Setelah pertandingan terakhir melawan tim muda La Masia, para pemain muda sepak bola Tiongkok tidak langsung pulang ke negaranya. Mereka menetap tiga hari ekstra di Barcelona. Selama tiga hari ini, mereka mengunjungi berbagai objek wisata di dalam dan sekitar kota Barcelona. Satu hari khusus disediakan untuk aktivitas bebas, memungkinkan anak-anak yang memiliki kondisi finansial memadai untuk berbelanja. Bukan hanya untuk anak-anak, kru acara dan tim pelatih yang telah bekerja keras selama dua bulan juga memanfaatkan kesempatan ini untuk menikmati Barcelona sepuasnya.
Kemudian, mereka terbang dari Barcelona dengan transit di Dubai, Uni Emirat Arab, menuju Beijing, China.
Mengakhiri perjalanan tantangan selama dua bulan di Eropa.
Saat kru acara berpisah dengan para pemain muda di hotel, Zhou Yi dikerubungi staf.
Mereka membawa kaos, topi, dan alat tulis lalu menyodorkannya ke Zhou Yi: "Tolong tanda tangan, Zhou Yi! Nanti tanda tangan ini akan sangat berharga!"
Zhou Yi tidak menolak. Ia mengambil pulpen dan mulai membubuhkan tanda tangan di berbagai barang yang diulurkan.
Sebagai pemain inti tim, performa Tim China sebelum dan sesudah keikutsertaan Zhou Yi benar-benar berbeda. Efek program TV-nya pun berubah total. Oleh karena itu, staf kru acara sangat mengagumi dan berterima kasih pada Zhou Yi. Tanpa dirinya, program ini mungkin benar-benar gagal - semua sumber daya yang dikerahkan, kerja keras lebih dari 100 kru produksi selama dua bulan, bisa saja dihentikan di tengah jalan dan ditinggalkan.
Semua orang menyukai Zhou Yi, anak muda yang ceria dan bersemangat ini.
Senang juga melihat dia akhirnya mencapai kesepakatan dengan Borussia Dortmund. Nanti saat mereka menonton Bundesliga, ada tambahan ekspektasi.
Kameramen yang mengikuti Zhou Yi sejak baru tiba di Barcelona mendekati Zhou Yi meminta tanda tangan.
Sambil menandatangani, Zhou Yi berkata: "Ah, nanti pulang ke rumah sampai tidak bisa ke toilet."
Orang-orang di sekitarnya heran bertanya mengapa.
Zhou Yi menyerahkan barang yang sudah ditandatangani ke kameramen sambil berkata: "Tidak ada kamera di samping sekarang!"
Semua orang tertawa terbahak-bahak, termasuk sang kameramen.
Setelah tertawa, tiba-tiba ia merasa terharu - tidak menyangka Zhou Yi masih ingat kejadian itu sampai sekarang, ingat padanya. Perlu diketahui kru acara memiliki lebih dari 30 kameramen saja, dan mereka tidak pernah memperkenalkan diri ke pemain muda, hanya merekam diam-diam saat latihan dan aktivitas sehari-hari.
Dia hanya staf biasa yang tidak mendapat perlakuan khusus seperti selebriti. Program yang ditayangkan tampak sempurna, tapi tidak ada yang tahu jerih payah kru di balik layar.
Sibuk dari pagi sampai malam, kadang tidak sempat makan makanan hangat bahkan sama sekali tidak makan. Tidur 2-3 jam sudah harus bangun menyiapkan peralatan. Saat pemain muda masih terlelap, mereka sudah berangkat ke lokasi syuting untuk memasang kamera.
Tapi selama program bisa direkam dengan baik, mereka tidak mengeluh. Tidak sempat minum atau makan pun mereka maklum, tidak membuat keributan.
Mereka seolah sudah terbiasa tidak menuntut apa-apa, hanya fokus bekerja.
Nama mereka hanya muncul di daftar akhir program, tidak terlihat di tempat lain. Dan sebenarnya tidak banyak orang yang melihat daftar akhir itu.
Menyelesaikan pekerjaan ini tanpa diketahui orang, lalu melanjutkan ke lokasi kerja berikutnya.
Bekerja keras, berusaha mencari uang, menghidupi istri di rumah, anak-anak, dan orang tua yang sudah lanjut usia.
Inilah kehidupan mereka.
Mereka bisa menangkap pose bintang yang memukau dengan lensa kamera, tapi lensa mereka takkan pernah merekam diri sendiri.
Mereka seolah sudah terbiasa dikeluarkan dari pandangan publik, para bintang pun takkan menatap mereka lebih lama.
Ternyata Zhou Yi ingat dia!
Ini membuatnya sangat tersentuh.
Dia mengacungkan jempol ke Zhou Yi: "Anak muda, tahun ini saya 37. Dulu pernah jadi penggemar bola, tapi kemudian berhenti nonton. Alasannya tidak usah dibicarakan, tapi yang ingin saya katakan, karena kamu, saya mau mulai nonton bola lagi! Kalau ke Jerman, tetap semangat! Saya fansmu!"
Staf di sekitarnya juga serentak berseru: "Benar, Zhou Yi! Kami juga fansmu!"
"Tenang tanda tangan ini tidak saya jual, pulang langsung saya bingkai dalam kaca!"
Zhou Yi memandangi para kakak kru kamera, guru-guru tim audio, tim sutradara, tim produksi, tim rias, tim artistik, tim pascaproduksi, tim hubungan luar... semua kru produksi yang telah hidup berdampingan dengannya selama dua bulan - dari awal tidak terbiasa dengan kamera yang mengikuti, sampai akhirnya mengabaikan keberadaan mereka dan tetap santai bercengkerama dengan teman...
Zhou Yi merasa dirinya juga telah tumbuh banyak melalui semua ini.
Dia juga melihat betapa kerasnya kru produksi ini bekerja.
Setiap orang berusaha sebaik mungkin untuk membuat program ini sukses.
Sama seperti semua orang di lapangan yang mengejar kemenangan.
Acara realitas adalah proyek yang membutuhkan kerjasama tim untuk mencapai hasil.
Sepak bola juga demikian.
Zhou Yi tiba-tiba membungkuk ke semua orang, kali ini tanpa senyum genit, dengan serius berkata: "Terima kasih kakak-kakak dan guru-guru!"
Seseorang di kerumunan mulai bertepuk tangan pertama, segera disusul gemuruh tepuk tangan. Beberapa diam-diam menyeka air mata, perasaan haru menyebar di hati semua orang.
Suara tepuk tangan menarik perhatian orang-orang di area lain.
Hao Dong yang sedang mengobrol dengan sutradara kepala Xu Tao juga teralihkan oleh pemandangan ini.
"Anak ini selalu bisa menjadi pusat perhatian, selalu bisa membangkitkan semangat orang, selalu memikat pandangan... Dia pasti akan menjadi sosok hebat di masa depan!" gumam Xu Tao pelan.
"Benar, nanti aku bisa bilang aku menemukan dia dari audisi sebuah reality show," sambung Hao Dong.
Keduanya saling memandang dan tersenyum.
Dua tangan bersalaman: "Sudah bekerja keras."
"Manager Hao juga sudah bekerja keras."
"Untuk anak-anak ini, sedikit kesulitan bukan masalah, ha!"
Di Barcelona, tim produksi reality show 'Pewaris Lapangan Hijau' resmi dibubarkan. Tim akan pulang secara bergelombang, anak-anak akan berangkat lebih dulu.
Saat datang, tujuan pertama adalah Barcelona.
Saat pergi, juga berangkat dari Barcelona.
Benar-benar lingkaran yang sempurna.
……
Sementara mereka masih dalam penerbangan, episode terakhir "Pewaris Lapangan Hijau" akhirnya tayang di Zhejiang TV.
Untuk episode ini, tidak hanya kru acara yang serius menanganinya, stasiun TV juga memberikan perhatian besar - mereka sudah mengetahui hasil pertandingan sebelumnya, jadi wajar sangat fokus.
Sejak tiga hari sebelumnya, selain promosi di saluran TV sendiri, mereka juga meluncurkan kampanye iklan gencar di media cetak tradisional dan media online baru.
Figur pemain muda seperti Zhou Yi, He Ying, Sun Pan, serta pelatih Hao Dong terus bermunculan di berbagai media. Bahkan papan iklan di halte bus menampilkan promo "Final Epik Pewaris Lapangan Hijau".
Beberapa orang memperhatikan slogan promosi mereka.
"Epik" di akhir cerita.
Epik?
Penonton setia "Pewaris Lapangan Hijau" tahu bahwa perjalanan pemain muda China di Eropa adalah lingkaran penuh, akhirnya kembali ke Barcelona untuk menantang Tim Muda La Masia B.
Lawan inilah yang di episode pertama sudah mempermalukan pemain China dengan skor 12-0.
Jurang kemampuan antara kedua tim sangat lebar.
Meski pemain muda China pernah mengalahkan Tim Muda Chelsea dan Liverpool, serta imbang melawan Tim Muda Manchester United, bukan berarti bisa menaklukkan La Masia.
Apalagi mereka kalah di kedua pertandingan di Italia.
Di hadapan kesenjangan kemampuan sebesar ini, bagaimana bisa disebut "epik"?
Ada yang mengejek promosi kru acara: "Final yang penuh semangat di mana? Menurutku jelas ini akhir yang konyol! Pasti di episode terakhir ini pihak produksi akan mengumbar drama berlebihan! Memaksakan emosi, seperti 'kalah tapi tetap bangga', 'terus berjuang meski sering kalah', 'semangat olahraga para pemuda yang pantang menyerah'... Singkatnya, ini adalah 'kekalahan yang mulia'! Tapi sehebat apapun, tetap saja kekalahan!"
Ada juga yang heran dengan promosi tinggi stasiun TV yang tidak biasa: "Bukankah ini menggantung selera semua orang? Bagaimana kalau nanti kalah? Sekarang stasiun TV benar-benar tidak peduli demi menarik perhatian! Aku malah kasihan dengan anak-anak itu, nanti kalau kalah, penonton yang sudah penasaran pasti akan mencaci mereka habis-habisan!"
Semua orang berspekulasi tentang apa sebenarnya "ending penuh semangat" ini.
Mereka menebak berbagai kemungkinan, tapi tak satu pun yang menyangka Tim China akan menang, karena itu adalah hal yang SAMA SEKALI TIDAK MUNGKIN terjadi.
Namun spekulasi dan perdebatan ini justru semakin memanaskan acara, bahkan orang yang biasanya tidak mengikuti acara realitas sepak bola pun jadi tahu dan penasaran ingin menonton.
Setelah berhasil menarik perhatian yang cukup, pada Kamis malam, Zhejiang TV menayangkan episode final 'Penerus Hijau'.
Banyak orang duduk di depan TV menyaksikan episode ini, tapi sebenarnya sebagian besar datang untuk menonton kegagalan - mereka ingin melihat bagaimana stasiun TV ini akan menutupi omongan besar mereka!
“Orang tua Zhou Yi juga sudah duduk di ruang tamu sejak awal, menyiapkan camilan seperti teh, kacang, kuaci, dan permen, seolah menyambut acara spesial layaknya menonton Gala Tahun Baru Imlek setiap tahun.”
“Lin Xianrong duduk tepat menghadap televisi, dikelilingi anggota keluarga besar yang memadati sekelilingnya. Seluruh anggota keluarga berkumpul di depan TV, mengerumuni sang kepala keluarga, menantikan tayangan akhir episode 'Penerus Hijau'.”
“Kini tak ada lagi yang heran mengapa Lin Xianrong tertarik pada acara realitas sepakbola ini. Semua tahu, dalam program ini ada siswa SMA Qingyang No.1 bernama Zhou Yi.”
……
“Penonton setia 'Penerus Hijau' langsung merasakan keanehan sejak awal episode ini. Tak ada segmen permainan terjadwal seperti biasa. Alih-alih, episode ini fokus pada pertandingan final sejak pembukaan, memberikan kesan seperti... dokumenter sepakbola, bukan reality show!”
“Bergantian, pemain hingga pelatih muncul di layar, bercerita tentang pengalaman mereka selama dua bulan di Eropa.”
“Sepakbola Eropa dan sepakbola dalam negeri kita bagai dua dunia yang berbeda...”
“...Kesenjangan kemampuan terlalu mencolok. Tak bisa dipungkiri, tak bisa diabaikan...”
“Sistem pelatihan mereka jelas tujuan dan konsistensi konsepnya. Pantas saja hasilnya bagus! Liat kita... Ah!”
Dalam adegan wawancara ini, diselipkan berbagai cuplikan pertandingan yang dilalui para remaja China.
Tanpa terkecuali, semua menunjukkan ekspresi pasrah, sedih, dan putus asa setelah kebobolan dan kalah, dengan nuansa suram yang membuat suasana hati turun.
Terutama pertandingan pertama melawan Tim Muda La Masia B yang berakhir kekalahan 0:12, banyak cuplikan ditampilkan.
Hingga Zhou Yi muncul di layar, suasana tiba-tiba berubah.
"Gugup saat debut pertama? Tidak! Ngapain gugup? Ga separah ujian akhir kok! Aku sudah biasa di-'uji'!"
Subjudul di layar: Sebelum pertandingan melawan Tim junior Borussia Dortmund, Zhou Yi pertama kali tampil.
Cuplikan pertandingan yang disisipkan pun berubah, dari adegan kekalahan yang menyakitkan menjadi momen celebrasi setelah tim mencetak gol.
Seperti saat Zhou Yi memberikan assist kepada He Ying mencetak gol pertama anak-anak China di Eropa, lalu berteriak dan menindih He Ying.
Atau saat Zhou Yi mencetak gol melawan Tim junior Manchester United, lalu membuka kartu pelajar ke kamera untuk membuktikan dirinya siswa Qingyang Yizhong.
Saat adegan ini muncul, banyak anggota keluarga Lin Xianrong memandang sang patriark.
Ada yang menjilat: "Bocah ini membuat Qingyang Yizhong jadi terkenal!"
Lin Xianrang menggeleng: "Qingyang Yizhong sudah sejak lama menjadi sekolah unggulan nasional."
Namun saat mengucapkan kalimat ini, senyum terlihat jelas di wajahnya—sejenis senyum memanjakan seperti orang tua yang melihat anaknya bersenang-senang dengan kenakalan tapi tak berniat menghentikannya.
……
Zhou Yi menjadi garis pemisah. Setelah kemunculannya, baik visual, musik maupun elemen lain memberi kesan penuh semangat dan optimisme.
Tiba-tiba layar menghitam, muncul subtitle: "Pertempuran terakhir, lawannya Tim Muda La Masia B."
Nuansa cerah sebelumnya lenyap. Latar hitam kembali menciptakan suasana menekan, bagai bayang-bayang badai yang siap menerpa.
Adegan bergulir dari pagi hari pertandingan: pemain muda bangun, bersiap, sarapan di restoran, mendengar pengarahan tim pelatih tentang jadwal hari ini—jam makan siang, keberangkatan ke La Masia, waktu pertandingan, hingga jam pulang...
Kamera menyoroti satu per satu pemain muda. Sebagian besar mendengarkan dengan sangat serius, bahkan ada yang lupa menyentuh sarapannya karena terlalu fokus.
Tanpa narasi atau musik pengiring. Hanya suara asli lapangan: di sela-sela suara pelatih, terdengar sesekali denting sendok dan garpu menyentuh piring yang menambah tekanan menjelang pertempuran.
Penonton di depan TV pun ikut merasa tegang.
Meski tahu kekalahan hampir pasti, mereka tetap merasakan heroik seperti pahlawan yang berangkat ke medan perang tanpa jaminan pulang.
Mungkin inilah "semangat berapi-api" yang diusung stasiun TV dalam promosi mereka?
"Yang agak tidak terduga bagi semua orang adalah, segmen pra-pertandingan berakhir di sini, hanya dua belas menit."
"Setelah jeda iklan, program langsung masuk ke bagian pertandingan."
"Durasi ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam semua episode sebelumnya. Hal ini membuat penonton di depan TV bertanya-tanya - stasiun TV menggunakan waktu sebanyak ini hanya untuk menayangkan pertandingan? Apa perlu dibesar-besarkan seperti ini untuk sebuah kekalahan?"
"Pertandingan dimulai, Tim China kembali mendapat peluang tembakan pertama yang mengancam Gawang Tim Muda La Masia B. Tapi mereka yang pernah menonton episode sebelumnya saat kedua tim bertemu pasti tidak akan terkesan - ancaman di awal pertandingan terhadap Gawang orang itu mau bagaimana? Kalau tidak bisa mencetak gol tetap percuma, malah akan memancing amarah lawan. Sepertinya pertandingan ini akan menjadi pembantaian lagi, dengan Tim China tetap menjadi pihak yang dibantai."
"Benar saja, Tim Muda La Masia B kemudian melancarkan serangan gencar ke Gawang Tim China, membentuk tekanan beruntun."
"Tapi yang mengejutkan penonton... gol Tim Muda La Masia B tak kunjung datang!"
"Sepuluh menit berlalu, skor tetap 0:0."
"Lima belas menit berlalu, skor masih 0:0."
"Dua puluh menit berlalu, skor tetap 0:0!"
"Komentar-komentar terkejut mulai bermunculan di internet: 'Wtf? Hari ini kenapa? Sampai sekarang belum kebobolan?'"
"'Barcelona ngapain sih? Cepat cetak gol biar aku tenang!'"
"'Dua puluh menit masih 0-0? Pasti aku salah buka acaranya!'"
"Yang lebih mengejutkan mereka masih akan datang."
"Ketika Zhou Yi masih bisa mengontrol kembali bola meski rekan setimnya melakukan kesalahan operan, lalu memberikan umpan terobosan yang menghasilkan assist bagi He Ying untuk pertama kali memecah kebuntuan, Post Bar 'Pewaris Lapangan Hijau' langsung dibanjiri postingan."
"Gila banget!!!!!!"
"Tim China unggul 1-0! Aku serius nggak bohong!"
"Ini bagaimana mungkin?! Yang pertama mencetak gol justru Tim China!"
"Anak-anak itu berhasil membobol gawang La Masia?!"
"Ya ampun!"
"He Ying! He Ying! Bayangan yang tak pernah lepas!"
"He Ying keren banget! Assist Zhou Yi juga mantap betul!"
"Iya betul, setelah Li Xiang salah operan tadi, kukira serangan Tim China bakal gagal..."
"Aku siswa SMA 1 Qingyang, aku bangga sama Zhou Yi!"
"TS bisa minta tanda tangan Zhou Yi buatku?"
"Aku juga mau!"
……
Di depan TV, banyak orang yang terpaku seperti patung, tak percaya dengan apa yang baru saja mereka saksikan.
Di babak pertama, Tim China mengandalkan gol He Ying ini untuk unggul 1-0 atas Tim Muda La Masia B. Saat iklan berlangsung, banyak yang berdiskusi dengan perasaan campur aduk - inikah penampilan sepak bola Tiongkok yang sebenarnya?
Memasuki babak kedua, Tim Muda La Masia B meningkatkan intensitas serangan dan berhasil menyamakan skor.
Setelah Tim Muda La Masia B mencetak gol, sebagian orang justru lega - merasa pertandingan baru masuk ke jalur yang semestinya.
Performa Tim China sebelum kebobolan benar-benar membuat mereka deg-degan.
"Tapi lebih banyak orang... di depan televisi memegang kepala, mengeluh dengan penuh penyesalan."
"Tapi setelah menonton puluhan menit pertandingan Tim China, mereka semua merasa sayang dengan kebobolan di menit ini."
"Sebenarnya... hasil imbang pun sudah cukup bagus, performa mereka sudah sangat baik..." Di Post Bar, muncul sebuah thread yang mencoba menghibur netizen.
Tapi segera ada yang membantah: "Tapi kita jelas-jelas unggul! Performa kita begitu bagus, kenapa tidak bisa menikmati kemenangan?"
Seorang netizen menjawab: "Tapi itu Tim Muda La Masia B! Itu tim akademi Barcelona! Kekuatan mereka jauh lebih hebat!"
"Terus kenapa? Yang unggul sebelumnya kan kita! Sudah unggul puluhan menit, bagaimana mungkin menerima hasil imbang di menit akhir?!"
"Mari berpikir positif. Dengan kemampuan kita, hasil pertandingan seperti ini sudah di luar perkiraan. Saya bangga pada anak-anak ini. Saya ubah pandangan saya, menurut saya 'semangat berapi-api' yang disebut stasiun TV benar-benar terwujud. Performa mereka luar biasa! Meski akhirnya tidak menang, kita tidak perlu mengeluh, cukup beri tepuk tangan!"
"Memang begitu, tapi sepakbola olahraga yang menilai pahlaran dari kemenangan. Jika akhirnya kalah, yang diingat orang tetap citra pecundang. Unggul 89 menit pun percuma! Jika akhirnya kalah, semua usaha sebelumnya jadi tak berarti!"
Saat perdebatan semakin sengit, tiba-tiba seseorang membalas di thread: "Aku rasa... Apakah Zhou Yi akan diganti? Sudah menit ke-70 pertandingan nih..."
Kalimat ini menghentikan semua perdebatan sebelumnya, perhatian semua kini terfokus pada apakah Zhou Yi akan diganti.
Di setiap pertandingan sebelumnya, Zhou Yi selalu diganti sekitar menit ke-70 karena stamina-nya hanya mampu bertahan sampai situ. Tidak ada gunanya meninggalkannya di lapangan saat dia sudah kehabisan tenaga.
"Cepetan lihat programnya, kayaknya Zhou Yi beneran mau diganti!"
"Yaah... Sepertinya hasil imbang saja sudah cukup bagus untuk pertandingan ini. Buat yang masih debat menang atau imbang, udahan deh..."
"Aduh... Sayang banget!"
Saat semua mengeluh di thread, tiba-tiba mereka menyadari... Zhou Yi TIDAK diganti!
"Lho, Zhou Yi nggak turun?!"
"Katanya Zhou Yi sendiri yang minta tetap di lapangan..."
"Nah lho! Kan kubilang kalau bisa menang ngapain terima imbang? Ternyata Zhou Yi aja nggak nyerah!"
"Mantap Zhou Yi! Tidak meninggalkan, tidak menyerah! Ini baru semangat olahraga!"
"Bahkan Zhou Yi saja nggak nyerah, masa kita mau menyerah?!"
"Eh, kalian ini... Jangan lupa stamina itu kelemahan Zhou Yi. Meski tetap di lapangan, apa gunanya kalau dia udah nggak bisa lari?"
"Memang sih... Tapi selama Zhou Yi masih di lapangan, aku tetap punya harapan untuk pertandingan ini!"
"Bener! Yang di atas bener! Aku juga!"
"Aku juga masih berharap sama Zhou Yi!"
“Ya, kalian para fans gila Zhou Yi... Baiklah, sebenarnya aku juga punya harapan, tapi jangan diucapkan, nanti tidak terkabul!”
……
Netizen seolah-olah terbakar semangat oleh Zhou Yi, tapi penonton di depan TV sebenarnya bisa melihat, meski keputusan Zhou Yi tetap di lapangan terasa epik, nyatanya dia sudah kelelahan total.
Apa gunanya tetap di lapangan?
Bahkan beberapa orang yang menganggap diri dewasa dan rasional merasa keputusan Zhou Yi murni untuk gaya pribadi, sama sekali tidak mempertimbangkan kondisi tim. Kehadirannya di lapangan sama seperti membuat Tim China bermain minus satu pemain. Ini justru akan mempercepat kekalahan tim.
Tapi saat mereka melihat Zhou Yi terus-terusan berteriak di lapangan, mengarahkan rekan setim mengoper bola bolak-balik, sampai tiga menit lamanya tim muda La Masia tidak bisa merebut bola... Mereka terpana.
Astaga, bola bisa dimainkan seperti ini?!
“Wahahaha! Main mulut aja buat ngibulin lawan! Zhou Yi keren banget! Ternyata main bola bisa begini kalau udah nggak kuat lari!”
Tapi suasana santai dan lucu ini tidak bertahan lama, karena semua menyadari masalah Tim China belum teratasi.
Seiring berjalannya waktu pertandingan, tim muda La Masia mengerahkan semua sisa tenaga untuk menyerang. Serangan mereka bagai badai di lautan, sementara Tim China bagai perahu kecil yang bukan saja bisa terbalik, tapi lebih mungkin hancur berkeping-keping diterjang gelombang...
Terutama ketika tim muda La Masia mulai melakukan pressing di area depan, Tim China bahkan tidak bisa melewati separuh lapangan.
"Pertahankan! Harus bertahan!"
Pada saat ini, bahkan orang-orang yang sebelumnya merasa hasil imbang tidak bisa diterima mulai mengatakan hal yang sama.
Mereka sudah sangat puas bisa meraih hasil imbang.
Dengan performa Tim China, hasil imbang seperti ini benar-benar layak disebut sebagai "ending berdarah-darah"!
……
Tapi selalu ada orang yang suka membuat "sensasi besar" yang tak terduga.
Saat semua orang merasa hasil imbang sudah cukup baik, Zhou Yi malah berlari ke gawang untuk mengambil tendangan gawang.
Melihatnya berlari dari posisi gelandang tengah ke depan gawang untuk mengambil tendangan gawang, semua orang merasa heran.
Ketika mereka mendengar mikrofon di belakang gawang merekam ucapan Zhou Yi, mereka semakin terkejut - Dalam situasi yang sangat tidak menguntungkan ini, saat semua orang berpikir untuk mempertahankan hasil imbang, Zhou Yi malah memikirkan tingkat keberhasilan dalam serangan ini... Dia ingin menang!
Selanjutnya, semua orang seperti menyaksikan klimaks film - Mereka melihat Zhou Yi menendang bola, lalu Guo Nu, Sun Pan dan Zhou Yi melakukan operan beruntun yang berhasil membawa bola keluar dari kepungan!
Tapi pemain tim muda La Masia masih terus melakukan pressing ganas, situasi tetap genting, penonton di depan TV masih deg-degan - Jika kehilangan bola di posisi ini, konsekuensinya akan fatal!
Zhou Yi tidak membiarkan kekhawatiran mereka menjadi kenyataan. Melalui kerja sama dengan Yang Muge, dia melepaskan diri dari bek lalu mengoper bola ke He Ying!
"Serbuuu!" Teriakan spontan terdengar di depan televisi, seolah mereka sedang menonton siaran langsung pertandingan.
"Ini kesempatan terakhir Tim China! Harus masuk!" Seseorang menyatukan tangan berdoa di depan TV.
Mereka telah lupa bahwa ini sebenarnya adalah sebuah program varietas...
……
Kamera TV fokus pada He Ying, semua pandangan juga tertuju padanya.
Mereka menyaksikan He Ying terjebak dalam lingkaran kepungan, seperti masuk ke jalan buntu tanpa jalan kembali. Serangan yang diandalkan Zhou Yi untuk mengejar tingkat keberhasilan pun tampak gagal...
Tapi tiba-tiba... He Ying mengoper bola!
Dia menyodorkan bola keluar dari lingkaran kepungan!
Masih ada yang mengikuti gerakannya?
Mungkin penyerang lainnya Zhang Tao?
Kamera mengikuti pergerakan bola. Saat orang-orang melihat siapa yang mengikuti He Ying, teriakan keheranan pecah.
"Zhou Yi!?"
Luar biasa!
Bukankah anak itu sudah kehabisan tenaga?
Mengapa justru dia, hanya dia?
Zhou Yi yang menerima operan terhuyung-huyung, setiap saat seperti akan terjatuh. Penonton di depan TV menahan napas—jatuh di momen krusial ini akan menjadi penyesalan terbesar!
"Semuanya terjadi sangat cepat! Dari Zhou Yi menerima bola hingga tiba-tiba menendang ke arah gawang, waktu berjalan begitu singkat sampai orang-orang bahkan tak sempat khawatir lama. Dan tiba-tiba... bola sudah menggelinding masuk ke gawang!"
Pada detik itu, banyak yang merasa kulit kepala mereka seperti tersengat listrik.
"Gol indah!!"
Teriakan itu berasal dari Lin Xianrong. Sang kepala sekolah tua itu juga menampar keras sandaran kursi sofa kayu mahoninya. Bum!
Keluarganya bahkan tak sempat terkejut melihat sang patriark kehilangan kesopanan. Saat Zhou Yi mencetak gol, mereka semua melompat berdiri sambil mengacungkan tangan dan bersorak.
Gol penutup!
Siswa kelas 3 SMA 1 Qingyang, Zhou Yi, mengakhiri pertandingan dengan gol kemenangan melawan Tim Muda La Masia B!
"Aaaaaaah!" Zhou Jianliang duduk di sofa sambil mengangkat kedua tangan, meneriakkan dengan suara panjang. "Sudah kubilang! Sudah kubilang anak kita jenius! Sudah kubilang anak kita jenius! Anak kita jenius!!"
Istri Li Cuiyun menepuknya pelan: "Sudah, cukup sekali saja."
"Hal penting harus diulang tiga kali!!" Zhou Jianliang membentak istrinya.
