Zhou Yi baru saja selesai mandi dan mengganti pakaian ketika He Ying kembali.
Melihat rambut Zhou Yi masih basah, dia terlihat agak terkejut.
Zhou Yi yang melihat He Ying langsung refleks menyapa dengan gaya khas daerah He Ying: "Sudah makan?"
He Ying juga refleks mengangguk, lalu terus memandangi Zhou Yi dengan tatapan penasaran, terutama pada rambutnya.
Zhou Yi tentu menyadarinya, tapi dia tak bisa menjelaskan hal ini pada He Ying, hanya berkata singkat: "Oh, aku baru mandi... Aku juga mau makan dulu!"
Setelah berkata demikian, dia langsung kabur keluar kamar.
He Ying menggelengkan kepala sambil melihat punggung Zhou Yi yang buru-buru pergi.
Kemudian dia berbelok ke kamar mandi untuk cuci tangan.
Tapi saat mencelupkan tangan ke wastafel, air tidak keluar dari keran malah menetes ke lehernya, membuat He Ying kaget dan menarik lehernya sambil menengadah ke atas.
Seketika matanya membelalak - di atas kepalanya tergantung beberapa pakaian basah yang terus meneteskan air!
Biasanya Zhou Yi mandi juga tidak pernah mencuci pakaian di kamar mandi...
Apa yang sedang dilakukan anak ini?
……
Sun Pan, Yang Muge, dan Guo Nu duduk bersama makan sarapan sambil membicarakan Zhou Yi, karena sebelumnya mereka mengetuk pintu kamar Zhou Yi tapi tidak ada jawaban.
"Jangan-jangan masih tertidur sampai sekarang?" Yang Muge mengerutkan kening.
"A-ada kemungkinan." Guo Nu berkata, "Setelah latihan keras seperti kemarin, tubuh biasanya a-akan sangat lelah..."
"Bangsat! Mana mungkin lebih lelah dari aku?!" Sun Pan yang memiliki lingkaran hitam di mata dan mata merah mengumpat.
Yang Muge memandang Sun Pan yang terlihat lesu, tersenyum tanpa bicara.
Guo Nu mengkerutkan lehernya, juga diam.
"Semua salah si bocah itu! Kalau ketemu pasti kuminta dia traktir!" Sun Pan berkata dengan garang, tiba-tiba tersadar: "Menurut kalian, jangan-jangan dia sengaja menghindar karena takut ketemu aku?"
"Zhou Yi bukan tipe orang seperti itu." Yang Muge menggelengkan kepala.
"Be-benar!" Guo Nu memberanikan diri membantah Sun Pan untuk pertama kalinya.
"Di-diam kau!" Sun Pan membalas.
Guo Nu mengkerutkan lehernya lagi, tidak bersuara. "Anjing Gila" yang ditakuti semua orang ini sekarang terlihat seperti husky yang jinak...
Ketiganya pun diam. Tanpa Zhou Yi, suasana meja makan terasa kehilangan sesuatu yang spesial. Mereka hanya makan dalam keheningan.
Ketika makanan hampir habis, tiba-tiba sebuah piring penuh makanan ditaruh di kursi kosong itu.
“Sial, cuma telat dikit, restoran udah hampir nggak ada makanan yang tersisa……”
Ketiga orang itu serentak mengangkat kepala, melihat wajah jijik Zhou Yi.
“Gila, lu nggak mati toh!” Sun Pan berteriak duluan. “Kita ke kamar lu buat manggil makan, pintu hampir dihancurin, nggak dengar jawaban. Kirain lu udah mati. Makanya kita putusin habis sarapan baru lapor polisi.”
“Apaan sih, kalau nunggu kalian selesai makan baru lapor, mayatku udah bau dah!” Zhou Yi mendengus.
“Masa expired-mu cuma empat puluh menit setelah buka kemasan?” Sun Pan memutar matanya. Komentar Zhou Yi ini bikin dia bingung mau ngejek gimana lagi.
Yang Muge tersenyum melihat mereka berdebat – anggota spesial yang hilang itu sudah kembali. Baru pas atmosfer berempat begini.
Guo Nu penasaran kenapa Zhou Yi telat makan: “I-iya, Zhou Yi, kenapa hari ini telat banget?”
“Ah, tadi pagi aku lari pagi.”
“Lari pagi?” Ketiganya kaget. Sudah dua bulan lebih kenal Zhou Yi, belum pernah lihat dia lari pagi.
Zhou Yi menggelengkan kepala: “Iya, dengerin. Kalian juga harus coba lari pagi. Habis lari rasanya kayak lahir kembali, kayak phoenix bangkit dari abu!”
“Kelelahan setengah mati kan?” Sun Pan langsung menohok, mengabaikan omongan muluk Zhou Yi.
Sebenarnya tidak hanya dia, Yang Muge dan Guo Nu juga bisa melihat, meski semangat Zhou Yi masih baik, kelelahan dan pucat di wajahnya tak bisa disembunyikan. Lari pagi ini pasti tidak semudah yang dia katakan...
"Tidak ada." Kemampuan Zhou Yi berbohong secara spontan sudah menjadi refleks.
"Pasti ada!"
"Benar-benar tidak ada." Zhou Yi tetap tenang.
"Cih." Sun Pan tidak percaya.
Zhou Yi menunjuk lingkaran hitam di mata Sun Pan: "Hei, Sun Pan, kenapa matamu hitam begitu? Kemarin malam tidak bisa tidur?"
Jika tadi Sun Pan menusuk tepat ke sasaran, sekarang Zhou Yi seperti menghunjamkan pisau ke luka Sun Pan yang baru saja berkeropeng.
Sun Pan langsung berdiri: "Aku sudah kenyang!"
Tidak bisa tetap di sini lagi, kalau terus duduk dia akan jadi sasaran tembak!
Guo Nu tidak terbawa ritme cekcok Sun Pan dan Zhou Yi, dia melihat wajah lelah Zhou Yi lalu tiba-tiba berkata: "Zhou, Zhou Yi. Besok pagi kalau lari... ajak aku, aku temani. Kalau ada... masalah, aku bisa... bantu."
"Aku ikut juga." Yang Muge segera menyambung, lalu menoleh ke Sun Pan.
Sun Pan cepat-cepat geleng tangan: "Jangan lihat aku, aku tidak bisa bangun pagi! Lagian, aku kiper, buat apa kiper harus lari kencang?"
"Bukannya kamu suka keluar area penalti untuk bertahan? Tetap butuh kemampuan lari kan?" Kata Yang Muge.
“Lao Yang, kamu baru bersama Zhou Yi berapa lama, jangan hanya meniru kekurangan orang lain, oke!” Sun Pan menutupi dada dengan sedih dan marah, “Melihat orang sejujur kamu bisa menusuk dari belakang, tahukah kamu betapa sakitnya hatiku!”
……
Dalam latihan, asisten pelatih Xu Yang menemukan sikap latihan Zhou Yi menjadi lebih serius dibanding sebelumnya, terutama di bagian latihan fisik dan kekuatan.
Namun Xu Yang tidak terkejut dengan perubahan Zhou Yi ini.
Pasti pertandingan kemarin yang telah merangsangnya.
Memang anak ini tertinggal terlalu jauh dalam hal kondisi fisik, tapi selama dia mau berlatih dengan tekun seperti ini, masih mungkin untuk mengejar ketertinggalan.
Xu Yang bahkan lebih tua dari Hao Dong, merupakan anggota tertua di tim pelatih. Ciri khas pelatih aliran lama adalah sangat memperhatikan sikap latihan. Metode latihan ilmiah mungkin kurang diperhatikan, tapi mereka pasti memperketat sikap latihan, berlatih sampai titik darah penghabisan sering menjadi senjata andalan mereka. Pemain yang paling giat dan gigih dalam latihan biasanya favorit mereka.
Pelatih seperti ini perlahan tersingkir karena metode latihannya tidak bisa mengikuti perkembangan sepakbola profesional modern, seperti tes lari 12 menit yang digantikan oleh tes kebugaran YOYO.
Namun, pelatih gaya lama seperti ini bukan tidak berguna sama sekali. Paling tidak, penekanan mereka pada sikap latihan dan volume latihan tidak akan pernah ketinggalan zaman. Tapi sepak bola Tiongkok justru bergerak dari satu ekstrem ke ekstrem lainnya - dari penekanan berlebihan pada fisik dengan lari 10.000 meter setiap hari, hingga sekarang yang dianggap baik jika rata-rata lari per pertandingan hanya 6.000-7.000 meter. Jejak perkembangan sepak bola Tiongkok benar-benar membuat orang menghela nafas...
……
Malam harinya, Zhou Yi kembali melakukan latihan fisik di gym hotel dengan bantuan tiga temannya. Guo Nu dan Yang Muge tetap menemani berlari di kiri-kanannya, sementara Sun Pan menonton dari samping.
Tapi bukan berarti Sun Pan tidak membantu atau sama sekali tidak berguna.
Paling tidak, akhirnya tetap Sun Pan yang menggendong Zhou Yi kembali ke kamar.
Dua malam berturut-turut, He Ying melihat teman sekamarnya digendong pulang oleh Sun Pan. Dia terkejut, tapi tidak bertanya pada tiga orang yang belum dikenalnya dengan baik.
Setelah Sun Pan dan yang lain pergi, He Ying menatap Zhou Yi yang tertidur pulas tengkurap di tempat tidur, lalu menghela nafas - Sepertinya malam ini dia harus membuka pakaiannya lagi...
……
Pagi-pagi saat Zhou Yi sudah berpakaian rapi, mengikat kantong pasir di betisnya, dan tiba di lobi hotel, dia terkejut menemukan Guo Nu dan Yang Muge di pintu masuk.
"Kalian benar-benar ikut lari denganku?" Dia heran.
"Tentu. Paling tidak sampai kamu bisa pulang ke kamar sendiri setiap malam, kami akan tetap menemanimu lari untuk menghindari hal yang tidak diinginkan." Kata Yang Muge.
"Be-Betul." Guo Nu mengangguk.
Zhou Yi melihat dua orang yang bersenjata lengkap berencana lari bersamanya, lalu menggaruk kepalanya: "Aduh, jadi malu nih..."
"Wah, Zhou Yi kamu masih bisa malu? Apa kamu belum sadar dari mimpi?" Suara Sun Pan terdengar bersamaan dengan bunyi bel sepeda.
Baru sekarang Zhou Yi melihat Sun Pan muncul di hadapannya mengendarai sepeda.
Melihat Sun Pan, Zhou Yi juga terkejut: "Sepeda ini dari mana? Mencuri itu melanggar hukum lho, Sun Pan. Aku tersentuh kamu mau berkorban seperti ini, tapi pengorbanannya terlalu berlebihan kali?"
"Mana mungkin nyuri! Aku pinjam dari hotel!" Sun Pan marah, lalu menekan bel sepedanya sambil mendongak bangga: "Mulai sekarang, aku jadi pelatih fisikmu! Kamu harus patuh! Cepetan, jangan banyak bicara, mulai latihan!"
Sun Pan kembali menekan bel sepedanya.
Bunyi dring-dring bel terdengar, Zhou Yi bersama Guo Nu dan Yang Muge berlari keluar gerbang hotel menuju jalan raya.
Sementara Sun Pan mengikuti mereka dari belakang dengan mengayuh sepeda santai, sesekali menyusul sambil berteriak ke Zhou Yi: "Lari kalah sama sepeda? Aku sengaja kayuh pelan-pelan lho!"
Awalnya Zhou Yi masih membalas: "Ngapain pakai sepeda? Ngapain pakai sepeda! Berani turun aja!"
“Zhou Yi kemudian diam karena kehabisan tenaga untuk berbicara. Mulutnya terbuka hanya untuk satu tujuan: bernapas, menarik napas dalam-dalam melalui hidung dan mulut, berusaha menghirup udara sebanyak mungkin.
Di akhir lari, Zhou Yi benar-benar tak sanggup melanjutkan. Perasaan seperti mau pingsan yang dialaminya kemarin kembali muncul.
Tapi kali ini lebih baik, dia tidak sendirian berlari di jalanan pagi London. Di sampingnya ada teman-temannya. Meskipun Sun Pan terus mengoceh tanpa henti, justru keramaiannya inilah yang membuat Zhou Yi tak sempat berpikir untuk menyerah atau merasakan penderitaan.
Yang Muge-lah yang melihat tubuh Zhou Yi oleng dan tampak akan terjatuh, lalu menghentikan Sun Pan.
Sun Pan yang sedang bersepeda di depan menoleh dan langsung pahma melihat kondisi Zhou Yi. Dengan cepat dia membalikkan setang sepeda dan kembali.
Sesampainya di depan Zhou Yi, dia menopang sepedanya sambil meminta Guo Nu dan Yang Muge membantu Zhou Yi duduk di boncengan.
"Pegang baik-baik! Jangan salahkan aku kalau jatuh!" Sun Pan membunyikan bel lagi lalu mengayuh sepeda perlahan menuju hotel, ditemani Guo Nu dan Yang Muge yang berlari di sampingnya.
Meski Sun Pan berbicara seperti itu, sebenarnya dia mengayuh sangat pelan. Guo Nu dan Yang Muge bisa dengan mudah mengikuti sambil jogging santai sepanjang jalan.
Zhou Yi bersandar lemas di punggung Sun Pan, lalu melihat Guo Nu dan Yang Muge yang berlari di sampingnya, sambil terengah-engah berkata pelan: "Terima kasih ya..."
"Se-seharusnya aku yang ber-terima kasih, Zhou Yi. Ka-kalau bukan karenamu, aku ta-tak mungkin bisa main..." Guo Nu menggeleng.
"Jangan sungkan, Zhou Yi. Kita kan teman, bukan?" Yang Muge tersenyum.
Sun Pan yang sedang mengayuh sepeda dengan kasar mendengus: "Cengeng!"
Zhou Yi mengangguk: "Hmm... emang agak cengeng. Jadi... Cepet! Cepet lagi! Aku harus mandi nanti, kalau telat restoran udah nggak ada makanan!"
"Dasar Zhou Yi, sekarang kuat ya? Turun lari sendiri!"
"Nggak turun, pokoknya nggak turun! Dibunuh juga nggak turun!" Zhou Yi memeluk pinggang Sun Pan erat-erat.
"Aduh, jangan pegang situ! Itu pusar! Aaah! Hahaha! Ja-jangan gelitikin!"
"Lao Guo, liat Sun Pan niru gaya lu lagi! Aku sih nggak mau ribut, tapi kalo aku mah udah nggak tahan..."
“……”
"Sudah-sudah, cepat pulang saja. Berhenti berantem..."
