambil kesimpulan.
Dia perlu observasi lebih lanjut. Dalam kariernya, dia telah melihat ribuan anak berbakat, beberapa bahkan punya talenta menyilaukan seperti matahari. Tapi akhirnya, mereka semua redup sebelum sempat bersinar.
Punya bakat tidak berarti seorang anak langsung punya kemampuan untuk meraih sukses di sepakbola profesional.
Brady diam-diam terus mengamati Zhou Yi.
……
Selain scout Borussia Dortmund dan direktur akademi Arsenal, yang mungkin lebih terkejut adalah Jack Wilshere di lapangan.
Awalnya dia tidak terlalu serius mengikuti pertandingan ini.
Baginya, ini hanya cara untuk menjaga kondisi permainan setelah gagal masuk daftar skuad tim utama.
Sejak tampil bagus dalam serangkaian laga pramusim bersama tim utama musim panas ini, target Wilshere adalah mengukuhkan diri di tim utama dan menjadi "Gunner" sejati.
Setelah tampil sebagai starter dan mencetak gol melawan Sheffield United di liga, pikirannya hampir sepenuhnya meninggalkan tim junior. Dia merasa kemampuan jauh di atas rata-rata di level kompetisi junior.
Pertandingan tim junior sudah tidak punya nilai pengembangan baginya. Dia butuh panggung lebih besar untuk menantang lawan lebih kuat.
Awalnya dia kecewa tidak masuk daftar pertandingan tim utama, moodnya turun, wajar kalau konsentrasinya buyar di laga junior ini.
Tapi setelah 15 menit, dia sadar pertandingan junior kali ini berbeda dari biasanya.
Sebelum pertandingan, mereka mendengar ini adalah tim muda dari China dan bagian rekaman acara realitas TV. Termasuk dia, semua pemain muda Arsenal merasa pertandingan ini pasti mudah dimenangkan, bisa diselesaikan dengan santai. Mungkin setelah pertandingan berakhir, seragam mereka bahkan tidak akan basah oleh keringat.
Tapi sekarang gol yang mereka kira akan datang dengan mudah terlambat muncul, dan belum tahu kapan akan datang.
Wilshire sudah merasakan tekanan.
Awalnya dia tidak menganggap serius lawannya. Sekarang saat mulai serius, dia justru menemukan di wilayah kekuasaannya - area gelandang, sepertinya dia bertemu dengan lawan yang sepadan...
