Bab 61 Bisa Menang!

　　Para pemain China yang sedang merayakan gol di lapangan segera menyadari keanehan - saat mencari Zhou Yi si pemberi assist untuk diajak selebrasi, mereka baru menyadari Zhou Yi tak ada dalam kerumunan! 　　Semua orang menoleh dan melihat Zhou Yi terbaring di lini belakang, Guo Nu sedang menekan kakinya. 　　Tak perlu dijelaskan, pemain sepak bola pasti paham apa yang terjadi. 　　Zhou Yi mengalami kram! 　　Sekelompok orang segera berlari mendekat dan mengerumuninya, bertanya penuh kepedulian: "Bagaimana?" "Apa baik-baik saja?" "Hanya kram?" 　　Menghadapi pertanyaan penuh perhatian mereka, Zhou Yi tersenyum sambil menggelengkan tangan: "Kalian mengerumuniku sambil menundukkan kepala dengan wajah penuh kesedihan, aku kira kalian sedang mengucapkan selamat tinggal pada jenazahku." 　　Mendengar ucapannya, semua orang tertawa. Mengetahui Zhou Yi hanya mengalami kram dan tidak ada masalah lain, mereka lega. 　　Zhou Yi adalah orang yang paling tidak boleh mengalami sesuatu yang buruk di tim ini. 　　He Ying berjongkok di depan Zhou Yi, kali ini pandangan mereka sejajar, tidak lagi dari atas ke bawah. 　　Dia tidak menanyakan kondisi Zhou Yi, tetapi bertanya serius: "Masih bisa bertahan?" 　　Zhou Yi menggeleng sambil tersenyum: "Sepertinya kali ini tidak bisa." 　　Mendengar jawaban Zhou Yi, rekan setim yang mengelilinginya pun terdiam. 　　Jika Zhou Yi tidak bisa bertahan dan harus diganti... Banyak yang teringat pertandingan sebelumnya melawan tim muda Arsenal. 　　Setelah Liang Qiqi masuk menggantikan, skor yang awalnya 0-0 berubah menjadi 0-7, bahkan lebih menyeramkan daripada "orang yang digergaji hidup-hidup". 　　Sekarang Tim China akhirnya unggul satu gol, apakah kita harus memanggil si pembawa sial itu lagi dan menghancurkan semua usaha kita? 　　Melihat semangat tim yang mulai turun, Zhou Yi tersenyum lagi: "Lihat? Sudah kubilang mereka tidak kuat! Sekarang kita yang unggul. Asalkan bisa mempertahankan keunggulan ini, kita pasti menang! Kemenangan pertama! Wah, bayangkan saja sudah membuat bulu kuduk merinding!" 　　Sun Pan menggigit gigi: "Tenang saja, Zhou Yi. Kali ini sungguh-sungguh akan kuperlihatkan pada mereka apa itu 'benteng yang tak tergoyahkan'! Mereka takkan bisa membuatku memungut bola dari gawang lagi!" 　　"Kalau ganti Lao Guo yang memungut juga tidak boleh," seloroh Zhou Yi. 　　Guo Nu yang sedang memijat kaki Zhou Yi langsung memerah wajahnya. 　　Sun Pan memutar matanya: "Kalau terus ganggu gaya-gayaanku, kita bukan teman lagi!" 　　"Semua orang tertawa lagi, suasana mencekam sebelumnya langsung hilang." 　　Saat itu dokter tim datang, dari luar sudah mendengar tawa para pemain muda. Setelah menerobos kerumunan dan melihat senyuman di wajah Zhou Yi, dia langsung tahu mungkin tidak ada masalah serius. 　　Tapi dia tetap melakukan pemeriksaan dengan profesional. Mengambil alih Zhou Yi dari Guo Nu, setelah memeriksa dia mengangguk: "Hmm, hanya kram otot, tidak masalah besar." 　　Kemudian dia dan Guo Nu bersama-sama membantu Zhou Yi berdiri. 　　"Kusupport?" tanyanya. 　　Zhou Yi menggeleng: "Tidak perlu, berjalan biasa tidak masalah, cuma tidak bisa lari." 　　"Baik, mari kita jalan perlahan." 　　"Ya, jalan perlahan!" Zhou Yi sengaja memberikan penekanan pada kata itu. 　　Rekan setim di samping tertegun sejenak sebelum menyadari mengapa Zhou Yi menekankan hal ini - sekarang mereka unggul, tapi hanya satu gol. Jadi mengulur waktu sebanyak mungkin adalah ide bagus! 　　Untuk meraih kemenangan, Zhou Yi benar-benar menggunakan segala cara... Bahkan proses turun lapangan pun dimanfaatkan. Siapa bilang dia tidak mencintai kemenangan? Dia sangat tergila-gila pada kemenangan! 　　Sebelum pergi, Zhou Yi berkata pada Guo Nu yang baru melepaskannya: "Lao Guo, selanjutnya, serahkan padamu." 　　"Ta... tak apa-apa!" Guo Nu mengatupkan giginya. 　　Zhou Yi menoleh ke rekan-rekannya: "Maaf teman-teman, aku turun dulu istirahat. Minta maaf tidak bisa bertahan sampai akhir, selanjutnya serahkan pada kalian!" 　　"Cepat pergi saja setelah jadi bintang! Sekarang giliran sang Master yang bersinar!" Sun Pan melambai-lambaikan tangannya. 　　“Tenang saja, Zhou Yi! Istirahatlah yang baik, urusan sisanya serahkan pada kami!” 　　“Iya iya, kamu sudah melakukan yang terbaik!” 　　“Lihat saja di bawah, Zhou Yi, kami pasti tidak akan menyia-nyiakan usahamu!” 　　“Kali ini... harus menang!” 　　Semua mengatupkan tinju sambil melepas kepergian Zhou Yi. 　　Zhou Yi akhirnya berjalan pincang perlahan ditemani dokter tim menuju pinggir lapangan. 　　…… 　　Saat Zhou Yi berpamitan dengan rekan setimnya, Xu Yang dan Hao Dong yang berdiri di pinggir lapangan tak mengalihkan pandangan mereka. 　　“Sejak kapan Zhou Yi sudah menjadi tulang punggung tim ini?” Xu Yang bertanya pada dirinya sendiri, bukan pada Hao Dong. 　　Tapi Hao Dong tetap menjawab: "Sejak dia menaruh tim di hatinya; melayani setiap rekan di lapangan; maju saat menghadapi kesulitan; memberi semangat saat rekan kehilangan kepercayaan diri; terus mengoper meski kram otot... Di setiap momen seperti itu, mereka bukan bodoh. Mereka tahu siapa yang layak dipercaya. Inti tim tidak dibangun dengan omongan, tapi dengan tindakan nyata." 　　“Kamu cukup tersentuh ya...” Xu Yang menoleh memandangnya. 　　Hao Dong menatap Zhou Yi yang berpura-pura memperberat efek kramnya, berjalan pincang seolah kakinya patah: “Aku iri pada He Ying. Di usia 17 tahun dia punya rekan setim sehebat ini. Sementara di usia 17 tahun, aku harus berjuang sendirian baik di dalam maupun luar lapangan.” 　　“Jadi nanti kamu bisa mencapai prestasi seperti itu, ini juga bentuk latihan.” 　　“Mungkin di masa depan mereka akan lebih baik dari kita?” Hao Dong berkata. 　　Xu Yang menoleh memandangi anak-anak kecil itu. 　　“Kalau benar begitu... sungguh bagus...” gumam kakek itu dengan tatapan sayu. 　　…… 　　Di bawah tatapan penuh ancaman pemain muda Chelsea yang semakin menjadi-jadi, Zhou Yi akhirnya "merangkak" turun dari lapangan. 　　Hao Dong berinisiatif mendekat dan memeluknya. 　　“Kerja bagus, istirahat yang cukup!” Dia menepuk punggung Zhou Yi keras-keras. 　　Berikutnya Xu Yang, dia juga memeluk Zhou Yi sambil membelai rambutnya penuh kasih: “Benar-benar tidak apa-apa?” 　　“Tidak apa-apa, Pelatih Xu. Aku berjalan pelan-pelan sengaja buat mengulur waktu.” kata Zhou Yi. 　　“Dasar kau! Sudah kuduga!” Xu Yang tertawa terbahak-bahak melepaskan pelukannya. 　　Pelatih fisik Li Haorui meneruskan estafet pelukan: “Bagus, ada peningkatan! Bertahan 20 menit lebih lama dari pertandingan sebelumnya!” 　　“Ini semua berkat kedisiplinan Pelatih.” Zhou Yi menyelipkan pujian. 　　Li Haorui tersenyum: “Karena kau mau berlatih. Latihan fisik dan kekuatan tak ada jalan pintas, harus tekun berusaha, tahan penderitaan dan kebosanan.” 　　Zhou Yi teringat perkataan Chu Ling bahwa bahkan sistem sehebat itu pun tak punya cara ajaib untuk latihan fisik. Dia tahu nasihat Pelatih Li Haorui ini tulus, bukan sekadar membesar-besarkan pentingnya pekerjaannya. 　　Ia mengangguk: "Tenang saja, Pelatih. Aku akan tetap berlatih!" 　　"Hmm, tapi jangan sampai terlalu lelah. Kalau sampai cedera, rugi besar." Li Haorui memberikan nasihat terakhir kepada Zhou Yi sebelum menyerahkannya ke pelatih berikutnya. 　　Begitu terus menerus berpelukan, saat kembali ke bangku cadangan, Zhou Yi masih sempat saling tepuk tangan merayakan dengan rekan-rekan setimnya. 　　Baru setelah itu ia bisa duduk tenang menyaksikan pertandingan. 　　…… 　　Saat Zhou Yi sibuk berpelukan dan tepuk tangan di pinggir lapangan, pertandingan di atas lapangan sudah lama berlanjut. 　　Seperti diduga, setelah tertinggal, pemain Tim junior Chelsea seperti kesetanan menyerang gawang Tim China dengan gempuran dahsyat. Intensitasnya jauh melebihi semua serangan sebelumnya dalam pertandingan ini. 　　Penggantian Zhou Yi dengan bek tengah Yang Fei membuat pemain lega sekaligus lebih yakin bisa mempertahankan skor – asal jangan sampai Liang Qiqi si pembawa sial itu yang masuk. Dulu dia berani menuduh Guo Nu sebagai mata-mata Tim junior Bayern München, tapi sekarang jelas dialah mata-mata sebenarnya! 　　Langkah Hao Dong mengganti Zhou Yi dengan bek tengah Yang Fei menunjukkan maksud jelas: bertahan mati-matian. 　　Tim China mundur total ke zona 30 meter, membiarkan Tim junior Chelsea menguasai bola di luar. Mereka memanfaatkan keunggulan jumlah pemain untuk menghalangi pergerakan lawan mendekati gawang. 　　Setelah Yang Fei masuk, dia bersama Guo Nu dan Liu Nian membentuk tiga bek tengah. Dia dan Guo Nu berada di depan, sementara Liu Nian tetap di belakang sebagai sweeper. 　　Guo Nu menunjukkan performa luar biasa saat menghadapi gempuran padat lawan. Meski tingginya hanya 1,73 meter, fisiknya mungkin yang terkuat di Tim China. Dalam hal lompatan vertikal dari kaki ke tanah, dia bahkan lebih baik daripada Sun Pan. 　　Fisiknya yang luar biasa memungkinkannya bersaing dengan pemain muda Chelsea yang berkulit putih dan hitam. Ditambah kelincahan eksplosif dan keberaniannya dalam pressing, membuat pemain Chelsea kesulitan saat menyerang ke depan area penalti China. Sedikit lengah akan kehilangan bola... 　　Namun secara keseluruhan, Chelsea Youth memang lebih kuat dari para remaja China. Meski begitu, mereka masih punya banyak peluang mencetak gol. 　　Saat mereka melepaskan tendangan, tugas para bek selesai. Selanjutnya semua bergantung pada kiper. 　　Sun Pan yang kebobolan dua gol di babak pertama justru membuat pemain Chelsea putus asa - kiper China ini berulang kali menyelamatkan gawang dengan reaksi cepat yang menakjubkan, menangkap atau menepis bola dari segala arah. 　　Dengan tinggi hampir 1,86 meter, Sun Pan sebenarnya tidak terlalu mencolok sebagai kiper. Tapi refleksnya sangat lincah, selincah monyet... 　　Dan inilah alasan mengapa Sun Pan bisa menjadi kiper pilar utama tim ini. 　　Dalam hal dasar-dasar teknik, Sun Pan memang kalah dari Lai Cong yang menjadi kiper cadangannya. Bagaimanapun, Lai Cong telah berlatih sebagai kiper sejak usia tujuh tahun hingga 17 tahun, akumulasi pengalaman sepuluh tahun itu jelas terlihat. 　　Tapi kemampuan reaksi mengandung unsur bakat alami. Sun Pan termasuk tipe kiper yang berbakat luar biasa. Meski hanya berlatih selama empat tahun dengan dasar teknik yang belum mantap, ia seringkali bisa mengandalkan kondisi fisik yang luar biasa dan refleks cepat untuk menepis bola yang hampir mustahil diselamatkan. 　　Selain itu, Sun Pan punya keunggulan lain. Meski tingginya 186 cm, rentang tangannya sangat panjang. Dengan tinggi 186 cm, rentang tangannya mencapai 205 cm - 19 cm lebih panjang dari tingginya. Ini membuatnya terlihat seperti orang utan. Untuk menyelamatkan bola-bola sulit, terkadang dia bahkan tidak perlu melompat tinggi, cukup mengulurkan lengannya yang panjang seperti kera untuk mengambil bola. Mungkin ini juga ada hubungannya dengan latar belakangnya sebagai mantan pemain basket... 　　Dalam persaingan posisi kiper utama, Lai Cong yang berpengalaman dan memiliki dasar-dasar teknik yang solid justru kalah dari bakat alami Sun Pan. Memang benar Lai Cong bukan kiper yang berbakat. Di tim akademi klub tempatnya bermain, dia pun bukan pilar utama. 　　Sepak bola sebenarnya sangat bergantung pada bakat alam. Bakat menentukan seberapa tinggi langit-langit pencapaian seseorang. Tanpa bakat, sekeras apapun berusaha, prestasi seseorang mungkin akan tetap terbatas seumur hidupnya. Tapi orang berbakat yang mau bekerja keras akan memiliki masa depan gemilang. 　　Performa Sun Pan yang gesit dalam menangkis dan menyelamatkan bola membuat tim pelatih Tim China yang mengenalnya terkesima - mereka tahu reaksi Sun Pan sangat cepat, baik refleks pertama maupun kedua... 　　Tapi reaksi yang ditunjukkan Sun Pan sekarang... terlalu cepat?! 　　Dia berdiri di depan gawang dengan kedua tangan terkembang, seolah ada ribuan lengan di belakangnya, mirip Bodhisattva bermata seribu. 　　Pertahanannya bagaikan tanpa celah sama sekali. 　　Pemain muda Chelsea melakukan tendangan jauh, dia meninju bola dengan kedua kepalan. 　　Pemain muda Chelsea menyundul bola, dia terbang menyambar dengan satu telapak tangan. 　　Pemain muda Chelsea menendang tajam di area penalti, dia terjungkal menghalau dengan kaki. 　　Pemain muda Chelsea tiba-tiba melepaskan tembakan mendadak, dia malah menyambar ke samping dan langsung menangkap bola erat dengan kedua tangan! 　　Terutama pada insiden ini - saat pemain muda Chelsea tiba-tiba melepaskan tendangan jauh dari luar area penalti, Yang Fei yang baru masuk sebagai cadangan menyapu bola untuk memblok. Bola menghantam tulang keringnya dan berbelok arah ke sisi yang berlawanan! 　　Padahal Sun Pan sudah bersiap bergerak ke arah semula, tinggal selangkah lagi akan meluncur. Tiba-tiba jalur bola berubah! 　　“Semua anggota Tim China di pinggir lapangan melihat momen ini hampir jantungnya copot——Kalau bola ini masuk, semua usaha sebelumnya akan sia-sia!” 　　Hebatnya Sun Pan! 　　Terlihat tubuhnya memutar, kaki mendorong dengan kekuatan penuh, tapi bukan ke arah semula melainkan mengarah ke jalur terbang bola saat ini. 　　Di udara, tangannya yang panjang terjulur sepenuhnya dengan jari-jari menegang. 　　Ujung jarinya menyentuh bola, membuat arah bola yang semula menuju gawang langsung melenceng keluar garis lapangan! 　　“Wah——!!!” 　　Sorak sorai menggema di pinggir lapangan. Meski penonton sedikit, gemuruh ini muncul karena keajaiban penyelamatan Sun Pan yang mengejutkan semua orang. 　　Kali ini baik Tim China maupun Chelsea Youth Team, semua terpaku dengan ekspresi tak percaya. 　　Zhou Yi langsung melompat dari kursinya, melepas handuk di leher sambil mengibaskan dan berteriak: “Wuu——! Mantap, Pintu Anti Maling Panpan!” 　　…… 　　Yang Fei yang mengira akan melakukan gol bunuh diri, tak menyangka saat menoleh melihat Sun Pan bagai dewa turun ke bumi menyelamatkan bola secara ajaib! 　　Dia buru-buru bangkit dari tanah untuk berterima kasih pada Sun Pan——Seandainya gol itu terjadi, dia akan jadi penjahat abadi! Baik rekan setim maupun dirinya sendiri tak akan memaafkan. 　　Sun Pan yang bangkit dari tanah menepuk bahu Yang Fei, berkata dengan santai: "Ini bukan hal yang hebat, bola ini lebih mudah diselamatkan daripada menghadapi bola yang didrible Guo Nu!" 　　"Hah?" Yang Fei tidak mengerti. 　　Guo Nu di sampingnya memerah wajahnya. 　　"Gak apa-apa, tenang saja! Sudah kubilang tidak akan kubiar mereka mencetak gol!" Sun Pan mengibaskan tangan besarnya seperti kipas, menimbulkan angin kencang. 　　Pemain muda Chelsea yang menendang itu terpaku melihat Sun Pan menyelamatkan lemparan sampingnya - tangannya yang semula terkembang untuk bersorak kini memegangi kepala, ternganga! 　　…… 　　"Pelatih Xu..." 　　Xu Yang mendengar Hao Dong memanggil: "Ada apa?" 　　"Kita bisa menang... Kali ini... kita bisa menang..." Gumam Hao Dong penuh semangat, matanya berbinar menatap lapangan.