Saat He Ying mencetak gol, yang terguncang bukan hanya pemain La Masia di lapangan, tapi juga Direktur Teknik Akademi La Masia Garcia di pinggir lapangan, serta... penonton lain yang mendukung La Masia, dan para scout.
Bagi scout yang telah mengamati beberapa pertandingan Tim China, gol ini tidak terlalu mengejutkan - setelah Zhou Yi dan He Ying membentuk koneksi, Tim China memang memiliki kemampuan seperti ini. Gol ini menjadi bukti terbaik.
Kolaborasi Zhou Yi memberikan assist kepada He Ying untuk mencetak gol hampir menjadi pola tetap serangan Tim China.
Namun bagi scout yang awalnya datang untuk mengamati pemain La Masia, momen ini sungguh mengejutkan.
Tim China ternyata memiliki pemain berbakat seperti ini?
Lihatlah serangkaian gerak tipu dan perubahan arah He Ying saat melewati Muñesa, semua dilakukan dengan lancar dalam kecepatan tinggi. Saat berhadapan dengan kiper yang keluar, dia dengan tenang memilih chip shot ala sendok, benar-benar menunjukkan kemampuan kelas dunia He Ying.
Selain itu, Gelandang nomor 16 juga membuat mereka terkejut. Mereka tidak tahu nama nomor 16 itu, tapi jelas dia memegang peran penting di lini tengah Tim China. Gol ini mungkin tidak akan terjadi sama sekali kalau bukan karena nomor 16.
Setelah berbalik menerima bola dan menguasainya kembali, dia cepat-cepat mengoper ke belakang lalu dengan tegas mengirim umpan ke nomor 10 di depan.
Akhirnya nomor 10 bisa melewati bek lawan dalam situasi satu lawan satu, lalu sukses melakukan tembakan.
Ketegasan dan penguasaan situasi ini membuat scout profesional terkesan.
Jika fans biasa mungkin lebih fokus pada pencetak gol, tapi para profesional ini menilai pentingnya kontribusi setiap individu.
He Ying memang luar biasa, tapi Zhou Yi juga tak boleh diabaikan.
"Siapa nomor 16 itu?"
Beberapa orang mulai bertanya-tanya secara diam-diam.
Allen Powell menghela nafas melihat Zhou Yi kembali menyelesaikan assist.
Dia tidak tahu apakah performa ini bisa meyakinkan klub, tapi jika benar-benar melepas Zhou Yi, dia merasa tidak rela. Juga tidak tahu apakah klub akan menyesal nanti dengan berkata "Kami hampir saja merekrut Zhou Yi".
Jika hari itu benar-benar tiba, dia tidak tahu bagaimana petinggi klub akan menjelaskan mengapa Arsenal hanya "hampir" merekrutnya alih-alih benar-benar sukses...
Tim Kist merasa senang dengan performa Zhou Yi, tapi sekaligus mengerutkan kening.
"Penampilan ini mungkin akan menarik perhatian lebih banyak scout, seperti Arsenal. Mungkin mereka akan mengevaluasi ulang penilaian terhadap Zhou Yi setelah pertandingan ini, tetapi yang lebih mengkhawatirkan adalah..."
Kist mengalihkan pandangannya ke sisi lain lapangan, ke arah bangku cadangan Tim Muda La Masia B. Di sana ia melihat Garcia, Direktur Teknik Sekolah Sepak Bola La Masia. Ia mengenali sosok yang cukup terkenal di kalangan sepak bola Eropa ini, meskipun lama berkarya di Jepang.
Lihatlah ekspresi terkejut di wajah Garcia... Kist tidak percaya Garcia tidak bisa melihat pentingnya peran Zhou Yi. Jika Barcelona ikut masuk dalam perebutan bakat ini setelah pertandingan, meskipun Borussia Dortmund sudah mendapatkan komitmen awal dari Zhou Yi, Kist tetap merasa khawatir.
Pengalamannya berinteraksi dengan orang China di Asia Timur membuatnya tahu, sebagian dari mereka memang memiliki kecenderungan ingkar janji dan menganggap komitmen lisan seperti angin lalu. Ia tidak tahu apakah Zhou Yi termasuk tipe seperti itu...
Direktur Teknik La Masia Garcia tiba-tiba bertanya kepada Rudolph Borrell dari Tim Muda B yang duduk di sampingnya sambil masih terkejut: "Apakah pemain nomor 16 itu bermain saat pertandingan melawan kita sebelumnya?"
Pertandingan biasa dua bulan lalu mustahil diingat dengan jelas oleh Garcia yang selalu sibuk setiap hari.
"Tidak," jawab Borrell setelah berpikir keras, lalu menggelengkan kepala. Sebenarnya ingatannya juga samar-samar, tapi satu hal yang sangat ia ingat - seandainya pemain nomor 16 itu bermain waktu itu, performa gelandang Tim China tidak akan berantakan seperti pasir yang tercerai-berai.
“Tidak heran...” Garcia mengangguk sambil bergumam.
Tidak heran kali ini Tim China bisa membuat kami kebobolan, tidak heran performa pemain nomor sepuluh Tim China kali ini jauh lebih baik dibanding sebelumnya.
……
Setelah pertandingan dimulai kembali, pemain Tim Muda La Masia B yang marah melancarkan serangan gencar ke gawang Tim China.
Selama periode ini, seluruh lini Tim China mundur bertahan. Kecuali He Ying, Zhang Tao bahkan turun ke area depan area penalti untuk membantu pertahanan, memanfaatkan fisik dan kemampuan heading-nya.
Sementara He Ying yang tetap di depan hanya punya satu tujuan: kontra-serang.
Faktanya, dia benar-benar melakukan seperti yang dikatakan Zhou Yi. Setiap kali mendapat bola, langsung menyerang Muñesa. Dia memanfaatkan kekhawatiran Muñesa akan cedera yang membuatnya tidak berani bertahan total.
Ini benar-benar mengurangi tekanan pertahanan Tim China. Pihak La Masia, mengingat gol He Ying dan masalah yang ditimbulkannya pada Muñesa, tidak berani menekan penuh dan selalu meninggalkan pemain di belakang.
Bagi Barcelona yang mengandalkan pergerakan kolektif, jika lini belakang tidak berani maju, serangan mereka pasti terpengaruh.
Ditambah dengan performa solid lini belakang Tim China, Tim Muda La Masia B yang menyerang habis-habisan baru tersadar setelah 10+ menit membombardir... Mereka belum juga mencetak gol!
Sudah menit ke-35 babak pertama, skor masih 1-0 untuk keunggulan Tim China!
Semakin banyak penonton di luar lapangan yang terkejut dan tak percaya - Bagaimana mungkin Tim Muda La Masia justru tertinggal melawan tim yang bahkan tidak pernah mereka dengar?
Jika dikatakan performa tim muda La Masia buruk?
Itu tidak benar—setelah tertinggal, beberapa serangan dari Tim Muda La Masia B sebenarnya berkualitas tinggi dan mencerminkan filosofi sepakbola Barcelona.
Kalau menghadapi lawan lain, mungkin sudah mencetak dua gol.
Tapi kali ini, tidak satu gol pun tercipta.
Tim China mengerahkan semua pemain bertahan rapat seperti kura-kura, tak bisa ditembus air maupun jarum.
Kiper mereka terutama sangat aktif, tak hanya mampu menepis tembakan pemain La Masia, tapi juga terus meneriakkan berbagai suara aneh, persis seperti monyet.
Teriakan-teriakannya membuat pemain La Masia yang sudah tertinggal semakin kesal dan gelisah.
Meski mereka tidak mengerti apa yang diteriakkan, ekspresi wajah dan gerak tubuhnya memberi petunjuk.
Misalnya saat pemain La Masia menembak melambung atau melenceng, dia akan bertepuk tangan sambil teriak gembira—mereka tidak paham tapi menduga itu semacam "tembakan bagus".
Saat tembakan mereka ditepis, dia akan memamerkan otot dan kemampuan.
Menghadapi lawan berisik seperti ini dalam pertandingan... benar-benar menyebalkan.
Sebenarnya, kadang rekan setim di Tim China juga merasa Sun Pan mengganggu... di luar lapangan dia cerewet, di dalam lapangan juga banyak omong dengan teriakan aneh, membuat bek terdekat merasa ada radio sampah di belakang mereka.
Tapi di pertandingan ini, mereka tidak merasakan hal itu.
Terutama saat La Masia gagal menembak, terdengar teriakan panjang Sun Pan: "Gagal menembak——pesawat terbang——!"
Benar-benar merasakan kepuasan yang tak terkira...
Karena, kita juga bisa menertawakan mereka!
……
Menjelang akhir babak pertama, Tim Muda La Masia B melancarkan serangan yang sangat ganas, serangan ini mungkin lebih ganas daripada semua serangan sebelumnya.
Pertama-tama, penyerang "Ronaldinho baru" Christian Ceballos yang sudah berlatih satu lawan satu dengan Ronaldinho sejak usia 14 tahun dan sangat dihargai olehnya, melakukan kombinasi wall pass dengan rekan setim Sergi Roberto di depan area penalti.
Saat itu dia tiba-tiba membawa bola dari gelandang maju ke depan, lalu mengoper ke Roberto yang menyundul bola dengan tumit di sudut area penalti, mengarahkan bola ke jalur gerakan Ceballos.
Meskipun Li Linyuan mencoba menghalangi dengan kakinya, hanya sedikit menyentuh bola yang akhirnya mendarat di kaki Ceballos. Ceballos membawa bola masuk ke area penalti sementara Li Linyuan berbalik tubuh dan berusaha mengejar, namun sudah tertinggal di belakang.
Sun Pan berteriak: "Aku yang tangani!"
Melompat keluar gawang untuk menutup sudut tembakan orang itu.
Ceballos melepaskan tembakan rendah, Sun Pan menyambar ke samping dan berhasil memblok bola.
Tapi bola tidak keluar garis lapangan, malah mendarak tepat di tengah depan gawang!
Di depan gawang tepatnya ada gelandang La Masia, Adrià Carmona. Pemain yang baru musim panas ini membantu Spanyol U17 memenangkan Kejuaraan Sepak Bola Remaja Eropa U17 sebagai inti tim ini, langsung menendang voli dengan sisi dalam kaki kiri menghadapi bola yang melayang!
Sun Pan yang langsung bangkit dari tanah dan berusaha menyambarnya, namun di tengah lompatannya jelas sudah tak bisa menghentikan bola ini...
Saat bola hampir masuk ke gawang, Guo Nu yang kembali ke garis gawang justru menghalau bola dengan paha!
Sorak-sorai di pinggir lapangan yang baru saja bergemuruh langsung mereda.
Namun serangan La Masia ini belum berakhir.
Bola yang mengenai kaki Guo Nu berubah arah, berputar di udara membentuk akurasi lengkung, lalu melayang tepat ke arah Ceballos!
Ceballos yang masih menyesali tembakannya gagal masuk tiba-tiba melihat bola kembali terbang ke arahnya - Tuhan memberinya kesempatan untuk menebus penyesalan itu!
Kali ini dilewatkan!
Dia melompat tinggi, menyambut bola dengan sundulan kepala!
Sun Pan yang awalnya tak berdaya berputar mengikuti arah bola... Sungguh luar biasa! Dari posisi setengah berlutut seolah ada pegas di bawah lututnya, Sun Pan melompat dahsyat dengan lengan terentang menepis bola yang menuju gawang!
"Bola kali ini langsung melesat keluar garis gawang, tidak memberi kesempatan membentuk tembakan susulan bagi satu pun pemain La Masia."
Ceballos menutupi kepala dengan kedua tangan, memandang Sun Pan yang terjatuh kembali ke tanah dengan ekspresi tak percaya.
Bukan hanya dia yang terkejut, Carmona yang tembakan susulannya di tengah juga terhalang pun bereaksi sama.
Sementara pemain Tim China berhamburan mendekati Sun Pan dengan semangat, memeluknya erat.
Ada yang membantu Guo Nu bangkit sambil memeluknya: "Kerja bagus, Lao Guo!"
Mereka ikut memanggil Guo Nu seperti panggilan Zhou Yi.
Terlepas dari penilaian sebelumnya terhadap Guo Nu, setelah melalui banyak pertandingan, akhirnya mereka bisa mengesampingkan perbedaan dan benar-benar bersatu layaknya satu tim saat menghadapi musuh kuat di pertandingan terakhir.
Zhou Yi juga berlari penuh semangat memeluk Sun Pan sambil berteriak: "Panpan! Panpan!"
Sun Pan yang sedang bersemangat langsung merasa suasana berubah drastis: "Panpan apaan sih?"
"Pintu anti maling Panpan! Panpan tiba, hidup aman sentosa! Belum pernah lihat iklannya?"
"......" Sun Pan mengedipkan matanya kesal.
Dirinya yang jelas-jelas kiper gagah perkasa, setelah perkataan Zhou Yi ini, yang terbayang justru panda kartun dengan lingkaran hitam di mata - sama sekali tidak gagah lagi...
