Setelah episode pertandingan antara remaja Tiongkok dan Tim Pemuda Chelsea ditayangkan, respons besar muncul di media online maupun tradisional.
Ini benar-benar sesuatu yang baru bagi semua orang - "pasukan sementara" yang terdiri dari pemain Tiongkok yang direkrun sembarangan, ternyata mengalahkan Tim Pemuda Chelsea yang berusaha sekuat tenaga tanpa mengulur-ulur waktu!
Belum lagi ini pertandingan tingkat U17, yang juga bukan pertandingan tim senior. Ketika Tim Olimpiade Tiongkok melakukan tur latihan ke Eropa awal tahun lalu, hasilnya sama sekali tidak bagus.
Ada juga pertandingan dimana lawan Tim Olimpiade adalah Chelsea, tapi kali ini bukan tim muda melainkan tim cadangan.
Hasilnya Tim Olimpiade kalah 0-1.
Kemudian pertandingan melawan tim cadangan Queens Park Rangers malah berakhir dengan perkelahian.
Jarak besar antara sepak bola Inggris dan sepak bola Tiongkok membuat banyak orang terkejut bahwa remaja Tiongkok kali ini bisa menang 3-2 atas Tim Pemuda Chelsea.
Siapa pun yang menonton episode ini tahu Tim Pemuda Chelsea tidak bermain setengah hati, ini adalah kemenangan yang benar-benar berkualitas.
Oleh karena itu kemenangan seperti ini sangat berharga.
Sehari setelah tayangan, selain di internet, media tradisional juga memuat laporan tentang episode ini.
Para pemain muda itu pun menjadi selebritas.
Di antara mereka, He Ying, Zhou Yi, dan Sun Pan adalah yang paling mendapat perhatian.
Karena kemenangan pertandingan ini berkaitan langsung dengan ketiganya.
He Ying mencetak tiga gol, meraih hat-trick.
Dan ketiga gol itu semua dibantu oleh Zhou Yi.
Setelah Zhou Yi turun lapangan, Tim China menyesuaikan strategi dengan bertahan total. Pada saat ini, Sun Pan memainkan peran krusial. Tanpa penyelamatan ajaibnya yang berulang kali, mungkin Tim China tidak akan meraih kemenangan ini.
Di bawah sorotan, publik baru menyadari selain He Ying, dua orang lainnya ternyata beralih profesi di tengah jalan - Sun Pan dua tahun lalu masih anggota Tim Basket Remaja Liaoning, kemudian keluar dari tim basket dan beralih ke sepakbola sebagai kiper. Hingga saat ini hanya berlatih selama dua tahun.
Zhou Yi sama sekali tidak pernah menerima pelatihan olahraga profesional, baik sepakbola maupun basket. Dia selalu menjadi pemain pelajar dengan latar belakang amatir.
Seorang pemain amatir yang mampu menciptakan keajaiban seperti ini tentu akan lebih menarik perhatian dan rasa ingin tahu.
"Bagaimana mungkin ini?"
Ini adalah reaksi pertama banyak orang setelah mengetahui identitas Zhou Yi.
Banyak yang tidak percaya seseorang seperti ini bisa memimpin tim mengalahkan akademi muda Chelsea.
Tingkat kesulitannya hampir setara dengan Tim China memenangkan Piala Dunia.
Bahkan ada yang menduga pernyataan kru acara tentang status Zhou Yi sebagai pemain pelajar mungkin hanya untuk promosi. Mengikuti "kebiasaan berbalik arah" yang sering terjadi di Tiongkok, bisa saja Zhou Yi pernah menerima pelatihan di tim akademi klub profesional, atau bahkan masih menjadi anggota salah satunya. Kru acara sengaja mengemasnya sebagai pemain amatir tanpa pelatihan formal demi gimmick yang menarik.
"Setelah dianalisis seperti ini, sepertinya memang benar. Semua orang percaya kru acara benar-benar mampu melakukan hal seperti ini. Segmen 'adu nasib' dalam acara realitas menyanyi tahunan yang membuat penonton jengkel, secara alami menimbulkan kecurigaan mendalam terhadap semua program realitas."
"Tepat ketika suara-suara ini mulai mendominasi dan bahkan media tradisional mulai mempertanyakan identitas asli Zhou Yi melalui artikel, tiba-tiba muncul sebuah thread di Post Bar 'Penerus Hijau'."
"Siapa bilang Zhou Yi bukan siswa? Zhou Yi adalah teman sekelas saya!"
"Thread ini ditulis oleh seseorang yang mengaku sebagai teman sekelas Zhou Yi. Dalam postingannya, ia membantah spekulasi online bahwa Zhou Yi bukan pemain siswa, menyatakan bahwa Zhou Yi adalah siswa kelas 3 SMA di SMA Negeri 1 Qingyang, dan mereka sudah saling mengenal sejak SMP meski tidak sekelas, sering bertemu saat bermain bola di lapangan."
"Teman sekelas Zhou Yi ini menyatakan kemampuan sepak bola Zhou Yi sangat tinggi, sejak di tim SMP dia sudah menjadi pilar utama. Karena itu dia sama sekali tidak terkejut Zhou Yi bisa menonjol dalam audisi nasional."
"Kemudian setelah naik ke SMA, mereka akhirnya sekelas."
"Di SMA, Zhou Yi tetap menjadi pilar utama tim sekolah."
"Hanya saja bermain sebagai penyerang, bukan gelandang."
"Untuk memperkuat klaimnya, netizen ini melampirkan foto bersama Zhou Yi - sebuah foto kelas saat lomba paduan suara nasional. Di baris ketiga paling kanan, dia memberi lingkaran merah dan menjelaskan: 'Ini Zhou Yi'."
“Setelah dilihat lebih teliti, memang ada kemiripan dengan senyuman Zhou Yi di TV. Tapi jumlah orang di foto ini terlalu banyak, resolusi gambarnya juga rendah, jadi setelah diperbesar jadi buram. Sebenarnya tidak ada yang tahu pasti apakah ini benar-benar ditulis oleh teman sekelas Zhou Yi atau hanya karangan belaka.”
“Tapi setidaknya thread ini memberikan informasi penting. Yaitu menyebutkan sekolah tempat Zhou Yi belajar!”
“Sebelumnya, data Zhou Yi di situs resmi reality show 'Penerus Hijau' menyebutkan bahwa dia adalah pelajar, tapi tidak dijelaskan detail sekolahnya. Media yang menghubungi produser acara realitas ini untuk konfirmasi, pihak produser beralasan tidak bisa membocorkan privasi peserta dan menolak menjawab. Hanya merilis pernyataan resmi yang mengonfirmasi bahwa Zhou Yi memang pelajar yang belum menerima pelatihan profesional, serta menjamin keaslian identitas semua peserta telah disahkan oleh notaris negara.”
“Sekarang akhirnya ada nama sekolah Zhou Yi. Langkah selanjutnya sederhana - untuk memverifikasi apakah Zhou Yi benar murid SMA Qingyang No.1, cukup telepon sekolah tersebut!”
……
“Kepala sekolah tua SMA Qingyang No.1, Lin Xianrong, baru saja duduk di kursi kantornya ketika terdengar ketukan pintu.”
“Yang mencarinya adalah wakil kepala sekolah, Qian Yiren.”
“Pak Lin, bagian penerimaan siswa kita akhir-akhir ini tiba-tiba menerima banyak telepon dari media...”
“Media menghubungi bagian penerimaan?” Lin Xianrong merasa aneh. “Ini bukan musim penerimaan siswa baru.”
“Benar. Dan mereka menghubungi bagian penerimaan siswa kita untuk menanyakan tentang seorang siswa...”
“Media menghubungi bagian penerimaan siswa kita menanyakan seorang siswa?” Lin Xianrong merasa dirinya belum pikun, tapi mengapa logika dibalik kejadian ini tiba-tiba sulit dipahaminya?
“Staf penerimaan awalnya mengira ini lelucon, jadi diabaikan. Tapi makin banyak telepon masuk menanyakan hal yang sama, akhirnya mereka melaporkan ke saya.”
“Mengapa mereka menghubungi bagian penerimaan?”
“Staf sudah tanya, katanya menemukan nomor kontak di website sekolah kita...”
“Ini...” Lin Xianrong juga bingung. Setelah terdiam sejenak, ia bertanya, “Siapa nama siswa yang mereka cari?”
“Zhou Yi. Katanya siswa kelas 3 SMA kelas 3 di sekolah kita.”
Lin Xianrong mengerutkan kening mendengar nama itu, berusaha mengingat-ingat informasi terkait nama tersebut. Sayangnya tak ada yang muncul di ingatannya.
Ia menggeleng: “Tidak pernah dengar.”
“Saya juga tidak. Selain itu mereka ingin mewawancarai pihak sekolah, guru, dan teman sekelas untuk mengkonfirmasi keberadaan Zhou Yi...”
“Tidak mungkin!” Lin Xianrong menolak tegas. “Sekolah adalah tempat pendidikan, bisa sembarangan diwawancarai? Bukankah ini mengganggu aktivitas belajar mengajar?”
“Benar, setuju dengan Pak Lin. Jadi kita tolak saja?”
“Ya.” Lin Xianrong mengangguk mantap. Sebagai pimpinan sekolah dan tokoh penting di dunia pendidikan Qingyang, ia memiliki wibawa untuk mengambil keputusan ini.
Setelah Wakil Kepala Sekolah Qian Yiren menerima perintah dan pergi, Lin Xianrong duduk di meja kerjanya, mengulang-ulang nama Zhou Yi.
Mengapa tiba-tiba begitu banyak media yang menanyakan tentang seseorang ini?
Dia sangat penasaran.
Apakah benar ada siswa bernama Zhou Yi di sekolah ini? Dia tidak tahu, mengingat sebuah SMA memiliki begitu banyak siswa, mustahil baginya mengingat semua nama siswa dan mencocokkannya dengan wajah mereka. Dia hanya bisa mengingat siswa-siswa yang sangat menonjol.
Jelas, Zhou Yi seharusnya bukan siswa yang sangat menonjol dengan prestasi akademik luar biasa.
Tapi apakah benar ada siswa bernama Zhou Yi di sekolah ini? Apakah media salah informasi atau memang ada orangnya.
Lin Xianrong ingin mencari tahu kebenarannya...
Dia tidak tahu, Wakil Kepala Sekolah juga tidak tahu, tapi dia yakin ada yang seharusnya tahu.
……
Kepala Bidang Kesiswaan Wang Shunquan baru saja menyelesaikan kasus pelanggaran siswa, mengantar guru dan siswa yang bersangkutan keluar, belum lama duduk di kursinya ketika pintu diketuk.
"Silakan masuk," katanya.
Pintu terbuka, yang masuk ternyata Kepala Sekolah Lin Xianrong sendiri!
Dia segera berdiri, mengitari meja kerjanya, dan menyambut: "Bapak Lin, kalau ada perlu cukup telepon saja, saya yang akan datang. Mengapa repot-repot..."
Lin Xianrong melambaikan tangan: "Jangan kira karena saya pensiun tahun depan, lalu menganggap saya sudah tak kuat jalan-jalan."
"Mana mungkin, hei..." Wang Shunquan cepat-cepat membenarkan. "Kondisi Bapak masih prima, saya hanya takut mengganggu pekerjaan Bapak..."
"Pekerjaan apa lagi? Sekarang saya hampir tidak menangani urusan operasional lagi."
Lin Xianrong adalah figur yang sangat terkenal di dunia pendidikan Kota Huaxi. Menurutnya sendiri, seumur hidupnya dia tidak melakukan hal besar, hanya fokus pada satu hal yaitu mengajar dan mendidik.
Dimulai dari guru biasa, kemudian menjadi wakil kepala sekolah hingga kepala sekolah. Hidupnya benar-benar didedikasikan untuk dunia pendidikan.
Bakat-bakat yang telah dibimbing oleh tangannya bagai bintang bertaburan di galaksi, tidak berlebihan mengatakan murid-muridnya tersebar ke seluruh penjuru dunia.
Di antara mereka terdapat akademisi Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, elit bisnis, tokoh politik, hingga selebritas budaya yang tak terhitung jumlahnya... Bagaimanapun sulitnya mendekati mereka sehari-hari, saat bertemu Lin Xianrong, mereka semua harus membungkuk hormat dan memanggil: "Guru".
Tiga puluh lima tahun lalu ketika dia datang ke SMA Qingyang 1 sebagai wakil kepala sekolah, SMA Qingyang 1 hanyalah sekolah biasa di Qingyang. Meski bernama "SMA Pertama", tapi bukan berarti peringkat pertama di kota.
Saat itu Lin Xianrong yang berusia 39 tahun sebagai wakil kepala sekolah bekerja keras meningkatkan kualitas pengajaran, memperketat disiplin sekolah, dengan prinsip ketat dalam akademik, langkah demi langkah membawa sekolah yang awalnya tak terkenal ini menapaki jalan kesuksesan.
Kini, 35 tahun telah berlalu, Lin Xianrong telah duduk di kantor kepala sekolah SMA Qingyang 1 selama 29 tahun. Seharusnya pensiun di usia 60 tahun, namun karena peran pentingnya yang sangat vital bagi SMA Qingyang 1, pemerintah kota dan provinsi tidak ingin sekolah unggulan nasional ini kehilangan reputasi emasnya hanya karena pensiunnya seorang kepala sekolah. Akhirnya mereka mempekerjakannya kembali untuk tetap menjabat sebagai kepala sekolah.
Kini di usia 74 tahun, Lin Xianrong telah tiga kali dipekerjakan kembali: pertama di usia 60 tahun, kedua di 65 tahun, dan ketiga di 70 tahun.
Namun kali ini kemungkinan besar akan menjadi pemulangan terakhir bagi Lin Xianrong.
Dia telah memutuskan untuk benar-benar pensiun dari jabatannya di usia 75 tahun. Pimpinan kota dan provinsi masih berusaha membujuknya untuk tetap bertugas, namun kondisi fisik Lin Xianrong memang sudah tidak seprima dulu. Tahun lalu dia menjalani operasi besar dan harus beristirahat hampir setahun.
Kondisi ini membuat para pejabat yang ingin membujuknya menjadi sulit berkutik - Lin Xianrong telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk pendidikan Kota Qingyang, masak sampai mau mengorbankan nyawanya?
Tapi banyak yang khawatir, apakah SMA Qingyang 1 akan jatuh dari langit ke bumi setelah Lin Xianrong meninggalkan posisi kepala sekolah.
Kekhawatiran ini wajar, mengingat selama 29 tahun terakhir, bahkan lebih awal sejak Lin Xianrong mulai menjabat sebagai wakil kepala sekolah SMA Qingyang 1, namanya telah menyatu dengan sekolah ini.
Keberhasilan SMA Qingyang 1 mencapai posisi seperti sekarang sepenuhnya adalah buah karya Lin Xianrong seorang diri.
"Dia sudah tiada, ke mana arah SMA Qingyang selanjutnya?"
Seluruh staf sekolah hanya patuh pada kepala sekolah tua. Wakil Kepala Sekolah Qian Yiren pada dasarnya hanyalah mascot. Bahkan ada yang diam-diam memberi Wakil Kepala Sekolah julukan homofon "mantan sebelumnya" - meski masih menjabat, tapi tak berbeda pengaruhnya dengan mantan pejabat yang sudah lengser.
Namun terkait kekhawatiran ini, Lin Xianrong sama sekali tidak memperlihatkannya. Malah, selama masa pemulihan pasca operasi, ia praktis menarik diri dari urusan manajemen harian sekolah, menyerahkan semuanya ke bawahan. Bahkan ke sekolah pun ia tidak datang setiap hari.
Secara kasat mata, benar-benar terlihat seperti sedang bermalas-malasan menunggu waktu pensiun.
Tapi selama ia belum pergi, kewibawaannya di sekolah ini tetap utuh. Tak ada satu pun staf yang berani menyepelekan kepala sekolah tua yang sudah menarik diri dari tugas rutin dan akan segera pensiun ini.
Wang Shunquan menyambut kedatangan Lin Xianrong, mempersilakannya duduk, baru kemudian menarik kursi dan duduk berhadapan dengan sang kepala sekolah dengan penuh hormat bertanya: "Ada keperluan apa Bapak mencari saya?"
"Sebenarnya tidak ada hal penting." Lin Xianrong menggelengkan tangan. "Hanya ingin menanyakan tentang seseorang, seorang murid."
"Silahkan Bapak bertanya! Selama terkait urusan siswa, saya pasti tahu!" Wang Shunquan tidak sedang membual. Sebagai kepala bidang kesiswaan, ia setiap hari berinteraksi dengan murid dan guru.
"Hmm, apakah di sekolah kita ada siswa bernama Zhou Yi?" tanya Lin Xianrong. Reaksi Wang Shunquan yang tak terduga justru membuatnya terkejut.
“Dia membuat masalah apa lagi?” Setelah mendengar pertanyaan Lin Xianrong, kalimat balasan Wang Shunquan ini nyaris keluar secara refleks!
