Bab 48: Dua Tim yang Berbeda

　　Saat babak kedua dimulai, Wilshere menyadari dia tidak bisa menemukan pemain nomor 16 Tim China di lapangan. 　　Dia terkejut, kemudian melihat nomor 16 itu di bangku cadangan. 　　Wilshere teringat situasi yang dilihatnya di akhir babak pertama, nomor 16 itu dipapah turun oleh rekan setimnya. 　　Apa dia cedera? 　　Sangat disayangkan... 　　Wilshere menghela napas dalam hati. 　　Dia masih ingin bertarung sengit dengan nomor 16 ini di babak kedua. 　　…… 　　Yang juga kecewa adalah Kist, tidak menyangka observasi pertama terhadap permainan Zhou Yi hanya bertahan satu babak. 　　Dia memiliki kesan baik terhadap performa Zhou Yi di babak pertama yang menghancurkan stereotipnya tentang sepak bola Tiongkok. 　　Saat dia ingin terus mengamati Zhou Yi, Zhou Yi justru diganti. 　　Kenapa dia diganti? 　　Kist sedikit bisa menebak—Zhou Yi mengalami masalah kebugaran fisik. 　　Ini membuat Kist harus menulis ulang evaluasinya terhadap Zhou Yi. 　　Jika stamina Zhou Yi tidak memadai, bakat sehebat apapun akan sia-sia. 　　Sepakbola modern dibangun di atas dasar lari, baik gelandang, bek, maupun penyerang—semua butuh mobilitas tinggi. 　　Tanpa lari, mustahil memenangkan pertandingan. 　　Di era 1960-an, rata-rata jarak lari pemain hanya sekitar 6.000 meter, sementara gelandang modern sekarang dengan mudah mencapai 10.000 meter. 　　Sprint pemain tahun 1960-an hanya 10% dari total jarak lari, sedangkan kini rata-rata sprint pemain mencapai 2.500 meter dengan 50% teknik dilakukan dalam tekanan kecepatan tinggi. 　　Tuntutan kebugaran fisik pemain sepakbola modern telah mencapai level yang jauh lebih tinggi. 　　Stamina yang buruk hampir sama dengan ketidakmampuan bertahan di level sepakbola top. 　　Dia bisa melihat peluang, tapi tak sanggup mencapai posisi itu—maka semua strategi tim dan upayanya menjadi sia-sia. 　　Kist tidak menonton pertandingan Tim China melawan Borussia Dortmund U-20 sebelumnya, tapi Klopp mengaku menyaksikan seluruh pertandingan. Mengapa stamina Zhou Yi turun drastis di laga ini? 　　Tampaknya dua pertandingan intensif berturut-turut telah menghabiskan cadangan tenaga terakhirnya. 　　Stamina yang tidak bisa bertanding secara beruntun juga benar-benar membuat orang tidak merasa tenang... 　　Kist mencatat evaluasi "kondisi stamina Zhou Yi mengkhawatirkan" di buku catatan mentalnya. 　　Segala yang dia lihat dan analisis akan disampaikan kembali kepada Klopp untuk membantu pelatih membuat keputusan tepat. 　　Liam Brady juga terlihat kecewa, dia ingin mengamati lebih lama pemain nomor 16 itu. 　　Namun performa Zhou Yi di babak pertama sudah cukup membuat Brady mulai tertarik padanya. 　　…… 　　Tanpa Zhou Yi, kendali Tim China di lini tengah merosot drastis. Liang Qiqi yang menggantikannya sama sekali tidak mampu menjalankan tugas ini. 　　Karena terlalu ingin tampil lebih baik dari Zhou Yi, setiap kali bola sampai di kaki Liang Qiqi, dia selalu mencoba lebih banyak menggiring bola dan menembus pertahanan dengan trik-trik mewah. 　　Namun trik-trik sederhananya yang mungkin terlihat menonjol di Tim China, justru terlihat seperti menunjukkan keahlian menebang pohon di depan dewa hutan saat berhadapan dengan pemain muda Arsenal. 　　Gerak tipuannya tidak memiliki daya pengelabuan. Setiap kali dia memegang bola, serangan Tim China praktis berakhir. 　　Tidak bisa menyambungkan lini belakang-depan, tidak bisa memberikan umpan maut ke He Ying, apalagi mengontrol ritme pertandingan. 　　Performa Tim China langsung kembali ke level sebelum pertandingan melawan Borussia Dortmund. 　　Pemain muda Arsenal yang dimarahi habis-habisan oleh pelatih di ruang ganti sedang menyimpan amarah. Melihat performa Tim China tiba-tiba jauh lebih buruk dibanding babak pertama, mereka tidak sempat memikirkan alasannya - yang penting bisa mencetak gol. 　　Baru delapan menit babak kedua, tim muda Arsenal sudah mencetak gol melalui Surnu, dengan assist dari Jack Wilshere. 　　Gol ini bagai air bah yang menerobos bendungan. 　　Selanjutnya, gol datang sambung-menyambung. 　　Tak lama, tim muda Arsenal unggul 4-0. 　　Sementara di sisi Tim China, setelah Zhou Yi diganti, permainan kembali kacau seperti semula. 　　Liang Qiqi terus kehilangan bola di lini tengah. Dua dari empat gol lawan berasal dari kesalahan operannya yang direbut lawan untuk serangan balik. 　　"Ah..." Xu Yang menghela napas. "Kami memilih Liang Qiqi karena skill teknisnya bagus, siapa sangka performanya justru payah begini..." 　　"Skill bagusnya cuma terlihat di latihan tanpa tekanan lawan," kata Hao Dong. "Lagipula di klub asalnya saja dia bukan pilar utama, pasti ada alasannya..." 　　"Zhou Yi dan Liang Qiqi dibandingkan, langsung ketahuan siapa yang lebih hebat." 　　Hao Dong diam seribu bahasa. 　　Masalah terbesarnya sekarang adalah stamina Zhou Yi. 　　Jika dipaksa main penuh 90 menit setiap pertandingan, Zhou Yi pasti tidak akan bertahan lama. 　　Bagaimana memanfaatkan kemampuan Zhou Yi secara berkelanjutan, ini adalah masalah yang dihadapi Hao Dong. 　　…… 　　Zhou Yi duduk di bangku cadangan, menyaksikan langsung perubahan drastis tim setelah dia turun, melihat Liang Qiqi berkali-kali kehilangan bola di lapangan hingga terlihat kebingungan. 　　Ini seolah menunjukkan Tim China dengan dan tanpa dirinya adalah dua tim yang berbeda sama sekali, membuktikan dia telah menjadi inti tak tergantikan tim ini. 　　Tapi ini sama sekali tidak membuatnya merasa senang. 　　Saat itu Liang Qiqi sedang menguasai bola di area pertahanan, alih-alih segera mengoper, dia malah berusaha berputar dan menerobos paksa. 　　Tapi saat dia mencoba menerobos, Francis Coquelin tiba-tiba merebut bola, lalu mengoper ke Jack Wilshere yang pura-pura mau mengoper tapi malah dribel melewati Yang Muge yang bersiap menyundul, menghindari tekel terbang Guo Nu, lalu menerjang ke kotak penalti. 　　Dengan tendangan chip yang akurat, bola melengkung melewati jemari kiper Sun Pan, masuk ke gawang. 　　5:0！ 　　Arsenal yang tak mencetak gol di babak pertama, di babak kedua langsung membabi buta, mencetak lima gol dalam 30 menit! 　　Ini bisa disebut sebagai "pembantaian". 　　Melihat Liang Qiqi kehilangan bola yang menyebabkan tim kebobolan, Zhou Yi yang duduk di bangku cadangan meletakkan handuk di atas kepalanya, menyembunyikan wajahnya di balik bayangan handuk. Bukan karena tidak tega melihat performa buruk Liang Qiqi, juga bukan karena tidak tega menyaksikan kekalahan tim. 　　Tim pernah mengalami kekalahan yang lebih memalukan dari ini, bahkan setelah pertandingan dia masih bisa tersenyum menghibur Sun Pan, "Kegagalan adalah ibu dari kesuksesan." 　　Kali ini bukan frustasi karena kebobolan lima gol, juga bukan kemarahan karena kekalahan. 　　Dia tidak rela. 　　Bukan karena kalah yang membuatnya tidak rela. 　　Tapi ketidakrelaan terhadap dirinya sendiri. 　　Jika stamina ku lebih baik... Lebih baik lagi... Lebih baik lagi! 　　Bagaimana mungkin sampai seperti ini? 　　Saat ini, Zhou Yi teringat pada "lari pagi" yang pernah dia lakukan berkali-kali di masa lalu - semangat sesaat yang hanya bertahan beberapa hari lalu menghilang tanpa hasil. 　　Jika saat itu dia terus bertahan, mungkin sekarang tidak akan separah ini? 　　Dia juga teringat pengaturan latihan dari pelatih Hao Dong di hari pertama bergabung dengan tim. 　　Dua minggu itu bagaikan neraka baginya, tapi sekarang Zhou Yi berharap bisa kembali ke neraka itu selama dua bulan lagi. 　　Dia mengepal tinjunya. 　　…… 　　Setelah mencetak gol, Wilshire tidak merayakannya. Baginya, gol seperti ini tidak layak dirayakan, kemenangan seperti ini juga tidak pantas untuk pesta besar-besaran. 　　Tim China sudah benar-benar kehilangan semangat juang. Mengalahkan lawan lembek seperti ini tidak memberi kepuasan sama sekali. 　　Wilshire sebenarnya ingin bertarung melawan nomor 16. 　　Ia mengarahkan pandangannya ke bangku cadangan Tim China. Dia melihat pemain nomor 16 yang menutupi kepala dengan handuk, sama sekali tidak mengangkat kepala untuk melihat lapangan. 　　Setelah mencetak gol ini, Jack Wilshere langsung diganti. Dengan skor seperti ini, tak ada alasan untuk membiarkan pilar utama tetap di lapangan. 　　Wilshere, Coquelin, dan Sunu diganti secara berturut-turut. 　　Menjelang akhir pertandingan, Arsenal mencetak dua gol lagi. Skor 0-7, Tim China kembali menelan kekalahan telak. 　　Setelah kekalahan 3-5 dari Borussia Dortmund U-19 yang sempat memberikan harapan, mereka kembali menunjukkan performa aslinya yang buruk. 　　Saat pertandingan berakhir, Liang Qiqi berdiri seperti patung di lapangan. Dia tak percaya bahwa setelah dirinya masuk, tim justru kebobolan tujuh gol, dengan empat di antaranya berkaitan langsung dengannya. 　　Bukannya setelah aku masuk akan menyelamatkan situasi dan memimpin tim mengalahkan Arsenal? 　　Kenapa tidak sesuai dengan skenario yang kutunggu?! 　　Sutradara! Sutradara! Mereka tidak mengikuti naskah yang sudah disepakati! 　　Rekan satu tim yang frustrasi berjalan melewatinya menuju pintu keluar, tapi tak satu pun mau menatapnya. 　　Bahkan Zhang Tao yang biasanya selalu duduk semeja saat makan, kini menunduk dan melewati Liang Qiqi seperti menganggapnya udara. 　　Alasan kekalahan memalukan ini dan siapa biang keroknya, semua orang sudah paham dalam hati. 　　Zhou Yi membutuhkan satu pertandingan untuk membangun wibawa dan posisinya di antara rekan setimnya, sementara Liang Qiqi hanya memerlukan 45 menit untuk menghancurkan posisinya sendiri di tim. 　　Dari aspek ini, dia justru lebih unggul daripada Zhou Yi... 　　…… 　　Zhou Yi bangkit dari bangku cadangan, melepas handuk di kepalanya, dan masuk ke lapangan menyambut teman-temannya. 　　Kekalahan membuat semua orang tidak senang, terlihat jelas dari ekspresi wajah mereka. Dia berniat menghibur teman-temannya. 　　Setelah pertandingan berakhir, emosinya sudah stabil, namun rekan setimnya jelas baru mulai merasakan pahitnya kekalahan telak. 　　Sebenarnya ekspresi seperti ini sudah lama tidak muncul di tim ini, hanya terjadi setelah kekalahan 0-12 melawan Barcelona di pertandingan pertama. 　　Bukan karena terlalu sering kalah, tapi karena kalah tanpa perlawanan. Mau tidak mau harus menerima hasilnya. Alami saja tidak ada rasa tidak rela atau kesal terhadap kekalahan. 　　Tapi kali ini berbeda. Setelah kekalahan 3-5 dari Borussia Dortmund di pertandingan sebelumnya, banyak yang mulai menyalakan kembali api harapan. 　　Tidak berharap mengalahkan tim muda Arsenal, setidaknya bisa mencetak gol dan bersaing di lapangan seperti melawan tim muda Dortmund sebelumnya. 　　Di babak pertama, selain gagal mencetak gol, target lainnya sudah tercapai. 　　Saat bertanding, semua orang tidak lagi berada dalam kondisi "asal-asalan" yang tidak bersemangat dan hanya bertahan hidup. 　　Tapi ketika Zhou Yi kehabisan tenaga dan digantikan Liang Qiqi, situasi langsung memburuk drastis. 　　Awalnya semua orang juga tidak menyangka situasi akan seburuk ini setelah Liang Qiqi masuk. 　　Sekarang baru mereka sadar si Liang Qiqi ini benar-benar... bencana! 　　Jauh kalah dibanding Zhou Yi! Selama latihan teknik kakinya bagus sekali, apa itu ekor sapi, putaran Marseille, putaran Cruyff... saat pertandingan semuanya nggak mempan! Buat apa! 　　…… 　　Baru setengah jalan, Zhou Yi sudah dihadang seseorang. 　　Zhou Yi menatap orang itu dengan terkejut. 　　Jack Wilshere.