Untuk penyelamatan luar biasa Sun Pan ini, sebenarnya Hao Dong dan yang lain di pinggir lapangan sudah mulai terbiasa. Selama perjalanan di Eropa, mereka telah menyaksikan banyak kali penampilan hebat Sun Pan seperti ini.
Tapi seberapa pun terbiasanya, setiap kali melihat mereka tetap akan sangat bersemangat.
Yang lebih penting, dalam pertahanan kali ini seluruh tim bersatu padu. Jika ada satu pemain melakukan kesalahan, tidak masalah, rekan setim lainnya segera menutupinya.
Li Linyuan melakukan kesalahan di akhir, tidak menendang bola keluar malah mengalirkannya ke kaki Ceballos, tidak masalah, Sun Pan segera maju menghalangi tembakan Ceballos.
Sun Pan memukul bola ke tengah, Guo Nu yang berada di depan garis gawang langsung membersihkan bola, memberi Sun Pan kesempatan penyelamatan kedua.
Inilah yang paling ingin mereka lihat.
Sebuah tim, benar-benar sebuah tim yang utuh.
……
Penyelesaian Sun Pan ini adalah peluang terdekat Tim Muda La Masia B untuk mencetak gol di babak pertama. Bola terbang dua kali berturut-turut ke gawang Tim China yang nyaris kosong, tapi selalu bisa dihalau.
Ini juga sangat memukul moral La Masia, mereka tidak percaya kesempatan emas seperti ini bisa terbuang...
Tendangan sudut yang diambil kemudian juga tidak membawa ancaman berarti bagi Tim China.
Kali ini bahkan Sun Pan tidak perlu turun tangan. Guo Nu melompat tinggi, mengalahkan Marc Bartra dan Muniesa dua bek tengah itu, menyundul bola keluar.
Meski posturnya tidak tinggi, lompatannya sangat luar biasa dan posisi sundulannya akurat, sehingga dia sering bisa menguasai titik jatuh pertama di depan gawang.
Babak pertama berakhir beberapa menit kemudian, skor tidak mengalami perubahan.
1:0, pemuda sepak bola China unggul!
Hasil ini pasti tidak terduga oleh semua orang sebelum pertandingan—kecuali Zhou Yi.
Zhou Yi yang telah mensimulasikan banyak pertandingan di dunia FIFAOL3 tahu, memimpin di babak pertama melawan Tim Muda La Masia B bukanlah hal aneh.
Yang benar-benar sulit adalah babak kedua.
Di babak kedua, seiring menurunnya stamina Zhou Yi dan rekan setim, kontrol Tim China akan melemah sementara serangan La Masia pasti semakin meningkat.
Jika tidak bisa menahan serangan mereka, tim mungkin akan runtuh. Semua usaha di babak pertama akan sia-sia.
Jadi babak kedua adalah kunci dari segala kunci.
Dia turun lapangan untuk memanfaatkan 15 menit istirahat ini beristirahat sebanyak mungkin dan memulihkan tenaga.
Pemain Tim China lainnya turun sambil bercanda, saling mengepalkan tangan untuk menyemangati. Mereka sangat puas dengan babak pertama ini.
Sebaliknya, pemain Tim Muda La Masia B turun dengan kepala tertunduk, langkah tergesa, dan semangat rendah.
Mungkin hingga sekarang, bayangan penyelamatan dramis Sun Pan dan Guo Nu di depan gawang masih terngiang, mereka belum pulih dari pukulan gagal menyamakan kedudukan.
Pelatih tim muda Borell juga meninggalkan direktur teknik Garcia, bergegas menuju ruang ganti untuk menyusun taktik babak kedua.
Ekspresinya juga terlihat tidak enak.
Dengan permainan tim yang buruk dan tertinggal satu gol, sebagai pelatih kepala ia merasa malu.
Di depan bangku cadangan La Masia, semua pelatih dan pemain telah pergi, hanya tersisa Garcia seorang.
Garcia tetap duduk di kursinya tanpa bergerak.
Sebagai direktur teknik La Masia, sebenarnya banyak urusan yang harus ditanganinya. Awalnya ia hanya berencana menonton setengah pertandingan sebagai tuan rumah yang menemani tamu, lalu langsung pergi setelah babak pertama.
Namun setelah menyaksikan babak pertama ini, ia mengubah keputusannya.
Ia memutuskan untuk menonton sampai pertandingan berakhir.
Ia berharap timnya bisa bangkit di babak kedua, membalikkan kedudukan dan mengalahkan Tim China, agar La Masia tidak dipermalukan.
Di sisi lain, ia juga sangat tertarik dengan Tim China ini. Performa mereka sekarang seperti mengalami transformasi total dibanding sebelumnya. Ia bisa melihat penyebab utamanya adalah kemunculan Nomor 16. Kehadirannya membuat lini tengah Tim China lebih terkontrol, tapi perubahan terbesar justru terlihat pada kekompakan tim. Setiap pemain tahu apa yang harus dilakukan tanpa keraguan atau perselisihan.
Selama pertandingan, Garcia berkali-kali melihat Zhou Yi berkomunikasi dengan rekan setimnya. Dia berbicara sambil menggerak-gerakkan tangan, sementara rekan setimnya mengangguk-angguk mendengarkan. Di tengah pertandingan, Zhou Yi juga terus meneriakkan sesuatu, dan rekan-rekannya langsung bertindak sesuai perkataannya.
Jelas terlihat bahwa dia memimpin tim ini dan semua rekan setim patuh padanya.
Sejak babak pertama, Garcia sudah sangat ingin menanyakan tentang pemain nomor 16 ini ke pihak Tim China, tapi tidak ada kesempatan.
Saat istirahat babak pertama, semua anggota Tim China sudah meninggalkan lokasi sehingga dia tidak bisa menemui siapa pun.
Sekarang dia harus menunggu sampai pertandingan selesai untuk bertanya pada Hao Dong.
Garcia bahkan sudah mempertimbangkan kemungkinan merekrut pemain nomor 16 ini.
Cara bermain pemain nomor 16 itu mengingatkan Garcia pada gelandang inti tim utama Barcelona sekaligus kapten kedua mereka, Xavi.
……
Di ruang ganti, Zhou Yi duduk diam di tempatnya seperti orang lumpuh.
Dia sedang berusaha memulihkan stamina sebanyak mungkin dan menghemat tenaga.
Rekan-rekan setim lainnya justru sangat bersemangat, masih terus berteriak-teriak bahkan setelah masuk ruang ganti.
Baru setelah Hao Dong masuk, mereka perlahan-lahan menjadi tenang.
Setelah semua pemain diam, Hao Dong berkata: "Jangan terlalu senang dulu. Kita hanya unggul satu gol, dan tekanan di lini belakang sangat besar. Babak kedua akan menjadi ujian terberat."
Semua paham maksud perkataannya - salah satu alasan utamanya adalah masalah stamina Zhou Yi.
Jadi ketika dia mengatakan itu, beberapa orang melirik ke arah Zhou Yi. Zhou Yi masih duduk lesu, bahkan posisinya tidak berubah. Mungkin dia merasa berbicara pun akan menghabiskan tenaga?
"Di babak kedua kita akan bermain bertahan dan serang balik. Pasti lawan akan menekan. Jika ada kesempatan, lakukan serangan balik. Tapi kalau peluang tidak bagus, jangan nekat menyerang," lanjut Hao Dong.
Tapi dia tidak menjelaskan situasi seperti apa yang dianggap sebagai peluang bagus, dan seperti apa yang tidak.
Hal seperti ini tidak bisa diatur sebelum pertandingan. Hanya bisa diputuskan sendiri oleh pemain di lapangan.
Karena itu, momen seperti ini sangat menguji kecerdasan bermain bola seorang pemain dan penilaiannya terhadap situasi pertandingan.
Beberapa pemain yang tidak berpikir jernih, ketika panik hanya tahu melakukan umpan terobosan. Akibatnya malah kehilangan penguasaan bola terus-menerus, akhirnya kebobolan dan kalah.
Ada juga pemain yang ragu-ragu dan takut mengambil tanggung jawab. Meski menghadapi peluang emas, mereka tidak berani mengambil keputusan berisiko.
Orang-orang seperti ini tidak layak menjadi inti serangan tim.
Tapi Hao Dong tahu, Zhou Yi mampu menjalankan tugas ini.
Dalam menilai kapan harus mengambil risiko dan kapan harus bermain aman, Zhou Yi tidak terlihat seperti pemain amatir tanpa pengalaman, atau gelandang setengah matang yang baru beralih posisi.
Hao Dong pasti tidak tahu, alasan Zhou Yi terlihat begitu berpengalaman adalah karena di dunia FIFAOL3, selama dua bulan ini dia sudah bermain ratusan pertandingan.
Bagi seorang pemain profesional, jika tim yang dibelanya bisa mengikuti berbagai kompetisi domestik dan piala benua, dan semua lolos ke final, ditambah pertandingan tim nasional serta pertandingan persahabatan, sementara dia juga harus menjadi pilar utama tim yang tak tergantikan, tidak cedera, dan tidak mengalami penurunan performa, maka dalam satu musim dia mungkin bisa bermain maksimal 80 pertandingan.
Bagaimana dengan Zhou Yi? Di dunia virtual, dalam satu malam dia bisa bermain 8 pertandingan. Dua bulan, 60 hari, 60 malam berarti 480 pertandingan - dalam waktu singkat dua bulan saja dia sudah menyelesaikan jumlah pertandingan setara hampir 6 musim pemain biasa!
Akumulasi pengalaman yang diperoleh sangat luar biasa.
Jadi meskipun riwayat Zhou Yi terlihat sangat singkat dan polos, penampilannya membuat siapa pun mengira dia adalah veteran yang sudah berpengalaman lama di lapangan.
Hal ini membuat orang-orang yang mengenalnya bingung, hanya bisa menyimpulkan sebagai - bakat alamiah yang luar biasa.
……
Di ruang ganti La Masia, pelatih kepala Borrell sedang menenangkan kegelisahan dan kekecewaan para pemain.
Terhadap performa tim, dia tidak punya kritik khusus. Meski wajahnya tak berseri, dia tidak meluapkan amarah ke para pemain.
Lagipula ini tidak terlalu terkait dengan penampilan pemain, kecuali sikap meremehkan lawan. Tapi sekarang membahas sikap meremehkan lawan untuk apa lagi?
Apalagi setelah tertinggal skor, tim sudah mengubah sikap meremehkan itu, tampil aktif dan bermain terorganisir.
Tapi tetap saja gagal mencetak gol.
“……Lihat dua penyelamatan kiper lawan di akhir babak pertama, meski tidak ada gol... sepertinya bukan kesalahan pemain kita.”
“Yang terpenting sekarang adalah menjaga pemain agar tidak terpengaruh skor ini, tidak terpengaruh performa luar biasa kiper lawan.”
“Maka dia mengingatkan pemainnya untuk tetap tenang, jangan panik.”
“……Selama kalian bermain normal, lawan tidak mungkin menang. Jadi ingat, yang bisa mengalahkan kalian hanya diri sendiri, jangan terlalu dipusingkan gol lawan ini.”
“Setelah diberi penenangan darinya, emosi pemain akhirnya stabil.”
“Dia tidak melakukan penyesuaian taktik karena taktiknya sudah sempurna, tidak mungkin diperbaiki lagi. Lagipula gaya bermain tim sudah benar, tidak perlu diubah.”
“Asalkan mental pemain tenang, gol yang seharusnya datang akan datang sendiri.”
“Hanya satu hal: Borell menyuruh Bakary Mendes meningkatkan tekanan pada Nomor 16 saat lawan menguasai bola.”
“Dia juga menyadari, Nomor 16 itu adalah inti Tim China, performanya menentukan baik-buruknya permainan China.”
……
“Saat kedua tim kembali ke lapangan, penonton di pinggir lapangan jauh lebih banyak dibanding babak pertama.”
“Mungkin karena kabar tim muda La Masia tertinggal skor, banyak yang sengaja datang melihat.”
“Sekitar seratus lebih penonton tersebar di tiga sisi lapangan, membuat suasana pertandingan semakin ramai.”
“Ini mengejutkan pemain China.”
“Kenapa istirahat sebentar saja penonton tambah segini banyak?”
"Sayangnya semua menyemangati mereka."
Teriakan dari orang-orang di pinggir lapangan tidak bisa dimengerti. Kalau tidak dimengerti, berarti pasti orang-orang Catalan.
Teriakan dari lebih seratus orang cukup membawa aura intimidasi di sini.
"Sekarang baru terasa kita sedang bermain tandang..." kata salah satu pemain. "Nanti saat kita pegang bola, pasti akan ada siulan ejekan?"
"Justru bagus! Menang dalam kondisi begini baru seru!" seru Sun Pan bersemangat. Dia tipe penjaga gawang yang semakin bersemangat ketika ada banyak penonton. Kalau sepi penonton, mungkin malah kurang bergairah.
"Bukan masalah besar," kata Zhou Yi. "Sebanyak apapun mereka, tidak mungkin turun ke lapangan membantu main."
Teriakan dari seratusan orang sama sekali tidak menggoyahkannya. Di dunia virtual, dia selalu bermain di Camp Nou yang penuh sesak. Suasana di sana jauh lebih mencekam daripada ini.
Terbiasa bermain di lingkungan seperti itu, telinga Zhou Yi sudah otomatis menyaring suara. Sorak-sorai suporter Barcelona sekarang bagaikan musik latar di restoran, sekadar hiasan belaka yang tak mampu menggangu konsentrasinya.
"Ayo kawan-kawan, masih 45 menit lagi. Mari menangkan pertandingan ini!"
Setelah berkata demikian, dia melangkah ke lapangan.
Rekan-rekan setimnya pun mengikuti dari belakang, berjalan bersama menuju lapangan.
