Sebenarnya Allen Powell di luar lapangan sama sekali tidak mengerti teriakan Zhou Yi, tapi dia bisa menebak maksudnya - mungkin memanggil nama rekan setim.
Sebelumnya dia beranggapan gelandang playmaker harus terlibat aktif dalam operasional tim untuk memimpin seluruh regu.
Tapi hari ini, di tepi lapangan latihan La Masia, Zhou Yi dibuat tercengang olehnya—ternyata bisa membuat seluruh tim bergerak hanya dengan teriakan verbal!
Zhou Yi ini, melanggar konvensi seolah sudah menjadi kebiasaannya sehari-hari...
Ia semakin yakin Arsenal tidak semestinya melepas Zhou Yi begitu saja. Apa salahnya menggunakan kuota "Special Talent" yang hanya satu per tahun untuknya?
Lihatlah performanya! Dia layak menyandang definisi "Bakat Spesial"!
Sebagai inti gelandang, kekuatan sejati bukan terletak pada kemampuannya mencetak gol atau melakukan dribel, tapi pada kemampuannya meningkatkan performa seluruh tim. Jelas Zhou Yi adalah orang seperti itu.
Sekawanan singa yang dipimpin domba belum tentu bisa mengalahkan kawanan domba yang dipimpin singa.
Dan Zhou Yi adalah singa itu.
……
Selama tiga menit penuh, di bawah teriakan Zhou Yi yang tak henti, Tim China sukses menjaga penguasaan bola dengan operan-operan, namun pola ini tak bisa dipertahankan—semakin banyak operan, risiko kehilangan bola semakin tinggi.
Tetap harus melakukan tembakan, meski Zhou Yi tahu tembakan yang gagal berarti kehilangan kepemilikan bola.
Akhirnya bola sampai di kaki He Ying yang langsung menghadapi Muniesa dan melepaskan tembakan.
Tembakan ini cukup berbahaya karena Muniesa kini ragu melakukan pressing langsung, trauma akan gol He Ying di babak pertama yang membekas kuat di ingatannya.
Melihat tembakan itu tidak masuk, pendukung La Masia di pinggir lapangan menghela napas lega sekaligus bersemangat menanti.
Menanti balasan mematikan dari Tim Muda La Masia B yang akan mengajar Tim China.
Setelah pertandingan dimulai kembali, Tim Muda La Masia B memang melancarkan serangan gencar ke gawang Tim China.
Tim China kembali terjebak dalam posisi bertahan.
Dalam fase bertahan, Zhou Yi seperti menghilang - jarang terlihat berlari atau berpartisipasi aktif dalam pertahanan.
Dia hanya berdiri di pinggir area penalti bagai orang-orangan sawah, sekadar menghalangi serangan orang itu secara simbolis. Lawan dengan mudah melewatinya baik melalui operan maupun dribel.
Namun baik pemain Tim China di lapangan maupun staf pelatih dan pemain cadangan di bangku cadangan, tak ada yang menyalahkan Zhou Yi atas kurangnya kontribusi bertahan.
Mereka paham betul: Zhou Yi perlu memanfaatkan momen ini untuk beristirahat dan memulihkan stamina.
Hanya dengan cara demikian, ketika penguasaan bola kembali ke kaki Tim China, Zhou Yi akan punya tenaga untuk mengorganisir serangan.
Mereka juga tak perlu khawatir bola tak akan kembali, karena La Masia pasti akan melakukan tembakan - selama tidak gol, kepemilikan bola otomatis kembali.
Tepat seperti prediksi, Tim Muda La Masia B segera melakukan tembakan - dalam situasi genting ini mereka terburu-buru mencetak lebih banyak gol. Mustahil bagi mereka untuk mempertahankan penguasaan bola selama beberapa menit seperti Tim China, mereka harus menyelesaikan setiap serangan dengan cepat untuk memaksimalkan jumlah gol dalam waktu terbatas.
Tembakan kali ini tidak membahayakan gawang Tim China.
"Jauh banget sampai ke rumah nenek——!" Sun Pan menyaksikan bola terbang keluar lapangan, berteriak dengan suara yang dipanjangkan, seperti tukang kayu yang berteriak di hantaman terakhir saat menebang pohon, mengingatkan sekeliling bahwa pohon akan tumbang. Tapi Sun Pan bukan mengingatkan, dia murni mengejek pemain La Masia. Suara yang dipanjangkan disertai senyum mengejek di wajahnya, yakin pemain Tim Muda La Masia B pasti paham selama mereka tidak buta.
Meski gawangnya bobol oleh tendangan spektakuler, kemampuan Sun Pan menyesuaikan mental cukup baik. Kini dia bebas mengejek setiap kesalahan serangan lawan, tanpa memedulikan fakta bahwa dirinya kebobolan...
……
Baik ekspresi mengejek Sun Pan maupun operan Tim China yang dikomandoi teriakan Zhou Yi, semua membuat pemain La Masia B geram——Tiki-taka kan warisan kami La Masia, berani-berainya lawan main aksi di depan ahli... Ini jelas provokasi!
Maka ketika Tim China kembali menguasai bola, pemain La Masia B seperti disuntik adrenalin, menerjang dari lini belakang ke depan, melakukan pressing agresif terhadap pemain China. Mereka mengejar bola ke mana pun dioper.
Pressing seperti ini benar-benar menciptakan tekanan besar bagi pemain Tim China.
Terutama untuk Zhou Yi, karena dia harus bicara lebih cepat, sekaligus memberikan instruksi yang lebih singkat dan jelas.
"Guo Nu, kiri!"
"Operan balik ke kiper!"
"Ke kanan!"
"Belakang kiri!"
Dia mulai tidak menyebut nama pemain yang membawa bola, juga tidak menyebut nama target operan, hanya meneriakkan arah. Rekan setim cukup mengoper bola ke arah yang dia sebut, karena pasti sudah ada rekan yang menunggu di sana.
"Sungguh menakjubkan, kapan kita bisa bermain seperti Barcelona?" Xu Yang takjub. "Lihat operan ini, kompak sekali, seolah sudah bermain bersama selama sepuluh tahun..."
"Bukan kami yang kompak, Pelatih Xu. Ini karena kemampuan Zhou Yi." Hao Dong menjelaskan. "Sebenarnya pemain kami bermain seperti biasa, tapi Zhou Yi selalu bisa menemukan target operan terbaik dengan cepat di antara banyak pemain, lalu memberitahu rekan setimnya. Kecepatan operan meningkat, kesulitan juga bertambah, tapi kenapa operannya tetap bagus? Karena banyak operan sebenarnya sangat sederhana dan dasar, tidak ada tingkat kesulitannya..."
Xu Yang mengamati sejenak lalu mengangguk: "Kau benar, Dongzi. Di lapangan lawan melakukan pressing begitu ganas, pemain kita juga terus berlari. Orang biasa mungkin sudah pusing menghadapi situasi ini, tapi Zhou Yi masih bisa dengan tenang dan akurat menemukan target operan, seolah seluruh situasi lapangan tercetak di otaknya."
“Sebenarnya menurutku terus mengoper seperti ini, habiskan waktu sebanyak mungkin. Hanya dengan ini saja, kita bisa menunda pertandingan hingga berakhir.” Hao Dong tertawa, “Tapi aku tetap ingin menang.”
“Aku juga ingin menang. Kalau tidak, bukankah terlalu menyia-nyiakan suara anak itu?”
……
La Masia melakukan pressing habis-habisan, jika berhasil merebut bola langsung melancarkan serangan cepat. Sementara Tim China mengandalkan mulut Zhou Yi sebagai menara komando. Kedua tim saling berbalasan, terus berganti antara menyerang dan bertahan. Di fase akhir pertandingan, justru ritme permainan menjadi yang tercepat.
Dalam konversi serangan-balik yang cepat seperti ini, waktu pertandingan selalu berjalan lebih cepat.
Tanpa terasa, sepuluh menit pertandingan telah berlalu.
Waktu pertandingan telah mencapai menit ke-83, namun Tim Muda La Masia B masih belum bisa mencetak gol. Ini jelas kegagalan bagi mereka.
Seperti Zhou Yi yang tidak menerima hasil imbang, mereka juga tidak berniat menerimanya - jika bisa diimbangi oleh lawan seperti ini, itu akan menjadi aib besar!
Saat Tim China menguasai bola, pressing mereka semakin ganas. Meski Zhou Yi punya mulut secepat pembaca menu panggung komedi, kini mulai kewalahan.
Tim China mulai sering melakukan kesalahan dalam operan. Beberapa diantaranya dimanfaatkan lawan untuk serangan balik cepat. Kalau bukan karena performa bagus Sun Pan dan Guo Nu, mungkin sudah kebobolan. Bahkan mengoper bola keluar lapangan saat dipressing lawan bisa jadi hasil terbaik saat ini.
"Masih tidak bisa..." Xu Yang menghela napas. Menurutnya, penampilan pemain muda Tim China sudah sangat bagus. Dia benar-benar bangga pada anak-anak ini. Bayangkan performa mereka saat pertama kali menghadapi tim ini, dan bandingkan dengan sekarang—beda jauh bagai langit dan bumi.
Tapi meski tampil begitu baik, tetap sulit mengalahkan tim ini. Sekadar mempertahankan hasil imbang pun terasa mustahil.
Perbedaan kemampuan yang begitu besar ini harus diakui.
Hao Dong diam seribu bahasa. Bibirnya terkunci rapat sementara matanya tak lepas mengawasi lapangan dari pinggir lapangan.
……
Sebagai gelandang bertahan, Yang Muge bahkan dijepit dua pemain Tim Muda La Masia B saat menguasai bola. Karena posisinya dekat gawang, jika berhasil direbut, lawan bisa langsung menghadapi garis belakang Tim China yang rapuh!
Seluruh kemampuan Yang Muge terkuras hanya untuk mempertahankan bola. Sama sekali tidak ada kesempatan melihat situasi sekitar atau mencari target umpan.
Dia merasa sudah di ambang batas, mungkin akan kolaps kapan saja. Tapi dia tak mau menyerah. Jika kekalahan memang tak terelakkan, setidaknya jangan dimulai darinya.
Tiba-tiba, suara Zhou Yi menggema: "Yang Muge, tumit ke belakang!"
Di saat seperti ini, suara Zhou Yi bagai cahaya surgawi yang membuat mata berkaca-kaca.
"Tubuh Yang Muge yang semula goyah tiba-tiba mendapat suntikan energi. Dengan gerakan cepat, tubuhnya yang terlihat agak kurus membentur keras pemain tim muda La Masia di belakangnya yang terus mencoba mengganggu operannya, membuat lawannya itu kaku sejenak dan gagal mengulurkan kakinya."
"Memanfaatkan celah sempit yang tercipta, Yang Muge segera menyentakkan bola dengan tumit ke belakang."
"Sambil menoleh, dia melihat Zhou Yi yang berhasil menerima operan itu."
"Zhou Yi langsung mengoper bola ke sisi kanan tanpa membawa bola lebih dulu. Alih-alih diam di tempat, dia segera berlari mengejar arah operannya sendiri."
"“Oper balik! Lari maju!”"
"Teriaknya."
"Li Linyuan mengembalikan bola kepada Zhou Yi yang sudah berada pada posisi tepat, sambil sendiri terus berlari maju."
"Zhou Yi memutar pergelangan kakinya, membuat bola seperti menabrak tembok dan memantul ke depan tepat ke jalur lari Li Linyuan yang sukses diterimanya."
"Seperti sebelumnya, setelah mengoper Zhou Yi langsung melanjutkan larinya ke depan."
"Ketika Li Linyuan terjebak di sayap oleh pemain La Masia, suara Zhou Yi kembali terdengar: “Oper balik lagi!”"
"Li Linyuan segera memindahkan bola dari sisi sayap ke kaki Zhou Yi."
"Kali ini Zhou Yi melakukan umpan terobosan tajam langsung ke arah He Ying."
He Ying menghadapi Muniesa yang maju untuk bertahan, melakukan gerakan tipuan akan menerobos paksa. Muniesa tertipu hingga mundur cepat satu langkah, tetapi setelah mundur baru sadar He Ying diam tak bergerak. Setelah mengelabui Muniesa, ruang tembak terbuka. He Ying tanpa ragu mengayunkan kaki untuk menembak!
Kiper tim muda La Masia B melakukan penyelamatan spektakuler dengan terjangan menyamping, membuang bola keluar garis gawang.
Suporter di pinggir lapangan terpekik kaget, banyak yang sampai berkeringat dingin.
Meski gagal mencetak gol, He Ying segera mengacungkan jempol ke Zhou Yi - umpan yang bagus.
Bukan hanya dia, semua orang baik dari tim China maupun La Masia memandang ke Zhou Yi.
Serangan kali ini meski jumlah umpan tim China lebih sedikit dari sebelumnya, justru lebih mengancam gawang La Masia.
Satu-satunya perbedaan ada pada pemain nomor 16 Zhou Yi. Setelah beberapa waktu "main bola" dengan mulutnya sambil berdiri, dia mulai berlari lagi...
Zhou Yi menoleh melihat Yang Muge yang juga terengah-engah.
Di tim China, Guo Nu dan Yang Muge mungkin yang paling fit. Zhou Yi tahu persis karena setiap hari dia latihan stamina ditemani mereka berdua.
Tapi sekarang, Yang Muge terlihat kelelahan, tak jauh beda dengan dirinya.
Dia menyeringai, berkata ke Yang Muge: "Sudah cukup, Lao Yang. Serahkan sisanya padaku."
Dengan napas berat, Yang Muge mengangguk: "Baik. Aku... akan di sampingmu."
Ini memberitahu Zhou Yi bahwa jika ada masalah, oper bola padanya, dirinya akan selalu berada di sampingnya sebagai jaminan.
Mendengar ini, Zhou Yi mengacungkan jempol padanya.
