Zhou Yi duduk di restoran biasa, sudut biasa, meja untuk empat orang yang hanya diisi tiga orang.
Dia, Tim Kist, dan Jürgen Klopp.
Klopp meletakkan topi baseball di kursi keempat, seolah sedang menyimpan tempat untuk seseorang.
"Maaf mengganggu waktu makammu, jadi aku akan mentraktirmu. Sebenarnya aku langsung datang dari Brackel tanpa makan malam, sekarang lapar sekali!"
Setelah menerjemahkan ucapan Kist, Zhou Yi tersenyum. Menurutnya Klopp tidak seperti bayangannya, orang ini cukup menarik.
Tapi Klopp tidak puas dengan reaksi Zhou Yi: "Zhou, saranku mulai belajar Bahasa Jerman sekarang. Banyak hal jadi tidak autentik kalau lewat penerjemah. Misalnya lelucon tadi, kamu baru tertawa setelah terjemahan - membuat leluconku jadi awkward."
“Setelah menerjemahkan kalimat ini, Kist menambahkan pada Zhou Yi: 'Jangan hiraukan, Jürgen memang seperti itu. Kamu harus terbiasa dengan gaya bicaranya.'”
“Tim, jangan menambahkan komentar sembarangan. Ini membuatku khawatir Zhou tidak memahami maksudku.” Klopp sepertinya menangkap sesuatu, dia mengingatkan Kist.
“Aku tidak, Jürgen. Aku hanya memberitahunya bahwa ini gaya khasmu.” Kist membela diri.
Zhou Yi mendengar percakapan mereka dalam Bahasa Jerman, benar-benar bingung.
Bahasa Jerman ini terdengar seperti mulut yang terus-menerus mengandung dahak ingin diludahkan...
Tampaknya langkah pertama belajar Bahasa Jerman adalah harus menahan dahak di mulut dulu.
Setelah berdebat dengan Kist, Klopp kembali menatap Zhou Yi: “Aku bukan tipe yang suka berbasa-basi. Aku lebih suka langsung ke inti. Begini, Zhou, kamu bilang ke Kist ingin mendapat janji tim utama Borussia Dortmund. Tapi jujur, aku sangat kecewa dengan permintaanmu ini.”
Setelah diterjemahkan, Zhou Yi justru bertanya-tanya: Apakah permintaannya dianggap terlalu tinggi? Apa perlu terbang dari Dortmund khusus untuk menegur ketidaktahuannya?
“Karena rencana ku untukmu bukan sekadar main di tim utama.”
Saat mendengar kalimat ini, Zhou Yi terkejut.
“Kamu akan menjadi bagian sangat penting bagi Borussia Dortmund di masa depan.”
Zhou Yi mengira salah dengar, bertanya pada Kist: “Dia benar bilang begitu?”
“Tentu saja…” Kist juga tidak menyangka penilaian Klopp terhadap Zhou Yi begitu tinggi, ekspresinya sama-sama terkejut.
“Aku tidak bisa berjanji kapan kamu bisa bermain di tim utama sekarang. Tapi yang bisa aku janjikan adalah, selama kamu bermain baik di tim muda dan menunjukkan performa luar biasa, pasti akan dipromosikan ke tim utama. Tidak peduli berapa usiamu, kalau di usia 19 kamu hebat, aku akan buatmu main di Bundesliga di usia 19. Kalau di 18 sudah hebat, ya di 18 tahun. Kurasa kamu juga tahu, yang suka kasih kesempatan pemain muda bukan cuma Wenger, tapi juga aku.”
Klopp berbicara dengan penuh kebanggaan dan keyakinan.
Zhou Yi benar-benar terpana oleh perkataan Klopp. Tidak disangkanya pelatih tim utama klub besar Bundesliga bisa mengucapkan hal seperti itu.
Janji semacam ini… Jika ini bukan becanda, sungguh sangat menarik…
“Tentu, ini tidak bisa dimasukkan ke kontrak karena tidak ada batasan tanggung jawab yang jelas, hukum juga tidak mendukung klausul seperti ini. Jadi, kamu harus percaya pada integritas dan janji pribadiku.”
Klopp menatap Zhou Yi tanpa berkedip, pandangannya langsung.
“Aku ada pertanyaan.” Zhou Yi akhirnya bisa berbicara.
“Silakan.”
“Pertama, aku senang Anda sangat menghargaiku. Tapi aku juga heran, mengapa? Kalimat ‘kamu adalah bagian penting masa depan Borussia Dortmund’ itu hanya pemanis atau serius? Jika serius, alasannya apa?”
Setelah mendengar terjemahan dari Kist, Klopp tersenyum: "Ini bukan sekedar pertanyaan. Tapi benar, aku harus menjelaskan dengan jujur daripada membuaimu dengan janji manis tentang masa depan cerah lalu menipumu masuk Akademi kami. Jika beberapa tahun lagi kamu sukses, klub akan untung. Jika gagal, kami juga tidak rugi..."
Bercanda sebentar, Klopp bertanya pada Zhou Yi: "Tebak bagaimana aku menemukanmu?"
"Lewat pertandingan melawan Tim junior Borussia Dortmund?"
"Benar, tapi aku tidak tahu lewat laporan scout setelah pertandingan. Aku tahu beberapa klub tertarik padamu, bahkan ada yang sudah menghubungimu. Tapi aku yakin tidak ada satu pun pelatih klub itu yang benar-benar menyaksikan penampilanmu langsung di lapangan, kecuali aku."
Zhou Yi benar-benar terkejut - tak disangka Klopp sendiri yang menonton langsung pertandingannya. Tapi mengapa pelatih tim utama tiba-tiba datang ke lapangan latihan tim muda?
"Dan sejak itu setiap penampilanmu di pertandingan, aku tahu persis. Ini berkat kerja keras Tim." Dia menunjuk Kist. "Dia yang bertugas melacak dan mengobservasimu bukan cuma satu dua pertandingan. Melawan Arsenal, Chelsea, Manchester United, Liverpool, AC Milan dan Inter Milan - setiap gerak-gerikmu di lapangan aku pantau. Tim adalah scout yang luar biasa, penilaiannya tentang pemain sangat tajam. Dialah yang mendesakku untuk segera merekrutmu... Aku akan bicara terus terang, Zhou. Kenapa aku harus terbang kemari? Karena aku takut kau kabur. Tahu banyak kompetitor di luar sana, aku ingin mengikatmu secepatnya agar bisa tidur nyenyak."
Zhou Yi terkekeh, pelatih ini bicaranya blak-blakan sekali.
Tapi justru karena itu, persepsinya tentang Klopp - yang sebelumnya hanya dikenal lewat berita - mulai berubah.
Seperti kata Kist, gaya komunikasi jujur seperti inilah yang menjadi daya tarik pribadi Klopp.
Mengingat ucapan Klopp tadi: "Kau hanya bisa percaya pada karisma dan janji pribadiku"...
Zhou Yi berpikir, kalau pelatih ini sudah mengikuti semua pertandingannya, pastinya sangat memahami kemampuan dirinya. Ditambah jaminan posisi penting di tim utama, serta kesungguhan terbang langsung dari Jerman demi membujuknya bergabung...
Masih ada alasan apa lagi untuk menolak?
Apa masih menunggu Barcelona?
"Bagaimana mungkin." Zhou Yi tahu itu hanya candaan semata, di dalam hatinya dia sangat paham. Dia sama sekali tidak menunggu Barcelona.
Dia hanya menunggu klub yang benar-benar menghargai dan memahami dirinya.
Sekarang, klub seperti itu telah hadir di hadapannya.
Zhou Yi juga orang yang blak-blakan, dia mengangguk: "Kalau Pelatih sudah sejujur ini, saya juga akan jujur. Baik, saya setuju untuk menandatangani kontrak dengan Borussia Dortmund!"
Setelah mendengar terjemahan Kist, Klopp tertegun: "Dia setuju?"
"Sepertinya iya..."
"Kok bisa... semudah ini?" gumam Klopp pelan.
"Bukannya ini yang Bapak harapkan?"
"Memang begitu, tapi rasanya seperti mimpi... Sudahlah, harus percaya! Kalau dia percaya pada kita." Klopp tersenyum ke Zhou Yi sambil mengulurkan tangan: "Kita sepakat, saya akan menantimu di Brackel, Zhou."
"Bukan Dortmund?" Zhou Yi heran.
"Brackel adalah basis pelatihan sepak bola Borussia Dortmund," jelas Kist.
"Oh! Oke! Oke!" Zhou Yi mengangguk cepat.
"Bagus, kita sudah mencapai kesepakatan. Kunjungan saya ke Barcelona kali ini tidak sia-sia. Sayangnya kita belum bisa menandatangani kontrak resmi, karena masih banyak prosedur yang harus diselesaikan sebelum kamu resmi bergabung dengan Dortmund." Kata Klopp. "Untuk saat ini, ini hanya perjanjian kepercayaan."
Zhou Yi tersenyum berkata: “Begini kita sudah square, kan? Aku percaya janji pribadi pelatih, kalian juga percaya janji pribadiku.”
Mendengar perkataan Zhou Yi, Klopp dengan gembira menepuk tangan, tertawa riang: “Benar! Tepat! Saling percaya! Ini dasar hubungan antar manusia!”
Demikianlah, keputusan Zhou Yi bergabung dengan Borussia Dortmund akhirnya diputuskan di sebuah restoran Katalan biasa.
Tidak ada acara mewah dengan gelas anggur bersulang, terlihat sangat santai, sama sekali tidak berbau formal atau protokoler.
Bertahun-tahun kemudian, jika orang mulai menulis biografi Zhou Yi dari momen ini, pasti akan berkomentar: Ini benar-benar cara yang mencerminkan karakter Klopp dan Zhou Yi...
……
Karena lokasi makan sebelah hotel, setelah makan Klopp dan Kist mengantar Zhou Yi kembali ke hotelnya dulu.
Kemudian mereka berbalik arah menuju bandara.
“Jürgen, menurutmu bisakah kita percaya padanya? Bagaimana jika, maksudku jaga-jaga kalau di pertandingan nanti dia tampil gemilang, terus Barcelona juga mengincarnya?”
Di perjalanan ke bandara, Kist akhirnya melontarkan keraguannya.
Sebagai seorang scout, dia telah berurusan dengan banyak pemain dan orang tua mereka, sehingga sudah terlalu sering melihat pemain atau keluarga pemain ingkar janji.
Dia sangat paham, di hadapan keuntungan ekonomi, janji hanya angin lalu. Terlalu banyak anak yang membatalkan kesepakatan dengan Borussia Dortmund hanya karena dapat tawaran lebih menggiurkan dari klub lain.
"Apalagi Barcelona memang lebih menarik dibandingkan Borussia Dortmund."
Klopp mengangkat tepi topi baseballnya: "Lalu bagaimana? Kita juga tidak bisa berbuat apa-apa. Sekarang kita hanya bisa memilih untuk mempercayai anak itu, mempercayai karisma pribadi dan janjinya."
……
Zhou Yi baru saja melangkah beberapa langkah ke lobi hotel ketika langsung dihadang oleh Sun Pan dan kawan-kawan. Selain trio tetap Sun Pan, Guo Nu, dan Yang Muge, ada juga beberapa rekan setim lainnya.
Mereka jelas-jelas juga menunggu Zhou Yi.
Melihat Zhou Yi, mereka langsung mengepungnya.
"Gimana? Gimana? Bagaimana hasil pembicaraannya?"
Semua orang bertanya serentak.
Zhou Yi berpikir ini bukan hal yang perlu disembunyikan, lalu mengangguk dan menjawab: "Ya, aku memilih Borussia Dortmund."
"Wah!" Terdengar suara terkejut memenuhi lobi.
"Mereka... mereka menyetujui permintaanmu itu?"
Semua orang memandangi Zhou Yi dengan penuh ketidakpercayaan.
Janji tim utama? Dengan kemampuan dan pengalaman Zhou Yi, permintaannya itu seperti dongeng belaka. Bagaimana mungkin Borussia Dortmund menyetujuinya?
Zhou Yi mengangguk: "Mereka menyetujui."
Rekan-rekan setimnya terdiam.
Saat Zhou Yi bersikukuh dengan prinsipnya, mereka mengira akhirnya dia akan terbentur realitas keras sampai babak belur, lalu terpaksa menyerah dan menurunkan tuntutan. Bahkan mungkin saat itu sudah tidak ada yang mau menerimanya lagi.
“Tetapi yang mengejutkan mereka, Zhou Yi tetap tidak mengubah tuntutannya meski sudah menolak Arsenal dua kali, dengan keras kepala menunggu tim yang bisa memenuhi syaratnya muncul... Dan benar-benar berhasil!”
Di hadapan ideal yang telah lama dikejar, haruskah berpegang pada prinsip atau berkompromi?
Mundur selangkah adalah kelapangan atau terus mengalah hingga kehilangan kepercayaan diri?
Mempertahankan batasan adalah sikap keras kepala atau keteguhan hati hingga akhirnya berhasil?
Banyak orang mulai merenung.
"Selamat, Zhou Yi. Tak kusangka kaulah yang pertama bisa ke luar negeri di antara kita." Yang Muge mengucapkan dengan tulus.
"Kalian juga pasti segera dapat tawaran!" kata Zhou Yi.
"Jangan dipikirkan, fokus dulu pada pertandingan saat ini." Yang Muge geleng-geleng kepala sambil tersenyum. Sepertinya dia sudah terbiasa dengan kondisi tak dilirik.
"Ah, kau benar-benar beruntung! Kau harus mentraktir!" gerutu Sun Pan tanpa menyembunyikan rasa irinya.
Guo Nu juga memandang Zhou Yi dengan penuh kagum, meski diam, matanya sudah mengatakan segalanya.
Zhou Yi satu ini, pasti membuat banyak orang sulit tidur malam ini.
Untung besok tidak ada pertandingan, kalau tidak performa tim pasti terpengaruh.
