Sebenarnya Zhou Yi pernah bingung menentukan jalan hidup. Dia tidak lahir langsung tahu jalan mana yang tepat. Tanpa acara realitas ini, mungkin dia mengambil jalan lain dimana prestasinya biasa-biasa saja.
Tanpa pilihan yang lebih baik, inilah satu-satunya jalan baginya.
Namun karena mengikuti acara realitas ini, bertemu dengan rekan setim, datang ke Eropa yang memperluas wawasan, merasakan pesona sepak bola tingkat tinggi, dan juga karena adanya "kunci kecil" di otaknya, akhirnya Zhou Yi menyadari jalan mana yang seharusnya ia tempuh.
Dari sisi ini, sebenarnya Zhou Yi beruntung. Banyak orang menghabiskan seumur hidup tanpa menemukan jalan yang benar-benar harus mereka jalani. Ada yang sampai mati mengira jalan yang dipilihnya benar, padahal salah.
Banyak orang, sangat banyak orang yang tersesat dalam perjalanan hidup.
……
"Hei, Zhou Yi, sebenarnya apa yang kamu pikirkan?" Sun Pan bertanya kepada Zhou Yi yang sedang bersiap memulai latihan stamina di treadmill.
Saat makan malam, Zhou Yi telah melemparkan "bom" ke dalam pikiran semua orang. Banyak yang sampai sekarang masih belum pulih dari keterkejutan.
Mereka sama sekali tidak mengerti - mengapa Zhou Yi menolak kesempatan emas yang diberikan Tuhan ini?
Beberapa bahkan sangat kesal - Zhou Yi dengan mudahnya menyia-nyiakan kesempatan ini, benar-benar pemborosan! Seandainya itu mereka, pasti akan mati-matian meraih kesempatan ini!
Orang yang punya pemikiran seperti ini adalah... Liang Qiqi.
Liang Qiqi sangat jengkel. Setiap sel tubuh Zhou Yi seolah terlihat sedang pamer baginya.
"Tidak ada pikiran khusus. Aku hanya merasa jika serius menempuh jalan ini, maka tidak boleh asal-asalan..."
"Wah, kamu menyebut bergabung dengan Arsenal sebagai 'asal-asalan'?!" Sun Pan terkejut.
"Sun Pan, kamu benar-benar bukan fans Arsenal ya?" Zhou Yi juga heran.
“Aku fans Xiangbei! Jangan alihkan topik, aku tanya, kenapa harus mengalah?”
“Hmm... Aku tetap ingin bergabung dengan tim yang benar-benar menghargai dan memahami aku. Soalnya latihan profesionalku tidak formal, berbeda dengan kalian.”
“Kamu rasa Arsenal tidak menghargaimu?”
“Mereka bahkan tidak mau kasih kuota 'Special Talent' untukku!”
“Bangsat, ganti aku juga nggak bakal kasih!”
“Putus hubungan!”
“Sudah-sudah.” Yang Muge buru-buru melerai, “Menurutku wajar Zhou Yi belum setuju. Dengan performanya, aku yakin bukan cuma Arsenal yang mengincarnya. Pasti akan ada tim lain datang nanti. Kalau terlalu cepat setuju, gimana kalau ada tim lebih bagus?”
“Tim lebih bagus?” Sun Pan mengerutkan kening, lalu matanya berbinar. “Barcelona?”
“Bisa saja. Gaya bermain Zhou Yi cocok untuk Barcelona.” kata Yang Muge.
“Benar juga.” Sun Pan menepuk tangan. “Kalau Barcelona sih... menolak Arsenal bukan masalah besar!”
Ia mulai berkhayal untuk Zhou Yi: “Kalau benar bisa ke Barcelona... La Masia, wah! Keren banget!”
Guo Nu di samping juga bersemangat: “Aku... aku... aku juga mau...”
Sun Pan melambaikan tangan seperti mengusir lalat: “Lupakan, kamu nggak mungkin.”
“Me... mengapa?” Guo Nu melototi Sun Pan.
"Pertama, kamu adalah bek, kedua kamu juga pendek..." Sun Pan menghitung jari, tapi Zhou Yi menyela.
"Alasan kedua tidak masuk akal, Sun Pan. Tinggi Lao Guo 1,75 meter di Barcelona juga tidak termasuk pendek..."
"Lao Guo, Zhou Yi menghina timmu. Aku bukan provokator, tapi kalau ini terjadi padaku, pasti tidak akan terima..."
"Jangan adu domba, aku serius. Waktu kalian mengunjungi La Masia dengar baik-baik? Direktur teknik itu bilang, pendiri La Masia Ruiz setelah jadi kepala akademi Barcelona, hal pertama yang dilakukannya adalah mencopot slogan di markas klub: 'Jika kamu ingin merekomendasikan pemain muda di bawah 1,8 meter, silakan pergi'? Makanya sekarang pemain Barcelona rata-rata tidak tinggi!"
"Benarkah?" Sun Pan curiga melihat Yang Muge. Meskipun ekspresi Zhou Yi sangat serius, tapi dari pengenalannya selama ini, dia tak yakin apakah ini karangan Zhou Yi. Akhirnya dia minta bantuan penonton di luar: Yang Muge.
Yang Muge mengangguk: "Benar, direktur teknik itu memang bilang begitu. Filosofi akademi La Masia adalah 'bakat adalah satu-satunya standar'."
"Lihat, kan aku tidak salah." Zhou Yi membuka tangan.
Mengapa Zhou Yi mengingat hal ini dengan begitu jelas? Karena saat itu, direktur teknik La Masia Garcia memberitahu semua orang bahwa pendiri La Masia sebenarnya bukan Cruyff, melainkan Ruiz yang bahkan belum pernah didengarnya, Zhou Yi sangat terkejut dan penasaran, sehingga mengingat kejadian ini dengan sangat jelas dan mendalam.
Namun terkait hubungan antara La Masia dan Cruyff, ceritanya agak panjang.
Secara singkat, karena ketidakpuasan Presiden klub Barcelona Montal terhadap prestasi tim muda, Ruiz direkrut sebagai pelatih kepala tim muda pada tahun 1972. Dua tahun kemudian, Ruiz menjadi penanggung jawab akademi yang merumuskan arah pengembangan La Masia - meninggalkan standar penilaian pemain berdasarkan fisik semata dan beralih ke sistem berbasis bakat.
Setelah Ruiz menentukan arah, Tote mewujudkannya. Media menyebut "Tanpa Tote, La Masia tidak akan terlahir." Awalnya sebagai pelatih akademi, Tote membantu Nunez mendirikan basis akademi La Masia pada 1979 sekaligus menjabat sebagai direktur akademi. Selama 30 tahun lebih karirnya, ia menemukan banyak bakat untuk Barcelona. Dialah sang arsitek La Masia.
Sedangkan Cruyff adalah sosok penting yang mengangkat La Masia dari sekadar akademi biasa menjadi bagian strategis tingkat klub Barcelona. Kedatangannya mengubah La Masia dan juga Barcelona. Kejayaan Barcelona saat ini memiliki hubungan erat dengan langkah pertamanya saat baru menjabat sebagai pelatih - mengumpulkan semua pelatih tim muda dan menyampaikan tuntutannya.
Tuntutan Cruyff sederhana: Semua tingkat tim harus menggunakan formasi 433 dan membangun keyakinan pada "penguasaan bola, umpan-umpan pendek, serta mengalahkan lawan dengan teknik".
Tanpa tuntutan ini, La Masia hanya akan tetap sebagai La Masia, sementara Barcelona tetaplah Barcelona. Pencapaian terbesar La Masia mungkin hanya setara dengan akademi Castilla milik Real Madrid - menyuplai pemain berkualitas untuk La Liga, bahkan menghasilkan pemain profesional yang luar biasa, tapi takkan mampu sebagai akademi memberikan dampak yang begitu mendalam terhadap perkembangan sebuah klub, apalagi mengubah peta sepakbola dunia.
Inilah mengapa setiap kali orang menyebut La Masia pasti terkait dengan Cruyff. Selain faktor popularitas Cruyff yang lebih tinggi dibanding Ruiz atau Tort di mata publik, alasan inilah yang mendasarinya.
Cruyff adalah sosok penghubung yang melanjutkan warisan masa lalu dan membuka jalan ke masa depan. Pandangannya jauh melampaui perkembangan sepakbola dunia dan batas pemikiran orang-orang pada zamannya. Meski hanya membawa tim Dream Team meraih satu gelar Champions Eropa, waktu selama bertahun-tahun kemudian perlahan membuktikan kebijaksanaan Cruyff.
Karena itu, hingga kini status Cruyff sebagai bapak spiritual klub Barcelona tidak pernah ada yang berani menyangkal.
……
Guo Nu gembira mendengar perkataan Zhou Yi: "Apa... apa aku bakal..."
Tak disangka Zhou Yi juga menggelengkan kepala padanya: "Lao Guo, jangan kebanyakan mikir." Ia menepuk bahu Guo Nu dengan nada berat.
Guo Nu menunduk lesu.
Yang Muge si "pria hangat" segera menghibur: "Sebenarnya tak perlu terlalu dipikirkan, Lao Guo. Barcelona mungkin tidak tertarik, tapi klub lain belum tentu. Aku yakin performamu di pertandingan-pertandingan ini pasti akan menarik perhatian scout-scout. Kasus Zhou Yi membuktikan bahwa pertandingan kita bisa memancing minuat scout-scout Eropa."
"Ter... terima kasih, Yang Muge. Aku... aku sudah lebih lega..."
Sun Pan bersemangat mendengar penjelasan Yang Muge: "Kalau gitu apa aku juga bakal dilirik? Performaku kan bagus!"
Sebelum Yang Muge menjawab, Zhou Yi menyela: "Yang pasti Arsenal tidak akan mau kiper yang kebobolan tujuh gol dalam 45 menit..."
"Zhou Yi, kamu masih mau latihan atau tidak! Diam saja ngapain, cepat lari! Kalau masih malas, hati-hati di pertandingan terakhir ini kamu bisa diganti di babak pertama!"
……
Usai latihan khusus malam hari, Zhou Yi kembali ke kamarnya. He Ying sudah menunggunya.
Lalu bertanya: "Mengapa tidak menerima tawaran ke Arsenal?"
Tiba-tiba Zhou Yi merasa sangat kesal. Apakah ke depannya orang-orang akan menyapanya bukan dengan "Sudah makan hari ini?" tapi dengan "Mengapa tidak ke Arsenal?"...
He Ying tidak menunggu jawaban Zhou Yi, melanjutkan: "Bagi kamu, itu kan kesempatan langka sekali seumur hidup?"
Menghadapi pertanyaan He Ying, Zhou Yi mengangkat tangan: "Bagi Zhou Yi yang duduk di kelas 3 SMA Qingyang No.1, memang begitu."
"Apa maksudmu?"
"Aku tidak ingin lagi menjadi siswa. Aku ingin menjadi pemain profesional, pemain profesional yang sangat-sangat sukses." Kata Zhou Yi.
He Ying tertegun.
“Saya sudah 17 tahun, tahun depan di waktu yang sama saya akan berusia 18 tahun yang berarti sudah dewasa. Hari ini ada rekan setim yang bilang dasar saya kurang kuat, sebaiknya berlatih beberapa tahun lagi di tim muda. Saya tidak setuju. Justru karena waktu terbatas, saya ingin bisa menyentuh level sepak bola yang lebih tinggi. Di usia ini saat krusial untuk perkembangan teknik, yang saya butuhkan bukan latihan berlebihan tapi banyak bertanding. Ini sudah saya rasakan setelah main beberapa pertandingan di Eropa. Saya ingin cepat masuk tim utama, bergabung dengan klub yang menjanjikan kesempatan main di tim utama meski bukan klub besar. Saya tidak peduli popularitas klub atau jumlah fans, yang penting bisa main, menghargai saya, dan memahami saya. Saya tidak mau menyia-nyiakan tahun terbaik di tim muda klub besar.”
Zhou Yi menyelesaikan pembicaraannya sekaligus. Dia memutuskan ini jawaban terakhir untuk pertanyaan ini, ke depannya siapapun yang bertanya akan dia jawab asal-asalan.
Peringkat Arsenal terlalu rendah, bahkan tidak masuk tiga besar!
Saya bukan penggemar fanatik Arsenal!
Cuaca London terlalu buruk, makanannya juga tidak enak!
London (100 tahun lalu) ada polusi kabut!
……
Dan sebagainya, silakan pilih alasan yang kalian suka.
Terakhir, dia menatap He Ying yang terdiam: "Ini ambisi kecil saya."
