"Eh, Chu Ling. Apakah ada 'golden finger' di sistem ini yang bisa meningkatkan stamina fisikku?"
Ini adalah kalimat pertama Zhou Yi setelah bertemu Chu Ling.
Chu Ling menggelengkan kepala: "Kamu ingin meningkatkan stamina dengan latihan di sini? Efektivitasnya sangat minim."
"Eh..." Zhou Yi kecewa sambil menggaruk kepalanya. "Bukannya sebelumnya kamu bilang latihan untuk tubuh dan otak sama efektifnya?"
"Efektif, tapi efek latihan fisik sangat kecil. Bukan tidak ada efek sama sekali, hanya jika dibandingkan dengan latihan otakmu, perbedaannya sangat besar. Tidak layak menginvestasikan banyak tenaga dan waktu untuk itu. Peningkatan latihan fisik terutama tetap mengandalkan latihanmu di dunia nyata." Lanjut Chu Ling.
"Jadi latihan stamina di sini percuma saja?"
“Lebih baik digunakan untuk meningkatkan kesadaran dan taktikmu, mengumpulkan pengalaman yang cukup. Sepak bola pada dasarnya adalah permainan pengalaman. Meski kamu berbakat luar biasa, tetap butuh banyak pengalaman. Tanpa itu, kamu tak akan tahu cara menangani setiap bola dalam pertandingan dengan tepat.”
“Mengerti, paham…” Zhou Yi mengangguk-angguk sambil berkata dengan sedih: “Kalau begitu mari kita mulai…”
Bagi dirinya, prioritas utama saat ini adalah kebugaran fisik. Tapi latihan fisik tak bisa dilakukan dalam mimpi. Benar-benar seperti air jauh tak bisa memadamkan haus saat ini.
Jadi dia membuat keputusan: “Chu Ling, bisakah kamu membangunkanku satu jam lebih awal dari biasanya?”
Sistem dalam otak ini juga bisa berfungsi sebagai alarm. Hal ini baru Zhou Yi temukan saat latihan dalam tidur. Mirip seperti jam biologis, di titik tertentu orang akan terbangun secara otomatis.
Hanya saja jam biologis tak bisa diatur waktu sebelumnya seperti alarm yang pasti membangunkan tepat pada waktunya.
Tapi sekarang dengan adanya Chu Ling, Zhou Yi bisa dengan bebas mengatur jam biologisnya sendiri.
Jika ingin bangun jam tujuh, pasti akan terjaga tepat pukul tujuh.
“Mengapa harus satu jam lebih awal?” tanya Chu Ling.
“Aku mau olahraga pagi.”
“Baik, tidak masalah.” Chu Ling menunduk diam sebentar, lalu menatap Zhou Yi: “Alarm sudah diatur, akan membangunkanmu pukul tujuh pagi.”
……
Tepat pukul tujuh pagi, Zhou Yi membuka matanya dari tidur.
Dia menoleh melihat tempat tidur sebelah. He Ying masih tertidur lelap tanpa gerakan.
Sungguh luar biasa… Ini pertama kalinya aku bangun lebih awal darinya… Pikiran itu muncul di benak Zhou Yi saat melihat He Ying tertidur.
Kemudian dia membuka selimut dan melihat dirinya hanya mengenakan celana dalam. Zhou Yi tidak mempermasalahkannya, meski kemarin dia tidak ingat bagaimana cara melepas pakaian atau berbaring di tempat tidur, pastilah Sun Pan dan yang lain yang membantu merapikannya.
Saat bangun dari tempat tidur, Zhou Yi merasakan tubuhnya agak pegal, ini mungkin efek samping dari latihan berlebihan kemarin.
Tapi menurut Guo Nu si maniak olahraga itu, ini normal. Akumulasi stamina justru dicapai dengan terus menerus menguras tenaga hingga batas maksimal untuk meningkatkan kapasitas latihan. Orang biasa yang mulai berlatih awalnya mungkin hanya bisa lari 1 kilometer sebelum kelelahan, besoknya badan terasa sakit, tapi jika terus berlatih, lama-lama bisa mencapai 2 kilometer, 3 kilometer, bahkan akhirnya lari 10 kilometer nonstop pun bukan masalah.
Inilah adaptasi tubuh.
Latihan fisik memang bertujuan membuat tubuh beradaptasi dengan intensitas tersebut.
Zhou Yi mengerti teorinya, tapi... tetap saja sakit!
Sambil mengerenyit kesakitan, dia perlahan bangun dan mulai mengenakan baju serta sepatu.
Sebelum memakai sepatu, matanya tertumbuk pada sepasang beban pasir yang diletakkan di samping sepatu.
Itu harta kesayangan Lao Guo.
Zhou Yi mengikat beban pasir itu di betisnya sebelum memakai sepatu.
Setelah sepatu terpasang, dia perlahan turun dari tempat tidur dan mulai meregangkan tubuh dengan gerakan membentang dada dan menekuk kaki, yang kembali membuatnya mengerenyit kesakitan.
Setelah melakukannya berulang kali, Zhou Yi merasa akhirnya dia bisa beradaptasi dengan rasa sakit ini, sehingga tidak perlu mengerang kesakitan setiap kali melakukan gerakan.
Mungkin ini yang disebut tubuh mulai terbiasa?
Setelah pemanasan, Zhou Yi keluar dengan hati-hati untuk melakukan lari pagi.
……
Saat He Ying membuka matanya, langit di luar jendela masih remang-remang. Dia membuka selimut, turun dari tempat tidur, dan mulai mengenakan pakaian untuk mempersiapkan latihan pagi sehari-hari.
Tapi ketika dia selesai berpakaian dan bangun, dia terkejut menemukan tempat tidur di sebelahnya kosong!
Selimut terbuka lebar, Zhou Yi tidak ada di atasnya.
Apa anak ini pergi ke kamar mandi?
He Ying mendekati pintu kamar mandi - pintu terbuka dan tidak ada seorang pun di dalamnya.
He Ying kemudian memeriksa sisi lain tempat tidur Zhou Yi - dia khawatir Zhou Yi mungkin terguling ke sisi lain saat tidur.
Tapi tidak ada apa-apa di karpet sisi itu juga.
Sungguh aneh...
He Ying menggelengkan kepala. Kini Zhou Yi semakin misterius, seperti naga yang hanya terlihat kepala namun tidak ekornya.
Entah apa yang sedang dia lakukan.
He Ying tidak terlalu memikirkannya. Dia membasuh muka dengan air dingin, mengenakan sepatu, dan pergi untuk lari pagi.
Rutinitas lari pagi setiap hari, hidup teratur, menyukai ketenangan dan membaca. Di antara pemain bola Tiongkok, He Ying benar-benar termasuk kategori langka.
……
Saat He Ying baru saja bangun, Zhou Yi baru saja keluar dari pintu utama hotel.
Dia berdiri di pinggir jalan memandangi jalanan yang sepi, lampu jalan masih belum padam, menyebarkan bintik-bintik kuning di aspal.
Suhu pagi Oktober di Eropa masih terasa dingin, Zhou Yi yang baru keluar dari selimut hangat tak bisa menahan tubuhnya menggigil.
Tetaplah harus lari, dengan berlari pasti akan lebih hangat.
Zhou Yi belok ke kiri, melanjutkan lari menyusuri jalan.
Tak lama setelah dia pergi, He Ying juga keluar dari lobi hotel, lalu berbelok ke jalan sebelah kanan.
……
Seperti ilusi, ketika Zhou Yi mengangkat tangan melihat jam elektronik di pergelangannya, dia menyadari sudah berlari setengah jam tapi... rasanya tidak selelah kemarin. Kemarin juga baru setengah jam sudah teriak tak kuat.
Apakah ini berarti tubuhku sudah mulai beradaptasi secara bertahap?
Penemuan ini membuat Zhou Yi bersemangat, lalu dia memutuskan untuk berlari setengah jam lagi!
Tapi sepuluh menit kemudian, Zhou Yi mulai menyesal karena merasakan kembali sensasi sesak napas seperti di treadmill kemarin...
Kaki juga terasa berat bagai diisi timah - meski bukan timah, tapi seperti diisi pasir...
Sial, ternyata cuma lebih baik sepuluh menit dari kemarin!
Zhou Yi merasa kecewa, kemajuan kecil ini sama sekali tak memberinya rasa pencapaian.
Dia terengah-engah berlari kembali, kecepatan sudah jauh menurun dibanding awal tadi karena benar-benar tak sanggup berlari kencang.
Saat hampir tiba di hotel, dia sudah berjalan sangat pelan dengan mulut menganga, terengah-engah, dan keringat bercucuran. Tubuhnya membungkuk seolah setiap saat bisa terjatuh.
Tapi akhirnya dia berhasil merangkak kembali ke hotel, tidak sampai benar-benar terbaring di luar.
Setelah masuk hotel, Zhou Yi perlahan merayap ke kamar lalu langsung menuju kamar mandi. Tanpa melepas pakaian, dia langsung memutar keran shower. Dengan lemas dia bersandar di dinding, membiarkan air dingin mengguyur dari atas kepala. Tapi Zhou Yi sama sekali tidak merasa dingin, badannya penuh keringat dan kepanasan.
Air dingin menyirami tubuhnya selama beberapa saat sebelum akhirnya berubah menjadi air hangat.
Zhou Yi tetap tidak bergerak. Tubuhnya yang bersandar di dinding perlahan melorot hingga akhirnya duduk di lantai. Dia merasakan detak jantungnya sangat-sangat kencang, seakan ingin melompat keluar dari tenggorokan.
Dari awal berangkat sampai kembali, perjalanan ini memakan waktu satu jam empat puluh menit. Waktu terbanyak dihabiskan di separuh perjalanan terakhir karena kelelahan ekstrim. Tanpa pegangan untuk menopang tubuh, Zhou Yi akhirnya hanya bisa berjalan daripada berlari. Beberapa kali dalam proses ini dia benar-benar merasa seperti akan mati, kelelahan sampai tidak bisa bernapas. Setiap melangkah terasa seperti menguras semua tenaga di tubuhnya.
Dalam satu jam empat puluh menit ini, Zhou Yi sendiri tidak tahu berapa kali muncul pikiran "Besok gue enggak lari lagi!", terutama di bagian akhir, pikiran ini muncul sangat sering dan sudah menjadi keputusan - besok gue benar-benar enggak lari, mati-matian juga enggak!
Duduk di dalam air entah berapa lama, barulah Zhou Yi merasa sedikit nyaman, perlahan bangkit dan bersiap melepas baju untuk mandi.
Saat melepas baju yang sudah basah kuyup, Zhou Yi melihat jam elektronik yang masih menempel di pergelangan tangannya.
Jam elektronik dengan kombinasi hitam dan biru ini adalah hadiah ulang tahunnya yang ke-17, dibeli Ayah dari counter merek internasional ternama di dalam negeri. Ayah tidak menyebut harganya, tapi kemudian Zhou Yi pernah cek sendiri di internet, harga resminya 3.000 yuan, fiturnya keren banget - sensor ganda yang bisa mengukur ketinggian, tekanan udara, suhu, dilengkapi baterai tenaga surya, klaim tahan air hingga 200 meter, tahan guncangan 10 meter, koreksi waktu otomatis via gelombang radio...
Untuk menguji apakah jam ini benar-benar tahan air, Zhou Yi pernah merendamnya di baskom berisi air, tapi ketahuan Ibu yang kemudian memarahinya habis-habisan: "Katanya tahan air 200 meter, apa kamu mau coba lempar ke Danau Utara?!"
Zhou Yi dengan wajah memelas berkata: "Tapi Danau Utara juga tidak sedalam 200 meter kan?"
Lalu kepalanya langsung kena pukulan buku jari Ibu di kening...
Tapi efek tahan air jam ini terbukti memang bagus, tidak perlu dilepas saat mandi atau aktivitas lainnya sama sekali tidak masalah.
Melihat benda termahal yang melekat di tubuhnya ini, Zhou Yi teringat pada ayahnya.
Sudah lebih dari sebulan di Eropa, sejujurnya dia jarang memikirkan orang tua di rumah. Karena biaya telepon internasional mahal, dia bahkan tak pernah menelepon. Pikirannya dipenuhi gemerlap Eropa dan sepak bolanya, terbuai dalam semangat menantang klub-klub elite Eropa.
Rumah nun jauh di sana hanyalah simbol, tanpa makna khusus.
Tapi sekarang, melihat jam tangan ini, dia teringat keluarganya, teringat kedua orang tuanya.
Dia teringat ayah yang mendampinginya selama audisi, sibuk mondar-mandir mengurus ini-itu. Ayahnya menghabiskan cuti tahunan berbayar 10 hari, bahkan meminta izin tambahan pada atasan hingga bonus bulanannya hangus.
Dia teringat ibu di stasiun kereta yang tak setuju dengan tekadnya: "Zhou Yi, aku ibumu. Aku paling paham sifatmu. Banyak hal tak bisa kau pertahankan lebih dari tiga hari. Katamu akan mengerahkan seluruh usaha? Tapi aku tak pernah melihatmu benar-benar berusaha maksimal."
Saat itu dia kesal ibu kandungnya sendiri tak percaya padanya.
Tapi kini... Ibu bilang tiga hari, sementara dirinya bahkan tak bertahan satu hari.
Benar-benar ibu kandung sejati!
Sebelum berangkat, dia sempat ingin pamer: "Aku tak akan pulang kalau tidak sukses!" Kini dia sadar ibu benar - mengumbar kata adalah hal termurah dan termudah di dunia.
Tapi... maukah terus diremehkan oleh ibu sendiri?
Bagaimana nanti aku harus menghadapi Ibu dan Ayah setelah pulang ke rumah?
Tidak boleh, ini terlalu memalukan!
Zhou Yi mengatupkan gigi, besok, lusa, dan hari-hari berikutnya... Aku harus lari pagi setiap hari seperti hari ini!
Aku tidak percaya kalau aku tidak bisa sukses!
