Garcia sengaja mencari sudut sepi untuk membujuk Zhou Yi tanpa gangguan.
Dia membutuhkan lingkungan seperti ini agar Zhou Yi terhindar dari gangguan dan mendengarkan ucapannya.
Hanya ada dia dan Zhou Yi, ditambah seorang penerjemah Bahasa Spanyol yang disediakan tim Tiongkok untuk Zhou Yi.
Garcia tidak banyak bicara, setelah memuji performa Zhou Yi dalam pertandingan langsung bertanya: "Apakah kamu mau datang ke La Masia?"
Umumnya anak-anak jika ditanya seperti itu oleh Garcia pasti sudah melompat kegirangan, sampai lupa nama sendiri. Lalu buru-buru mengangguk setuju, takut terlambat sedetik pun kesempatan bergabung dengan La Masia ini hilang.
Tapi Zhou Yi tidak. Setelah mendengar terjemahan, dia mengerutkan kening.
Dia bukan bodoh. Tentu tahu akademi La Masia lebih bagus dari Borussia Dortmund. Untuk tim utama, Barcelona juga lebih menarik daripada Dortmund.
Mustahil jika Zhou Yi sama sekali tidak tergoda dengan tawaran orang itu, itu terlalu palsu.
Zhou Yi juga merasa terkesan dan terhormat dengan ajakan terang-terangan dari Barcelona ini.
Setidaknya ini membuktikan kemampuannya diakui oleh La Masia, bahwa dengan kemampuan sendiri dia bisa masuk akademi terbaik di dunia.
Masalahnya, dia sudah mencapai kesepakatan dengan Borussia Dortmund.
Jika tidak ada urusan dengan Dortmund, mungkin dia akan serius mempertimbangkan untuk ke La Masia.
Tapi sekarang, semuanya menjadi mustahil.
Dia menggelengkan kepala, berkata ke penerjemah: "Saya sudah sepakat dengan Borussia Dortmund..."
Setelah mendengar terjemahan, Garcia tersenyum dan bertanya: "Apakah kalian sudah menandatangani kontrak?"
Zhou Yi menggelengkan kepala: "Belum, hanya kesepakatan lisan..."
"Jadi, lihatlah, anak muda. Tidak ada kontrak tertulis antara kalian, jadi tidak ada ikatan hukum. Kamu tidak perlu mematuhi kesepakatan lisan. Akademi La Masia jauh lebih unggul daripada Borussia Dortmund, apalagi tim utama kami adalah Barcelona! Klub elit kelas dunia, salah satu yang paling sukses di Eropa! Ini jauh lebih baik daripada Dortmund." Kata-kata Garcia penuh keyakinan, sama sekali tidak menganggap Borussia Dortmund berarti. Dia memang berhak berkata dan berpikir demikian karena Dortmund benar-benar tertinggal di semua aspek dibanding Barcelona.
Bahkan jika Bayern München - raja Bundesliga datang, Barcelona tidak akan gentar.
"Di Barcelona, kamu akan mendapat perkembangan terbaik. Tapi di Dortmund, maaf..." Garcia membuka tangan, menggeleng sambil mencibir. "Menurutku itu bukan tempat yang layak dikunjungi. Jika ingatanku tidak salah, musim lalu mereka finis peringkat 13 di Bundesliga? Masalah keuangan, skuat tidak stabil, performa fluktuatif... Klub seperti itu jelas bukan pilihan tepat untuk masa depanmu."
Keyakinan dan kebanggaan Garcia terhadap klubnya telah menjadi naluri alami setelah lama bekerja di sini.
“Tapi perkataan dan ekspresinya ini terdengar dan terlihat tidak menyenangkan bagi Zhou Yi.”
“Karena dia sudah mencapai kesepakatan dengan Borussia Dortmund, dia sudah memutuskan untuk bergabung dengan mereka. Namun, Garcia justru merendahkan Borussia Dortmund di hadapannya, mengatakan bahwa memilih Dortmund bukan keputusan yang tepat. Bukankah itu berarti Zhou Yi bodoh dalam memilih?”
“Zhou Yi tidak menyukai sikap sombong dan memaksa yang ditunjukkan Garcia.”
“Setidaknya pelatih tim utama Borussia Dortmund secara pribadi datang ke Barcelona untuk mengajaknya makan, membujuknya bergabung. Atas dasar kesungguhan ini saja, Zhou Yi lebih condong ke Dortmund!”
“Sebelumnya dia bahkan merasa tersanjung dan bimbang karena Barcelona menunjukkan minat padanya. Sekarang semua itu hilang.”
“Terima kasih kepada Garcia yang begitu tegas memuji kelebihan Barcelona sekaligus merendahkan Dortmund.”
“Setelah mendengar terjemahan, Zhou Yi menggeleng: 'Benar, Pak. Secara teori, saya memang belum menandatangani kontrak apapun dengan Dortmund. Saya bisa mengingkari janji saya. Tapi bukankah manusia harus punya semangat menepati janji?'”
“Penerjemah tampak panik mendengar ini, berbisik: 'Zhou Yi, perkataanmu tidak pantas...'”
“'Apa yang tidak pantas?' Zhou Yi membalas.”
“'Kalau kau bicara begitu, orang akan mengira kau menuduhnya tidak punya integritas...'”
"Bagaimana mungkin, Kak Li? Jangan berpikir terlalu jauh. Tuan Garcia yang jujur dan terbuka seperti ini pasti tidak akan berprasangka buruk." Zhou Yi mengangguk ramah ke arah Garcia yang sedang menunggu terjemahan.
"Ini..." Penerjemah Kak Li ragu-ragu.
"Terjemahkan apa adanya, Kak Li. Sungguh, tidak masalah." Zhou Yi bersikeras.
Akhirnya Kak Li menerjemahkan perkataan Zhou Yi dengan memperhatikan diksi dan intonasi, namun tidak mengubah makna.
Ekspresi Garcia berubah setelah mendengar terjemahan tersebut.
Dia bukan orang bodoh, bisa menangkap maksud tersirat. Yang mengejutkannya adalah sikap Zhou Yi.
Garcia mengira Zhou Yi pasti langsung memilih Barcelona begitu mengetahui maksud kedatangannya.
Tapi dari perkataan tadi, sepertinya Zhou Yi enggan meninggalkan Borussia Dortmund?
Apa anak ini berkepala batu?
"Tapi Zhou, pertimbangkan baik-baik. Gaya bermainmu lebih cocok dengan Barcelona. Aku melihat bayangan Xavi dalam dirimu... Di Barcelona, kau bisa belajar langsung dari Xavi..."
Zhou Yi mengangkat bahu: "Anda benar, Tuan Garcia. Tapi dasar percakapan kita ini adalah kesepakatanku dengan Dortmund. Aku tidak akan mengingkari janji. Mungkin dengan berkhianat, karirku akan lebih mulus, tapi aku tidak mau melakukannya."
Li Ge menghela napas dalam hati—kekakuan anak ini benar-benar di luar dugaan... Sebenarnya, sebagai penerjemah, dia berharap Zhou Yi memilih Barcelona.
Nantinya pasti terdengar sangat gagah!
Itu Barcelona!
Borussia Dortmund terlihat begitu redup dibandingkan mereka.
"Jadi maaf, Tuan Garcia. Barcelona tertarik pada saya, mengakui kemampuan saya, ini sangat mengharukan. Barcelona memang salah satu klub terbaik di dunia. Tapi ada urutan prioritas, saya sudah sepakat dengan Borussia Dortmund. Seburuk apapun tim ini dibanding Barcelona, saya akan tepati janji. Ini prinsip dasar manusia."
Usai bicara, Zhou Yi membungkuk pada orang itu lalu berbalik pergi.
"Eh..." Li Ge terkejut karena dia belum menerjemahkan...
Tapi Garcia sudah tak butuh terjemahan—jawabannya jelas: Zhou Yi menolaknya, menolak La Masia dan Barcelona!
Ini... membuat Garcia sulit mempercayainya.
Tanpa sadar dia berteriak ke arah punggung Zhou Yi: "Anak muda, tindakan impulsifmu akan kau sesali!"
Sayangnya kalimat ini tak diterjemahkan, Zhou Yi pun tak paham. Dia tak memberi respons, terus berjalan menuju rekan setimnya tanpa menoleh.
……
“Hao Dong melihat Zhou Yi kembali sendirian, sudah menebak jawabannya. Tapi dia tidak bertanya, malah berkata: ‘Orang Arsenal mencarimu, Zhou Yi. Sekarang kau sangat diincar.’”
Zhou Yi terkejut: “Bukankah aku sudah menolak mereka?”
“Mereka mengubah persyaratan. Mereka setuju memenuhi permintaanmu, akan menggunakan klausul bakat khusus untukmu, menjamin tempat di tim utama.”
Zhou Yi menggelengkan kepala: “Tapi aku sudah sepakat dengan Borussia Dortmund.”
“Lebih baik kau bicara langsung dengannya. Aku bisa jadi penerjemahmu,” kata Hao Dong.
“Baiklah...” Zhou Yi menghela napas – dia ingin merayakan kemenangan bersama rekan setim!!
……
Saat Allen Powell kembali berhadapan dengan Zhou Yi, dia langsung membeberkan semua persyaratan baru sambil menekankan keseriusan Arsenal kali ini!
Zhou Yi baru berbicara setelah Powell selesai: “Tapi, Tuan Powell. Aku sudah sepakat dengan Borussia Dortmund.”
Powell tertegun sejenak – Borussia Dortmund? Kenapa bukan Barcelona?
Tadinya dia mengira Barcelona yang berhasil membujuk Zhou Yi, ternyata Borussia Dortmund!
Setelah kejutan awal, dia menyadari ini mungkin sebuah kesempatan.
Borussia Dortmund... Bagaimana akademi mereka bisa menyaingi Arsenal?
Tapi tepat saat hendak membujuk Zhou Yi mempertimbangkan ulang, dia mendengar: “Selain itu, aku sudah menandatangani kontrak dengan Borussia Dortmund. Maaf, Tuan Powell, kalian terlambat.”
Powell membuka mulutnya, tapi tak ada satu suku kata pun yang keluar. Dia hanya terdiam di sana.
Di kepalanya hanya bergema kalimat terakhir Zhou Yi.
Kalian terlambat...
Terlambat...
Telat...
Baru dia sadar, kabar terburuk bukanlah Zhou Yi dibawa pergi orang La Masia, tapi kedatangannya yang terlambat...
……
"Zhou Yi, tadi kau berbohong ya." Setelah meninggalkan Powell, Hao Dong menegur masalah Zhou Yi.
"Nggak ada cara lain, Manager Hao. Kalau tidak bilang begitu, mereka pasti akan menyuruhku membatalkan kontrak Borussia Dortmund dan tandatangan dengan klub mereka. Katanya orang Eropa jujur dan menghargai kontrak?" Zhou Yi juga kesal.
"Sudahlah, nanti juga terbiasa. Dunia sepakbola penengkar begini biasa. Transfer pemain dan rebutan talenta ya pasti pakai segala cara." Hao Dong menepuk bahu Zhou Yi seperti senior. "Di mana-mana sama. Ada klub yang nawarin rumah, mobil, sampai kerjaan untuk orangtua pemain muda biar ga perpanjang kontrak dengan klub lama. Masalahmu ini mah belum seberapa?"
"Bisa nawarin rumah-mobil? Apartemen Barcelona prospek investasinya gimana ya?" Zhou Yi mulai berhitung. "Kalau dijual beberapa tahun lagi bisa untung berapa?"
Hao Dong tertawa geli: "Lupakan! Udah nolak Barcelona! Klub besar juga punya harga diri, pasti ga akan balik lagi nyari kamu."
“Ah, sayang sekali itu!” Zhou Yi menghela napas panjang.
“Pura-pura!” Hao Dong menertawakan sambil memarahi. “Sudah, pergi rayakan kemenangan. Sebelum kami kembali ke hotel, kalau ada yang mencarimu, aku akan halangi dulu.”
“Terima kasih Manager Hao!” Zhou Yi langsung bersorak dan berlari ke rekan setimnya.
Melihat bayangan punggungnya yang berlari riang, Hao Dong menggelengkan kepala sambil tersenyum.
Anak ini bisa menolak Barcelona, sungguh luar biasa...
Dia pernah melihat banyak jenius yang cepat puas, lupa diri, dan tersesat di jalan hidup. Tapi Zhou Yi ini berpikiran jernih tidak seperti anak 17 tahun...
Dengan ini saja, mungkin dia benar-benar akan berkembang besar di masa depan!
