Sepuluh menit berlalu, Tim China menyelesaikan dua kali tembakan, sedangkan Chelsea sekali.
Sebagian besar waktu, bola lebih banyak berada di area tengang yang dikuasai Tim China. Ini cuma pertandingan tim junior, jadi tidak ada peralatan canggih di pinggir lapangan untuk analisis teknis pemain. Kalau ada, pasti terlihat statistik penguasaan bola Tim China mengalahkan Chelsea junior!
Ini data yang menggembirakan.
Tapi Zhou Yi tidak merasa senang karena ini.
Karena yang lebih dia pedulikan adalah mencetak gol, toh dia berasal dari posisi penyerang, bahkan pentingnya gol itu sendiri - bukankah semua operan dan pergerakan sebelumnya bertujuan untuk tendangan terakhir itu?
Jika tidak bisa menembak dan mencetak gol, apa gunanya hanya operan bolak-balik?
Seperti babak pertama melawan Tim Junior Arsenal, dia memimpin timnya mengoper bolak-balik, permainan terlihat indah, tidak kebobolan, skor 0-0 di babak pertama. Tapi semua itu tidak ada gunanya. Akhirnya di babak kedua Arsenal mencetak tujuh gol sekaligus, banjir darah.
Sejak pertandingan itu, Zhou Yi sangat paham: keunggulan dalam permainan tidak ada artinya jika tidak diubah menjadi gol.
Tujuan akhir dari operan menyamping dan operan mundur adalah untuk satu gerakan maju.
Harus ada gol, harus maju!
Tapi bagaimana cara maju?
Maju, harus maju.
Ini hanya satu kalimat, mudah diucapkan. Bahkan suporter akan berteriak ke pemain yang hanya mengoper di area tengah-belakang: "Jangan terus oper di belakang, maju! Oper ke depan!"
Mereka melambaikan tangan, berteriak-teriak, mirip pelatih di pinggir lapangan, penuh gaya.
Tapi bagaimana cara mengoper ke depan?
Tendangan panjang ke depan juga termasuk operan maju, tapi efisiensinya terlalu rendah dan tidak berguna. Bagi yang benar-benar ingin mencetak gol, ini bukan pilihan bijak.
Lewat operan pendek, maju perlahan lapis demi lapis?
Bagus, idenya hampir benar. Tapi bagaimana caranya maju lapis demi lapis? Ini bukan bawang bombay yang bisa dikupas lapis-lapis sampai ke intinya.
Inilah saatnya menguji kemampuan seorang pemain atau tim.
Tapi bagi Zhou Yi, ini sepertinya bukan masalah besar.
Dia sudah menghadapi tim muda Chelsea ini lebih dari 20 kali dalam sistem virtual, hampir 30 kali, dan sangat familiar dengan tim ini.
Bersamaan dengan itu, dia juga sudah berlatih dengan rekan setimnya lebih dari 100 kali dalam sistem virtual, membuatnya semakin memahami rekan-rekannya.
Dia tahu cara mengoper bola ke depan.
Yang sulit adalah operan terakhir - bagaimana menembus pertahanan Chelsea dengan presisi mematikan?
……
Melalui kombinasi operan dan pergerakan dengan rekan setim, Zhou Yi membawa timnya masuk ke area 30 meter Chelsea, di mana mereka menghadapi tekanan dari tim muda Chelsea.
Sekarang saatnya menguji kemampuan operan akhir.
Tapi yang diuji bukan hanya kemampuan operan Zhou Yi, tapi juga kemampuan rekan-rekanya.
Jika semua pemain hanya diam di posisi mereka, Zhou Yi harus bertindak sendiri.
Harus ada pergerakan untuk menciptakan ruang kosong dan peluang.
Tentu saja lawan juga ingin pemain Tim China diam, karena akan mempermudah pertahanan mereka.
Di lini tengah, Zhou Yi menerima dan mengoper bola. Saat bola tidak di kakinya, dia terus memutar kepala mengamati situasi, memetakan posisi semua pemain ke dalam diagram 2D di pikirannya.
Dari diagram ini terlihat Zhang Tao dan He Ying, dua penyerang Tim China, masing-masing diawasi bek tengah Chelsea yang berdiri di belakang mereka untuk mencegah putaran badan.
Di sisi sayap, dua bek sayap dari akademi Chelsea juga berada di posisi kunci, mencegah pemain sayap Tim China melakukan overlapping atau masuk ke area pertahanan dengan leluasa.
Biasanya dalam situasi seperti ini, pengatur serangan akan fokus ke sisi sayap, karena melalui sayap masih ada peluang untuk melakukan umpan silang.
Tapi Zhou Yi tidak melakukannya, karena dia memahami dua penyerang di timnya.
Tinggi badan Zhang Tao cukup baik, secara teori kemampuan headingnya seharusnya bagus. Namun sense posisi yang buruk membuatnya kesulitan merebut bola di depan gawang begitu tidak mendapat keuntungan fisik.
He Ying memiliki sense permainan yang baik, tapi... kemampuan headingnya biasa-biasa saja. Meski tidak buruk, itu bukanlah cara mencetak gol andalannya. Baik di sistem virtual maupun dunia nyata, Zhou Yi jarang melihat He Ying menggunakan kepala, baik untuk menyerang maupun mengoper. Meski memiliki tinggi 180 cm, He Ying bukanlah target man udara.
Jadi umpan silang dari sayap pada dasarnya sama dengan menyerahkan penguasaan bola ke orang itu.
Zhou Yi tetap memilih serangan tengah. Meski peluang di tengah lebih sedikit, tapi begitu ada celah bisa langsung mematikan.
Di area tengah, terdapat dua penyerang Zhang Tao dan He Ying.
Tentang karakteristik permainan Zhang Tao dan He Ying, Zhou Yi sudah tidak perlu observasi lagi karena sudah terlalu sering bekerja sama di dunia FIFAOL3.
Pola pikir Zhang Tao kaku, pergerakannya minim. Terutama dalam serangan posisi, dia hanya diam di posisi utama, bersandar pada bek lawan sambil mengangkat tangan minta bola. Begitu menerima bola pun tidak bisa berbalik badan, akhirnyadirebut lawanmengembalikan operan.
Ini sepenuhnya operan yang tidak bermakna dan tidak efisien, membuang-buang waktu.
He Ying lebih mahir dalam berlari dan pergerakannya lebih lincah. Dia jarang diam di satu tempat, seolah area tempatnya berdiri adalah zona tiga detik dalam basket - jarang berdiri diam di lokasi tetap lebih dari tiga detik.
Zhou Yi suka bekerja sama dengan orang seperti He Ying, karena hanya dengan begitu peluang bisa tercipta, dan permainannya pun lebih nyaman.
Jadi tanpa pikir panjang, Zhou Yi langsung menjadikan He Ying sebagai target operannya.
Tapi sekedar mengoper bola seperti itu juga tidak cukup.
Operan di posisi ini harus hati-hati, sekali gagal akan mengakhiri serangan.
Di sisi lain, operan di posisi ini juga harus berani mengambil risiko, karena peluang tidak muncul dari operan biasa tanpa tujuan - dibutuhkan... imajinasi.
Juga dibutuhkan kekompakan.
……
Saat Zhou Yi kembali menerima operan dari rekan setimnya, He Ying yang tadinya berdiri di depan area penalti membelakangi gawang tiba-tiba berbalik ingin menyelinap ke depan gawang.
Bek Chelsea Youth di belakangnya juga ikut berbalik mengikuti, tidak memberinya kesempatan menguasai bola.
Melihat He Ying berbalik berlari ke dalam area penalti dan menarik bek pengawalnya, munculah ruang kosong yang tidak terlalu besar di area tempat mereka sebelumnya berdiri.
Tiba-tiba inspirasi muncul di kepala Zhou Yi. Dia menyepak bola seperti pukulan putt golf yang menggelinding mantap di rumput mengikuti lintasan yang telah direncanakan menuju lubang.
Tapi bukan dioper ke He Ying, atau lebih tepatnya tidak langsung ke kaki He Ying, melainkan ke belakang He Ying – sisi yang berlawanan dengan arah putaran tubuhnya!
Tepat di ruang kosong yang tidak terlalu luas itu!
Mengoper bola ke ruang kosong itu benar, tapi jika ruang itu sama sekali tidak terlihat atau tidak bisa dijangkau pemain, maka operan itu dianggap sebagai kesalahan.
Saat Zhou Yi mengoper, Zhang Tao tetap diam di tempatnya. Baru saat melihat bola menggelinding ke ruang kosong itu, ia menyadari keberadaan ruang tersebut. Tapi sudah terlambat untuk berlari ke sana.
Di saat yang sama, He Ying yang sebelumnya berputar untuk masuk ke area penalti tiba-tiba berhenti mendadak sambil berputar!
Dia berputar kembali ke arah semula!
Begitu bersisian dengan bek tengah yang menjaganya – satu ke kiri, satu ke kanan.
Sebenarnya sejak putaran pertama, dia sudah merencanakan untuk berputar balik. Gerakan ini adalah lari palsu untuk mengelabui bek, satu-satunya cara menciptakan ruang kosong.
Tapi meski ruang kosong tercipta, dia tidak tahu apakah ada yang menyadarinya dan bisa memanfaatkannya.
Maka He Ying yang berputar balik menoleh melihat Zhou Yi, dan melihat bola itu.
He Ying yang berbalik arah tidak berhenti, malah langsung berlari ke ruang kosong yang berhasil dibukanya. Bersamaan dengan itu, operan Zhou Yi tiba!
Waktunya tepat sekali!
Setelah menerima operan Zhou Yi, He Ying langsung menerobos ke area penalti tanpa jeda – memang kemana dia tuju, hanya kali ini dengan arah yang berbeda.
Taktik berbalik arah ini membuatnya lepas dari bek Chelsea U-18. Saat bek itu berusaha berputar balik, He Ying sudah berada di belakangnya.
Kemudian menghadapi kiper, He Ying dengan tenang memilih tendangan chip. Bola mengitari kiper yang keluar, lalu menghantam jaring gawang di belakangnya!
Gol!
……
“Gol!!” Di bangku cadangan Tim China, sorakan gembira langsung bergemuruh.
Kali ini, reaksi mereka jauh tidak sekaget saat Tim China mencetak gol pertama ke gawang Tim junior Borussia Dortmund.
Melubangi gawang tim junior klub-klub besar Eropa… Kita juga bisa melakukannya, ini bukan hal yang mustahil.
Kebahagiaan mereka sekarang bukan lagi karena tim berhasil mencetak gol melawan tim muda klub besar, melainkan karena mereka unggul!
Setelah mencetak gol, He Ying melambaikan kepalan tangannya menuju bangku cadangan. Pemain-pemain lain pun ikut berlari ke sana. Sekelompok orang berkumpul di depan bangku cadangan dari segala penjuru, berpelukan menjadi satu.
Zhou Yi juga ada di tengah kerumunan. Ia dirangkul oleh Yang Muge dan Sun Pan sambil tertawa dan berteriak gembira.
Inilah daya tarik sepak bola: menyelesaikan suatu misi bersama rekan-rekan.
Inilah pula pesona olahraga tim: rasa prestasi yang meluap saat berhasil mengkoordinasi orang-orang berbeda untuk bekerjasama mencapai satu tujuan!
Setiap orang adalah individu yang mandiri, memiliki pemikiran sendiri, ketika pemikiran-pemikiran ini saling bertabrakan dan tidak sejalan, kemungkinan akan timbul konflik. Konflik yang intens dapat menyebabkan tim hancur berantakan.
Bagaimana cara menyatukan orang-orang dengan karakter berbeda dan pemikiran beragam ini menjadi seperti seutas tali yang terpilin, bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tujuan?
Ini bukan hanya urusan pelatih, tapi juga tanggung jawab para pemain.
"Saat kerja sama itu terwujud, meski yang mencetak gol bukan Zhou Yi, tapi perasaan puas yang dirasakannya tidak kalah dari mencetak gol."
Perasaan bahwa semuanya berada dalam kendalinya membuat Zhou Yi merasa tak masalah tidak jadi penyerang dan beralih ke posisi gelandang.
