Setelah babak kedua dimulai, Tim Muda La Masia B masih mendominasi serangan, sementara Tim China dengan cepat mengerahkan pertahanan.
Semuanya tidak berbeda dengan paruh akhir babak pertama.
Bagi semua yang menyaksikan, gol dari pihak La Masia hanyalah masalah waktu jika permainan terus berlanjut seperti ini.
Namun para pendukung La Masia tetap berharap mereka bisa menyamakan kedudukan secepatnya.
Setiap kali Tim Muda La Masia B mendapatkan peluang menyerang, tepuk tangan riuh pun bergema di pinggir lapangan.
Pertandingan ini akhirnya terasa seperti pertandingan sesungguhnya.
Karena ada penonton, dan ada persaingan untuk meraih kemenangan.
Sebagai pihak yang terus bertahan, Zhou Yi pun tidak punya ruang untuk menunjukkan kemampuan di lapangan.
Sebagai pemain yang tidak mahir bertahan, kehadirannya seperti menghilang dari lapangan hijau.
Yang paling menarik perhatian adalah bek dan kiper Tim China.
Sun Pan terus meneriakkan instruksi, menggunakan kata-kata dan penyelamatan gilanya untuk menantang setiap pendukung La Masia.
Meski telah melakukan penyesuaian saat istirahat babak pertama, situasi permainan tidak menunjukkan perubahan berarti.
Borell memperketat pengawalan pada Zhou Yi, tapi dalam formasi bertahan total seperti ini, Zhou Yi memang jarang mendapat kesempatan menguasai bola - penyesuaian ini menjadi sia-sia.
Ditambah dengan performa super aktif Sun Pan, setelah 15 menit babak kedua berjalan, Tim Muda La Masia B masih belum bisa mencetak gol.
Serangan mereka terlihat ganas, dengan umpan-umpan pendek di depan area penalti Tim China.
Sayangnya Tim China sepenuhnya bertahan dengan rapat, tidak menyisakan sedikit pun ruang. Mencoba memasuki area penalti Tim China bukanlah hal yang mudah, terkadang mereka terpaksa melakukan tendangan jauh atau umpan silang dari sayap. Namun umpan silang bukanlah taktik andalan mereka, sementara tingkat keberhasilan tendangan jauh juga sangat rendah.
Pada momen inilah masalah kurangnya Thiago Alcântara di posisi gelandang mulai terlihat...
Lini tengah tim muda La Masia ini tidak selancar saat Zhou Yi melihat mereka sebelumnya.
Namun ini tidak berarti gawang Tim China aman. Setiap serangan dari Tim Muda La Masia B justru membuat para pemain cadangan, pelatih, dan kru produksi Tim China yang menyaksikan pertandingan merasa deg-degan, khawatir kebobolan.
Pertandingan seperti ini terlihat sama sekali tidak memberikan rasa aman.
Tapi mau bagaimana lagi? Tim China memang lebih lemah.
Bertahan dengan skor 1-0 saja sudah merupakan situasi yang sangat baik.
Kapan gawang mereka akan bobol?
Langkah demi langkah saja, hal yang terlalu jauh belum bisa dipikirkan sekarang.
……
Sepuluh menit berlalu lagi, babak kedua telah berjalan 25 menit. Tim China masih unggul 1-0 atas Tim Muda La Masia B.
Banyak suporter Barcelona yang datang mendukung La Masia di pinggir lapangan tidak percaya dengan skor ini.
Jika hanya melihat permainan, siapa pun akan mengira La Masia sudah unggul minimal lima gol.
Nyatanya mereka belum mencetak gol... Tim China mungkin terlihat kewalahan, tapi belum kebobolan.
Sun Pan sangat bersemangat, ia merasa pertandingan ini telah berubah menjadi pertunjukan tunggalnya. Setiap sel di tubuhnya sepenuhnya aktif, seperti disuntik steroid.
Apapun cara yang digunakan lawan, di manapun mereka menembak, ia yakin bisa menghentikannya.
Seperti serangan yang sedang diorganisir oleh Tim Muda La Masia B ini.
Mereka saling mengoper bola secara horizontal di area penalti, namun sulit memasukkan bola langsung ke area penalti Tim China.
Sun Pan berdiri kokoh di tengah, meremehkan operan horizontal lawan.
Christian Ceballos menarik diri ke sayap, menerima operan dari rekan setim. Kali ini ia tidak mengoper, melainkan langsung membawa bola ke dalam dengan dribel horizontal.
Sambil mengangkat kepala untuk melihat posisi Sun Pan yang masih berdiri di tengah gawang, sebuah ide tiba-tiba muncul di benaknya...
Jangan dioper, tembak saja ke sudut dekat!
Dengan pikiran itu, Ceballos langsung melepas tendangan saat sedang dribel horizontal!
Kaki kanannya menghantam bola dengan keras.
"Brak!" Bola melesat ke arah gawang.
Tendangan jauh?
Sun Pan bersemangat. Ia paling supa menepis tendangan jauh karena gerakannya terlihat keren - sekali berhasil ditepis, itu akan menjadi penyelamatan spektakuler. Ia menikmati sensasi melayang di udara, kehilangan keseimbangan, mengerahkan seluruh tenaga untuk menepis bola, lalu jatuh berguling.
Kali ini pun tidak( diganti dengan terkecuali).
Melihat bola mendekat, ia langsung menerjang ke arah bola.
Namun... kali ini, tangannya tidak menyentuh bola.
Bola terbang lebih cepat dari yang dia kira, lalu menghantam mistar gawang di belakangnya dengan dentang keras!
Mata Sun Pan terus mengikuti bola, dia melihat bola menghantam bagian bawah mistar gawang, lalu... memantul masuk ke gawang!
Ya, gol!
Gol ke gawang yang dia jaga!
Tim Muda La Masia B menyamakan skor!
Mata Sun Pan membelalak tak percaya - Aku gagal menepis?
Dia terjatuh ke tanah, bahkan lupa melakukan gulingan untuk meredam benturan, hanya tergeletak sambil menatap bola yang bergerak-gerak di dalam gawang.
Di belakangnya, pemain Tim Muda La Masia B sudah bersorak gembira, sementara sorakan dari pinggir lapangan semakin keras.
……
"Indah!! Sungguh indah! Gol spektakuler! Sudut mati sempurna! Kali ini kiper itu pasti tak bisa menepis!" teriak Borell tak kuasa menahan diri, bersemangat seolah sedang memenangkan laga Champions Eropa.
Setelah menunggu begitu lama, akhirnya gol ini tercipta!
Direktur teknik Garcia di sampingnya juga mengangkat tangan bersorak - Tentu saja dia tidak ingin timnya benar-benar kalah dalam pertandingan ini, itu akan memalukan, apalagi di tengah banyaknya penonton...
Sebarlos yang mencetak gol sudah ditubruk rekan setimnya yang antusias, pemain Tim Muda La Masia B merayakan gol ini dengan gegap gempita.
Pendukung di luar lapangan juga bersorak riang.
Adegan ini sebenarnya terlihat ironis——tim muda La Masia hanya menyamakan skor, mengapa mereka bergembira seolah-olah memenangkan pertandingan?
Tapi saat ini, tak seorang pun sempat memikirkan masalah ini.
Tim yang mencetak gol bersorak gembira, sementara tim yang kebobolan diliputi kekecewaan dan penyesalan.
Sun Pan masih terbaring di lapangan, pemain Tim China lainnya serentak menyangga kepala dengan kedua tangan.
Setelah bertahan mati-matian sekian lama akhirnya kebobolan, keunggulan berubah menjadi imbang——perbedaan psikologis yang besar seringkali langsung menghancurkan mental mereka yang memang tidak terlalu kuat.
Inilah alasan mengapa dalam sepakbola, keunggulan satu gol dianggap paling berbahaya——jika disamakan di menit akhir, dampak psikologisnya sangat besar bagi pemain.
Contoh paling terkenal mungkin final Champions Eropa 2005——AC Milan yang unggul 3-0 di babak pertama, harus dikejar Liverpool dengan tiga gol dalam 10 menit di babak kedua. Mental seluruh pemain AC Milan terpukul berat, bahkan setelah 30 menit perpanjangan waktu pun tak pulih, akhirnya kalah adu penalti dari Liverpool dan gagal meraih trofi.
Bayangkan, pemain profesional sekaliber AC Milan saja bisa terpukul sedemikian rupa, apalagi remaja China yang minim pengalaman di pentas besar.
Mental yang runtuh setelah disamakan skor hampir tak terelakkan.
Hao Dong, usai melihat kebobolan, pikiran pertamanya langsung melintas: "Sial!"
“Apa yang perlu dikhawatirkan?”
“Takut skor berbalik!”
Hao Dong melihat jam tangannya, menit ke-71 pertandingan.
Meski merasa tidak rela, sebelumnya sempat terpikir mungkin bisa menang.
Tapi sekarang setelah skor disamakan, harus segera melakukan penyesuaian, mengesampingkan harapan yang tidak realistis.
Dia berkata pada Xu Yang: "Pelatih Xu, panggil Yang Fei."
Xu Yang tertegun sejenak, lalu tersadar. Bertanya: "Tidak perlu pemanasan dulu?"
"Kita tidak punya waktu." Hao Dong geleng kepala. "Lagipula sebelumnya dia sudah melakukan pemanasan."
"Tapi skor kita baru saja disamakan..." Xu Yang ragu-ragu, masih tak rela. Dia tahu rencana Hao Dong - setiap pertandingan di menit 70, Hao Dong akan mengganti Zhou Yi dengan Yang Fei untuk memperkuat pertahanan, mengistirahatkan Zhou Yi yang stamina-nya habis. Sejak pertandingan melawan Tim Muda Chelsea, rotasi ini menjadi prosedur tetap yang tak tergoyahkan.
Keraguan Xu Yang adalah: begitu Zhou Yi diganti, berarti Tim China tidak akan menyerang lagi, pasti fokus bertahan. Berharap bisa mempertahankan hasil imbang. Padahal tadi sempat unggul satu gol, sempat berharap bisa menang. Sekarang harus mengorbankan serangan demi hasil imbang. Sungguh... sayang untuk melepaskannya.
"Justru karena itulah kita harus cepat mengganti pemain." Hao Dong bersikeras. "Kalau tidak, hasil imbang pun bisa terlepas."
"Haah!" Xu Yang menghela napas berat, lalu berbalik menuju bangku cadangan mencari Yang Fei.
……
Setelah Tim China kebobolan, Yang Fei dan rekan setim lainnya di bangku cadangan sama-sama merasa menyesal, kecewa, dan frustrasi.
Dia menyembunyikan kepala dengan kedua tangan menutupi telinga, tubuhnya meringkuk, tidak ingin melihat para pemain La Masia yang bersorak gembira, juga tidak mau mendengar teriakan riang mereka.
Di saat seperti ini, dia seolah mendengar ada yang memanggilnya, suaranya... suara asisten pelatih Pelatih Xu?
Dia segera melepas tangan dari telinga, mengangkat kepala, dan menemukan Xu Yang berdiri di hadapannya dengan ekspresi cemas dan marah: "Apa yang kamu lakukan?!"
"Aku..." Yang Fei ingin membela diri, tapi Xu Yang langsung menariknya dari kursi: "Cepat, pelatih kepala mencari kamu!"
Otak Yang Fei sempat blank, tapi segera menyadari: ini saatnya dia masuk lapangan!
Adegan seperti ini tidak asing baginya. Di beberapa pertandingan sebelumnya, dia selalu dimasukkan pelatih kepala sekitar waktu seperti ini untuk menggantikan Zhou Yi yang sudah kelelahan.
Dia juga tahu, masuk di menit seperti ini berarti misinya hanya bertahan untuk mengejar hasil imbang.
Tapi...
Yang Fei melirik ke lapangan, mencari sosok Zhou Yi.
Entah mengapa, meski seharusnya senang bisa bermain, hari ini perasaannya campur aduk. Menggantikan anak itu di menit seperti ini... Ada keraguan dan ketidakrelaan di hatinya.
“Diam saja ngapain?” Xu Yang melihat Yang Fei tidak bergerak, mengira dia terkejut oleh gol orang itu. Hampir saja dia ingin menendang pantat Yang Fei untuk menyuruhnya lari. Kalau bukan karena ada kamera acara realitas… mungkin dia benar-benar melakukannya.
“Oh… Ah! Baik…” Yang Fei buru-buru berlari ke arah Hao Dong.
Melihat punggung Yang Fei, Xu Yang kembali menghela napas berat.
Dari situasi ini, bertahan untuk hasil imbang?
Cukup bersyukur kalau bisa mengurangi selisih kekalahan…
Untungnya pertandingan sudah berjalan lebih dari 70 menit, waktu tersisa untuk lawan tidak banyak.
