Lawan Wilshire tentu saja adalah Zhou Yi.
Tim muda Arsenal awalnya mengira mereka bisa dengan mudah merebut bola dari kaki para remaja China ini lalu melancarkan serangan.
Tapi kenyataannya, saat Tim China menguasai bola di gelandang, mereka tidak mudah direbut.
Bola berpindah-pindah di kaki pemain Tim China, kadang bahkan operan satu sentuhan beruntun tanpa jeda.
Meski hanya mengoper-ngoper bola, ini membuat pemain muda Arsenal seperti kelelahan mengejar.
Wilshire juga termasuk di dalamnya.
Meski dia pemain penyerang yang tidak ahli bertahan, tapi menghadapi tim yang jauh lebih lemah, wajar jika ikut merebut bola. Tapi setelah beberapa kali mencoba, dia sadar tidak bisa merebutnya - bola justru berputar-putar di sekelilingnya...
Wilshere yang terengah-engah menghentikan tindakan bodoh itu setelah menit ke-15.
Sejujurnya, perasaan seperti ini seharusnya merekalah yang memberikan kepada lawan.
Filosofi sepakbola Arsenal adalah mengoper, mengontrol, dan berlari. Operan, terutama kombinasi operan dan pergerakan antara dua atau tiga pemain dalam area kecil adalah inti sarinya.
Jadi sebelumnya selalu lawan mereka yang dibuat kewalahan oleh operan mereka. Kapan mulai mereka malah dipermainkan seperti ini oleh lawan?
Wilshere mulai serius merenungkan masalah ini.
Tak lama kemudian matanya tertuju pada pemain nomor 16 Tim China.
Dia menyadari, orang ini adalah inti gelandang Tim China, karena bola selalu mengalir ke arahnya dan dikeluarkan melalui operannya.
Daripada mengatakan Tim China yang menggerakkan pemain muda Arsenal, lebih tepat dikatakan orang inilah yang mengatur semuanya.
Dia menggunakan operan untuk memberi perintah, membuat pemain Tim China terus bergerak di lapangan, sekaligus memaksa pemain muda Arsenal berlarian seperti boneka yang dikendalikan talinya.
Dan semua ini diwujudkannya hanya melalui operan dan pergerakan dasar seperti itu.
Benarkah ada sosok sehebat ini di Tim China?
Apakah ini ahli misterius dari China yang penuh misteri?
……
"Penampilan Zhou Yi sungguh luar biasa! Berkat jasanya, sekarang kita bisa imbang melawan Arsenal di lapangan!" Asisten pelatih Xu Yang duduk di pinggir lapangan berkomentar. Ungkapan "berkat jasanya" menunjukkan Xu Yang sama sekali tidak menyembunyikan kekaguman dan pujiannya pada Zhou Yi.
Hao Dong juga merasa puas dengan penampilan Zhou Yi, tapi sekaligus khawatir: "Jangan senang dulu, Pelatih Xu. Masalah terbesar Zhou Yi adalah fisiknya, sampai sekarang dia belum pulih sepenuhnya setelah pertandingan terakhir."
Mendengar ini, ekspresi semangat Xu Yang memang memudar. Ia menghela napas: "Ah, kalau saja anak ini sejak kecil dilatih di sistem pelatihan profesional..."
"Itu belum tentu, Pelatih Xu. Bapak kan tahu bagaimana persyaratan fisik pemain di dalam negeri kita. Menurut saya, fisik anak ini mungkin bahkan tidak bisa melewati tes lari 12 menit. Hanya sedikit pelatih tim muda yang mau merekrutnya. Kalau begitu, mungkin dia sudah kehilangan minat pada sepakbola? Justru sekarang ini lebih baik, dia tumbuh diam-diam di tempat yang tidak tercemar hal-hal buruk, tanpa perhatian kita. Ketika akhirnya kita melihatnya, dia sudah mekar dengan indah untuk kita nikmati. Sungguh bagus."
"Memang begitu, tapi saya tetap berharap dia bisa tampil lebih baik. Dengan bakat seperti ini, seharusnya lebih banyak orang yang melihatnya. Bunganya juga seharusnya mekar lebih indah."
"Pelan-pelan saja, Pelatih Xu. Dia baru 17 tahun. Kebugaran fisik bisa dilatih, kekuatan juga bisa ditingkatkan. Tapi bagian ini..." Hao Dong menunjuk kepalanya, "...adalah bakat alami. Dia sudah lebih beruntung dari 99% orang. Setidaknya dia ikut program kita. Dari ribuan peserta audisi se-China, cuma dia yang terpilih. Kalau waktu final jurinya bukan saya, mungkin dia sudah tersingkir?"
Saat mengucapkan ini, Hao Dong tiba-tiba tersenyum.
Dia teringat Zhou Yi yang tertidur di bangku cadangan selama pertandingan final yang penting itu!
Anak ini... selain punya otak encer, mungkin juga punya mental baja sejak lahir.
……
Kekhawatiran Hao Dong beralasan. Kebugaran Zhou Yi yang buruk bukan rahasia di tim. Saat melawan Borussia Dortmund, dia bermain penuh 90 menit untuk pertama kalinya dengan performa maksimal, memberikan beban berat pada fisiknya.
Meski sudah lima hari sejak pertandingan terakhir, kebugaran Zhou Yi belum pulih sepenuhnya.
Bahkan dalam kondisi terbaik pun, dia sulit bertahan sepanjang pertandingan.
Pertandingan sebelumnya, Hao Dong terpaksa mempertahankannya di lapangan karena tidak ada pengganti, dengan dalih "melihat performanya saat kelelahan". Walau Zhou Yi mengejutkan semua orang dengan gol di menit akhir, cara ini jelas tidak bisa diandalkan jangka panjang.
Apalagi gaya bermain Zhou Yi sebenarnya sangat membutuhkan kemampuan lari, karena dia harus terus mencari celah di lapangan. Mencari celah tidak bisa hanya dengan mata, harus menggunakan kedua kaki. Baru dianggap menemukan celah jika sudah berlari ke sana, hanya melihat tidak ada gunanya.
Dia harus terus berlari di lapangan, dari satu celah ke celah berikutnya.
Lari seperti ini meski bukan sprint, jika dilakukan selama 90 menit penuh, diperkirakan akan mencapai lebih dari 10.000 meter.
Saat bermain sepakbola sekolah, Zhou Yi berposisi sebagai penyerang yang tidak perlu banyak berlari. Dalam pertandingan 90 menit, mungkin dia hanya berlari sekitar 2.000 meter - perlu diketahui, rata-rata jarak lari pemain liga profesional China (CSL) per pertandingan hanya sekitar 7.000 meter. Beberapa pemain bahkan hanya berlari 3.000-an meter per pertandingan. Di sepakbola domestik China saat ini, pemain yang bisa berlari 10.000 meter per pertandingan bisa dihitung jari.
Dengan daya tahan Zhou Yi saat ini, memang sulit bertahan lama. Sebenarnya tidak hanya Zhou Yi, pemain lain juga mengalami masalah daya tahan dengan tingkat berbeda. Tapi performa mereka tidak seekstrim Zhou Yi karena berbagai alasan: ada yang berpengalaman dalam mengatur stamina, ada juga yang malas bermain - lebih memilih diam berdiri daripada berjalan, lebih memilih jalan kaki daripada lari...
Hanya Zhou Yi yang terus bergerak tanpa henti, sehingga konsumsi energinya lebih besar.
……
Setelah tiga puluh menit, kontrol Tim China di lini tengah mulai merosot tajam. Akhirnya tim muda Arsenal bisa mendominasi sepenuhnya.
Ancaman serangan mereka pun mulai terlihat.
Sun Pan bekerja keras menangkis serangan Arsenal, Guo Nu juga menerima kartu kuning menjelang akhir babak pertama.
Untuk sementara waktu, gawang Tim China seperti berada dalam ancaman terus-menerus.
Hao Dong juga berdiri dari kursinya, mendekati pinggir lapangan. Ia melihat jam di pergelangan tangan, babak pertama sudah berjalan 40 menit.
Kemudian ia mengangkat kepala dan menatap lapangan dengan tegang.
Saat tim ditekan Arsenal, Zhou Yi menghilang dari lapangan. Dalam bertahan dia benar-benar tak bisa berbuat banyak. Begitu stamina habis, serangan pun tak berkutik.
Hao Dong mengeratkan bibir. Meski tak rela, dia harus menggantinya saat istirahat babak pertama...
……
Ketika wasit meniup peluit akhir babak pertama, skor sementara bertahan 0-0.
Hasil ini sulit diterima pemain muda Arsenal. Mereka tak percaya gagal mencetak gol di babak pertama!
Padahal mereka mengira pertandingan bisa diakhiri di babak pertama...
Kontras dengan mereka, pemain China justru gembira dengan hasil 0-0 ini.
Setidaknya dalam 15 menit terakhir babak pertama, mereka benar-benar dihajar Arsenal namun beruntung tak kebobolan.
Ini adalah hasil imbang tanpa kebobolan!
Saat peluit babak pertama berbunyi, beberapa pemain China bahkan mengangkat tinju penuh semangat, merayakan hasil ini.
Hanya Zhou Yi yang tetap berdiri di tempat, tidak berjalan ke pinggir lapangan maupun ikut merayakan.
“Tangan terkulai, punggung sedikit membungkuk, berdiri di tempat tanpa bergerak.”
Yang Muge datang dan memegang lengan serta bahu Zhou Yi: “Tidak apa-apa?”
Zhou Yi menoleh sambil tersenyum padanya, tapi tidak berbicara karena kehabisan tenaga. Dia begitu lelah hingga hanya ingin berdiri di situ, melangkah satu langkah saja terasa seperti menguras sisa-sisa tenaga di tubuhnya.
Yang Muge tahu Zhou Yi sudah terlalu lelah untuk berjalan. Dia menyangga tubuh Zhou Yi menuju pinggir lapangan.
Sun Pan juga berlari dari depan gawang, bertanya khawatir: “Kram?”
Zhou Yi tak sanggup bicara, hanya menggeleng.
“Mungkin hanya kelelahan,” tebak Yang Muge.
Zhou Yi mengangguk.
“Aku saja!” Sun Pan mengambil alih Zhou Yi dari Yang Muge. Tubuhnya yang hampir 190 cm dengan postur kekar membuatnya seperti menggendong anak ayam saat menyangga Zhou Yi.
……
Di ruang ganti, pelatih tim muda Arsenal, Steve Bould, sangat kecewa dengan performa tim di babak pertama.
“Kalian adalah Arsenal! Meski belum genap 18 tahun, seragam yang kalian kenakan adalah seragam Arsenal. Orang-orang melihat seragam ini, yang terpikir bukan ‘tim muda’ tapi ‘Arsenal’! Di babak pertama kita bahkan tidak bisa mencetak satu gol? Ini tidak masuk akal! Apa kalian kurang tidur semalam?!”
Seluruh pemain menunduk dicaci pelatih. Sebenarnya tanpa dimarahi pun hati mereka sudah sakit.
Performa babak pertama memang buruk.
Semua orang diam-diam bertekad dalam hati, di babak kedua harus mencetak lebih banyak gol ke lawan, harus meraih kemenangan telak untuk menghapus aib ini!
Sementara itu, di ruang ganti Tim China, Hao Dong sedang mengatur susunan pemain untuk babak kedua, dia mengganti Zhou Yi yang kelelahan.
Semua orang bisa langsung melihat bahwa Zhou Yi tidak mungkin sanggup bertahan sampai akhir pertandingan.
Liang Qiqi diam-diam merasa senang—tentu dia tidak berani menunjukkan perasaan ini—dia tidak menyangka Zhou Yi hanya bertahan satu babak, jadi masih tersisa 45 menit untuknya, dia harus memanfaatkan kesempatan ini untuk menunjukkan kemampuan.
Merebut kembali posisi starter dengan performa nyata!
