"Denger belum, Dongzi." Asisten pelatih Xu Yang menemui Hao Dong, buru-buru menyampaikan kabar angin. "Borussia Dortmund juga kirim orang cari Zhou Yi!"
"Hah? Lewat kita?" Hao Dong kaget, dia tidak menerima kabar apa-apa.
"Bukan... Mereka langsung datang ke hotel cari Zhou Yi!"
"Lalu bagaimana mereka bicara? Bahasa saja tidak nyambung kan?"
"Katanya scout itu sepertinya... bisa bicara Bahasa Mandarin."
"Wah, menarik..." Hao Dong bergumam. Scout klub Jerman Borussia Dortmund bisa bahasa Mandarin... Ini kebetulan belaka, atau sengaja? Jika yang terakhir, berarti Dortmund sangat serius memperhatikan Zhou Yi.
"Hasilnya bagaimana?" tanyanya.
“Bagaimana lagi? Katanya Zhou Yi menggunakan trik yang sama untuk menolak tawaran mereka.” Xu Yang mengungkapkan ini dengan sedikit penyesalan. “Apa yang ada di pikiran Zhou Yi? Daripada memikirkan tim utama, pertama-tama kamu harus bisa bermain di Eropa dulu baru berhak mempertimbangkan hal lain. Sekarang dia malah mengajukan syarat lebih tinggi sejak awal, siapa yang mau terima? Dia kan bukan jenius seperti Messi…”
Masalah ini sudah didiskusikan Hao Dong dengan Xu Tao kemarin, saat itu Xu Yang tidak hadir. Hao Dong tersenyum menghibur: “Ah, baguslah dia punya pemikiran sendiri. Jangan terlalu dipikirkan, Bapak kan bukan ayahnya.”
“Usiaku sudah hampir seperti kakeknya… Aku cuma tidak tega melihat bakat bagus ini terbuang karena terlalu muluk. Kau tahu, pemain China yang ingin bermain di luar negeri itu susahnya bukan main. Zhou Yi punya keuntungan, dia sekarang tidak punya klub jadi tidak perlu izin klub domestik untuk transfer - satu hambatan berkurang… Eh, dia malah buat hambatan lebih tinggi sendiri! Hah!”
Hao Dong menggeleng: “Menurutku belum tentu lebih tinggi. Dibanding klub-klub domestik yang seenaknya minta harga selangit, ini masih cukup masuk akal. Pemain muda berhak memperjuangkan jaminan hak yang lebih menguntungkan - biasanya pekerjaan ini diserahkan ke agen. Zhou Yi tidak punya agen jadi harus berjuang sendiri. Justru menurutku sikapnya yang tegas tapi santun menghadapi klub Eropa itu bagus.”
“Ya, aku juga benci tipe orang yang begitu melihat klub Eropa langsung ingin berlutut dan memeluk paha mereka. Tapi... Ah! Aku hanya khawatir bakatnya akan terbuang sia-sia!”
Hao Dong tersentuh melihat mantan mentornya begitu gelisah demi seorang anak. Semangat dan ketulusan dalam membina sepakbola remaja inilah alasan ia mengundang sang mentor untuk menjadi rekan kerjanya.
“Tenang saja, Pelatih Xu. Masih ada hubungan pribadi yang bisa kugunakan. Jika perlu, aku juga bersedia membantu anak itu,” kata Hao Dong.
“Ini benar-benar mengantar Buddha sampai ke Nirwana.”
“Bukankah kita sama-sama menyukai bakat istimewa?”
Keduanya saling bertukar senyum.
……
Setelah kembali ke kamar hotelnya, hal pertama yang dilakukan Tim Kist adalah menelepon Klopp.
“Tim, sudah bertemu dengan anak itu?” tanya Klopp langsung tanpa basa-basi saat telepon tersambung.
“Sudah. Tapi ada masukan untukmu, Jürgen.”
“Perlu kucatat?”
“Tidak, sederhana saja. Begini keadaannya...”
Kist menjelaskan secara detail seluruh percakapannya dengan Zhou Yi sore itu kepada Klopp melalui telepon.
“Maksudmu... dia meminta janji kesempatan main di tim utama?” tanya Klopp balik setelah mendengar penjelasan.
“Ya. Bahkan sebelum kita, sudah ada klub yang mendekatinya. Tapi permintaan yang sama ditolak menurut penuturannya.”
“Klub mana?”
“Arsenal.”
Di ujung telepon, Klopp terkekik kecil.
“Bagaimana jawabanmu padanya?”
“Saya bilang saya tidak bisa memutuskan ini sendirian. Saya janji akan memberi jawaban besok siang, dan dia berjanji tidak akan menerima tawaran dari klub lain sebelum itu.”
“Hmm, Tim, saya ingin kamu menyampaikan padanya besok siang bahwa saya akan menemui langsung dia besok malam.”
Mendengar perkataan Klopp, Tim Kist tertegun. Tadinya dia mengira ini hanya urusan telepon biasa - Klopp tinggal memberi jawaban ya/tidak lewat telepon, lalu dia sampaikan ke Zhou Yi.
Tak disangka Klopp mau datang sendiri!
“Bukannya kamu harus melatih tim?”
“Makanya saya baru bisa datang setelah latihan sore selesai,” kata Klopp.
“Ini... Jürgen, apakah ini sepadan?”
“Pantas atau tidak, kita bicara setelah bertemu.”
……
Setelah ragu seharian, Alan Powell akhirnya memutuskan menyampaikan permintaan Zhou Yi ke Kepala Akademi Arsenal, Liam Brady.
Mengapa harus ragu seharian?
Karena menurutnya permintaan Zhou Yi ini benar-benar tidak masuk akal. Mengajukan syarat seperti ini hanya akan membuatnya dimarahi atasan.
Brady terdiam sejenak setelah mendengar laporan Alan Powell lewat telepon.
Powell juga diam, memegang ponsel menunggu jawaban atasan.
"Klausul bakat spesial... Dia bahkan tahu tentang ini..." Nada suara Brady seolah-olah Zhou Yi tidak seharusnya mengetahui hal ini. "Klub kami setiap tahun mencari para bakat dari seluruh dunia, lalu membawa mereka ke Emirates Stadium. Klausul bakat spesial diperuntukkan bagi pemain yang langsung bisa bermain di tim utama. Ini sama sekali tidak akan diterapkan padanya. Anda bisa menyampaikan bahwa klub Arsenal bersedia meminjamkannya ke klub mitra terbaik, dengan mencantumkan secara jelas jumlah penampilan dan persyaratan waktu dalam kontrak peminjaman untuk memastikan dia mendapat pelatihan terbaik, tapi jangan bahas lagi soal klausul bakat spesial."
Setelah mendapat instruksi atasan, Alan Powell mengangguk: "Baik, saya tahu harus berkata apa. Tapi... bagaimana jika dia bersikeras pada pendapatnya sendiri?"
Powell bertanya lagi, karena ia kembali teringat Zhou Yi yang duduk berhadapan dengannya namun terlihat tenang dan sulit dihadapi secara tidak wajar, sama sekali tidak seperti anak 17 tahun...
"Ini tidak bisa dikompromi. Kami sudah menunjukkan ketulusan terbesar kami. Jika dia tidak mau menerima, ya sudah begitu saja." Brady berkata.
Dalam proses Arsenal mencari pemuda berbakat di seluruh dunia, pasti akan ada situasi yang terpaksa harus dilepaskan. Sebagai Kepala Pelatih Akademi tim, Brady sudah sering melihat kasus seperti ini. Tidak ada yang perlu disesali, ini wajar. Saat kau memilihku, aku juga memilihmu. Harus ada kesepakatan dari kedua belah pihak, baru hal ini mungkin berhasil.
"Meskipun ada sedikit penyesalan dalam hati Brady, penyesalan itu tidak mempengaruhi keputusannya. Dia hanya merasa takjub dengan keteguhan tidak realistis Zhou Yi - keteguhan bodoh ini akan membuatnya kehilangan kesempatan, tapi tidak merugikan Arsenal."
"Dalam pandangan Brady, Arsenal sudah cukup baik memberi kesempatan pada Zhou Yi. Anak di tahap ini seharusnya tidak menawar-nawar."
……
"Keesokan harinya, setelah menyelesaikan latihan, Zhou Yi mengikuti bus kembali ke hotel. Tapi alih-alih masuk kamar bersama yang lain, dia... dibawa pergi oleh Hao Dong."
"Semua orang memandang punggung Zhou Yi dan Hao Dong yang pergi, ada yang iri ada yang dengki."
"Kali ini klub mana lagi ya?"
"Gila semuanya! Kenapa hanya Zhou Yi yang dicari? Permainanku juga bagus!"
"Ayo tebak, kali ini Zhou Yi akan menolak atau menerima..."
"Saat semua orang ramai berdiskusi, tak ada yang memperhatikan Tim Kist yang duduk di sudut lobi dengan wajah gelisah."
"Sebenarnya Kist sudah datang sejak lama, tapi sama sekali tak ada kesempatan mendekati Zhou Yi. Begitu latihan selesai, Zhou Yi langsung pergi bersama pelatih mereka."
"Orang bodoh pun tahu, pasti ada klub lain yang datang."
"Hanya saja tidak tahu kali ini siapa..."
"Dia menebak-nebak dengan perasaan was-was."
"Tak lama kemudian, mungkin belum sampai sepuluh menit, dia melihat Zhou Yi keluar lagi dari lift sambil melirik-lirik."
"Dia tahu itu tanda Zhou Yi mencari dirinya sesuai janji sebelumnya, lalu bergegas mendekati Zhou Yi."
“Kulihat tadi kamu mengikuti pelatihmu……”
“Masih Arsenal.” Zhou Yi berkata. “Kali ini mereka menawarkan persyaratan pinjaman yang lebih baik, tapi...masih tidak mau berkomitmen tentang masalah tim utama. Jadi kita benar-benar gagal.” Ia mengangkat tangan.
“Itu sangat……” Kist tak bisa melanjutkan, karena bingung apakah harus menghibur Zhou Yi atau bersenang-senang karena masih ada kesempatan.
Zhou Yi juga merasakan kecanggungan Kist, lalu tersenyum: “Kamu ingin bilang ini kabar baik?”
Kist garuk-garuk kepala canggung: “Lupakan ini, aku datang untuk memberi kabar terbaru. Begini, setelah permintaanmu itu...klub sangat serius, jadi pelatih tim utama Klopp akan terbang khusus ke sini untuk bertemu muka, malam ini juga.”
Zhou Yi terkejut mendengar perkataan Kist.
Jürgen Klopp adalah pelatih baru Borussia Dortmund, sebagai fans dia tentu tahu ini.
Tapi tak disangka pelatih tim utama Klopp mau datang khusus ke Barcelona untuknya...
Ini benar-benar di luar dugaan.
……
Setelah latihan sore, Zhou Yi akhirnya tidak langsung dipanggil Hao Dong ke kamarnya begitu tiba di hotel. Semua lega - akhirnya sementara tidak ada yang mencari Zhou Yi. Kalau setiap hari lihat klub lain mendatanginya, hati mereka sungguh tidak enak...
"Tapi baru makan setengah jalan, tiba-tiba terlihat dua orang muncul di luar restoran. Salah satunya memakai topi baseball, sementara yang lain melambaikan tangan ke arah restoran."
Zhou Yi langsung berdiri setelah melihat mereka: "Ah, ada yang cari saya. Malam ini kalian tak usah urus saya!"
Setelah berkata demikian, dia langsung bergegas keluar.
Kepergian mendadak Zhou Yi membuat rekan-rekan setimnya penasaran. Pandangan penuh tanda tanya mereka tertuju pada dua orang di pintu masuk restoran.
Terlihat Zhou Yi berbicara sebentar dengan kedua orang itu di pintu, lalu berjabat tangan dengan pria bertopi baseball. Ketiganya pun pergi meninggalkan restoran, menghilang dari pandangan.
Tiba-tiba seseorang berteriak: "Itu bukan Klopp ya?"
Ada yang bingung: "Klopp siapa?"
"Kamu nggak nonton bola? Pelatih baru Borussia Dortmund tahun ini, Jürgen Klopp!"
"Yang mana?"
"Yang pakai topi tadi!"
"Gua banget!!!!"
Suasana restoran langsung gempar.
Pelatih tim utama Borussia Dortmund sendiri yang datang mencari Zhou Yi!
Ini situasi apa!
Ini jauh lebih mengagetkan daripada kedatangan scout!
Sun Pan juga terpaku. Dia tak menyangka Borussia Dortmund langsung mengerahkan pelatih tim utamanya.
"Gila, makan-makan aja ada pelatih datang. Nggak bisa santai makan ya?" gerutnya.
Dalam keriuhan itu, Liang Qiqi memandang butiran nasi yang berceceran di meja karena semprotan mulutnya, ingin menangis tapi tak kuasa.
Baru saja, saat dia baru saja memasukkan paella ke mulutnya, mendengar kabar bahwa pelatih Borussia Dortmund, Klopp, secara pribadi datang ke Barcelona mencari Zhou Yi, membuatnya tersedak beberapa butir nasi ke tenggorokan. Batuk keras berikutnya menyemburkan semua makanan dari mulutnya, menciptakan kekacauan seperti yang terlihat sekarang.
Apa orang tidak bisa makan dengan tenang?!
Dialah yang paling ingin mengucapkan kalimat itu...
